Mohon tunggu...
Cucum Suminar
Cucum Suminar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer

Belajar dari menulis dan membaca. Twitter: @cu2m_suminar

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Hindari Kalap, Lebih Baik Berbelanja Secara Bertahap

2 Mei 2020   21:52 Diperbarui: 2 Mei 2020   22:15 581
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain pakaian anak, perempuan yang sudah menikah --jago memasak, ataupun tidak, umumnya kerap tergoda untuk membeli aneka macam makanan. Tak hanya makanan  yang sudah siap santap yang wara wiri di aplikasi pesan-antar, tetapi juga yang masih berbentuk bahan makanan.

Saya termasuk salah satu dari para perempuan itu. Setiap kali melihat sayuran yang hijau segar di pasar, langsung masuk keranjang belanja, saat melihat tahu bertumpuk-tumpuk langsung bungkus, kala melihat sotong berukuran besar yang dijejer rapi, tak tahan untuk tidak membeli.

Begitu pula sewaktu melihat deretan makanan beku, tak "kuat iman" untuk tidak mencoba. Alasannya, untuk persediaan sewaktu malas memasak. Padahal di kantung belanja sudah ada satu ekor ayam, satu kilo daging sapi, udang hingga beberapa potong ikan tongkol.

Tiba waktu memasak, saya bukan mengolah lauk segar yang sudah dibeli, tetapi menggoreng makanan beku. Alasannya, lebih praktis. Usai memasak hanya perlu mencuci satu penggorengan. Kalau memasak sotong, harus mencuci wadah bekas menyiangi sotong, harus mencuci pisau atau gunting, harus mencuci talenan, mencuci penggorengan, belum lagi tangan menjadi bau amis.

Alasan lain, makanan beku lebih enak dibanding masakan yang saya buat sendiri, apalagi beberapa produk makanan beku dari negeri tetangga. Daripada memakan sotong tepung goreng masakan sendiri yang kerap alot seperti sandal jepit, mending memakan fish roll atau fish cake made in Singapura yang sudah pasti lezat.

Saat makanan beku sudah habis, rasa malas semakin intens menyerang. Lama tidak memasak dari bahan makanan segar, semakin enggan untuk memasak. Alhasil, lauk segar yang dibeli di pasar semakin terlupakan, teronggok di freezer hingga dilapisi bunga es.

Kini beralih membeli makanan siap santap. Buka-pilih-pesan makanan via Go Food atau Grab Food. Apalagi ada banyak promo harga dan ongkir, ada banyak makanan lezat yang ditawarkan. Terkadang melipir sebentar ke warung makan dekat rumah. Membeli aneka masakan untuk disantap.

Saat sadar uang belanja bulanan semakin menipis, baru teringat lauk segar yang dibeli di pasar. Akhirnya, karena melihat uang belanja yang tidak lagi memadai, terpaksa mengolah lauk segar itu.

Namun, karena sudah nyaris seminggu diendapkan begitu saja, Daging sotong yang tadinya kenyal, saat dikeluarkan dari kulkas, disiangi, dan dicuci air bersih, sudah meletot. Terkadang malah mengeluarkan bau amis khas. Tanda sotong tersebut tak lagi (begitu) segar.

Begitu juga dengan udang. Terlalu lama disimpan didalam kulkas, daging udang tidak lagi kenyal. Saat tidak lagi beku dan dicuci dengan air yang mengalir, daging udang itu perlahan mengelupas. Dagingnya memisahkan diri membentuk serpihan kecil. Ada bau amis juga yang menguar.

Tahu dan sayuran sudah jelas-jelas tak lagi bisa dikonsumsi. Kangkung yang tadinya hijau montok, daunnya berubah warna kekuningan, batangnya juga mengeriput. Layu. Tahu, saat diusap, seperti ada lendir. Licin. Selain itu, mengeluarkan bau tak enak bila didekatkan ke hidung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun