Aku mengangguk lalu mengikutinya ke arah samping masjid.
"Begini Her, Bapak punya sekolah Islam kecil-kecilan, SD sampai SMA. Kebetulan setiap bulan ada saja yang yang dibangun. Sekarang kan kamu sedang tidak punya pekerjaan, tidak punya tempat tinggal, kalau kamu mau, bisa bekerja di sekolah Bapak. Jadi tukang bangunan sekaligus penjaga sekolah," tawarnya.
Aku menatap Pak Khaidir tak percaya.
"Nanti kamu bisa tinggal di ruangan khusus yang memang disediakan. Gaji kami berikan per bulan sepantasnya. Makan ditanggung. Mau?"
"Mau, Pak," kataku sambil menganggukan kepala berulang kali saking antusiasnya.
"Kalau kamu mau, besok bisa langsung kerja."
"Alahamdulillah. Terima kasih banyak Pak, terima kasih banyak ya Allah," ucapku sambil berurai air mata. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H