***
Bu Nurdiasih menatap lekat-lekat sarung kotak-kotak berwarna merah yang menjadi rebutan Ayana dan Annisa itu. Bila dilihat selintas, sarung tersebut hampir sama seperti sarung bapak-bapak pada umumnya. Namun, saat disentuh, terasa istimewa. Bahannya begitu lembut, sangat nyaman saat dikenakan.
Sudah tiga hari Bu Nurdiasih hanya bisa menatap sarung itu. Ia belum juga menemukan solusi terbaik agar sarung itu bisa kembali ke si pemilik asli. Ia ingin segera menyelesaikan polemik sarung tersebut. Tidak baik sengketa dibiarkan berlarut-larut.
Terlebih, Idulfitri segera tiba. Para penghuni kostan akan segera mendapatkan cuti kerja dan kembali ke kampung halaman masing-masing untuk merayakan hari raya selama beberapa hari. Jangan sampai, polemik terkait sarung masih mengambang, dan justru akan menghantui Bu Nurdiasih selama Hari Raya Idulfitri.
***
"Ayana, saya sengaja meminta kamu datang ke sini untuk menyelesaikan permasalahan terkait sarung," ucap Bu Nurdiasih saat Ayana sudah duduk manis di ruang tamu rumah Bu Nurdiasih.
"Iya, Bu," jawab Ayana singkat.
"Boleh tahu kamu membeli sarung ini di mana? Apa bisa membuktikan kalau sarung itu benar-benar milik kamu?"
"Saya beli sudah lama Bu, saat ada tugas kantor ke Palembang," jawab Ayana.
 "Ada teman kantor kamu yang bisa menjadi saksi kalau kamu benar-benar membeli sarung ini di Palembang?"
Ayana menggelang, "saya membeli sarung ini sendiri, tidak ada teman kantor yang menemani."