Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) Indonesia saat ini, dalam kondisi baik dan terjaga. Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Makroprudensial Bank Indonesia (BI), Â Juda Agung, yang dirilis republika.co.id menegaskan bahwa daya tahan keuangan Indonesia masih terbilang tinggi. SSK Indonesia masih terjaga, walaupun kondisi perekonomian pada akhir 2018 sedikit melemah.
Meski demikian, kita tetap harus waspada. Jangan terlena hanya karena saat ini SSK Indonesia dalam keadaan baik. Tidak mau kan krisis keuangan yang sempat terjadi pada 1998 lalu kembali terulang? Harga-harga kebutuhan pokok melonjak tinggi, nilai tukar rupiah melemah, perusahaan banyak yang "gulung tikar".
Terlebih Indonesia merupakan negara berkembang. Mata uang Indonesia, rupiah, mudah terpengaruh oleh kondisi perekonomian internasional. Saat terjadi krisis ekonomi internasional, mata uang negara berkembang lebih rentan terkena dampak dari krisis tersebut. Apalagi modal yang beredar di Indonesia sebagian besar adalah modal asing.
Sehingga, saat iklim bisnis di Indonesia sedang baik dan kepercayaan investor asing pada peluang bisnis di Indonesia tengah positif, maka investasi asing akan meningkat. Posisi rupiah akan menguat. Namun bila terjadi kebalikannya, posisi rupiah juga mengalami hal sebaliknya, melemah.
Bank Indonesia selaku garda terdepan penjaga stabilitas sistem keuangan, tentu sudah melakukan berbagai upaya untuk menjaga agar sistem keuangan tetap stabil. Namun upaya tersebut tidak akan berjalan secara optimal bila tidak didukung semua pihak, termasuk masyarakat. Kita, saya dan anda.
Mungkin sempat terpikir, saya kan bukan miliuner, hanya ibu rumah tangga, hanya pegawai biasa dengan gaji sepuluh koma, setelah tanggal 10 sudah koma hehe, mana bisa membantu menjaga stabilitas sistem keuangan? Eh, jangan salah. Sekecil apapun upaya yang kita lakukan untuk membantu menjaga stabilitas sistem keuangan, tetap akan terasa manfaatnya. Terlebih bila dilakukan secara berkesinambungan.
Apalagi bila dilakukan secara bersama. Satu keluarga, satu bangsa. Seperti lidi, saat hanya ada satu batang lidi tidak akan terlalu terasa manfaatnya. Kekuatannya juga rapuh, terkena benda keras sedikit langsung patah. Namun coba bila ada puluhan batang lidi, ratusan, yang diikat menjadi sapu, jangankan debu, kerikil yang lumayan tajam saja bisa tersapu bersih.
Lalu apa yang dapat kita lakukan untuk membantu menjaga stabilitas sistem keuangan? Banyak. Beberapa mungkin sudah kita lakukan tanpa kita sadari bahwa kebiasaan tersebut merupakan salah satu cara untuk memperkuat daya tahan sistem keuangan terhadap berbagai gangguan ekonomi.
Membiasakan Menabung di Bank
Ini kebiasaan yang sudah saya lakukan sejak mulai bekerja beberapa belas tahun lalu. Tujuan utama saya menabung adalah untuk berjaga-jaga. Saat ada keperluan mendadak yang membutuhkan dana lumayan besar, keuangan saya tetap stabil. Misalkan sakit dan harus di rawat di rumah sakit. Tok, tok, ya, amit-amit. Meski demikian dana tersebut harus disiapkan. Jangan sampai saat sakit kelimpungan mencari pinjaman. Apalagi dulu belum ada Kartu Indonesia Sehat seperti saat ini.
Sekarang kebiasaan menabung tetap dipertahankan, meski jumlahnya tidak besar. Apalagi saya merantau cukup jauh dari kampung halaman. Saya setidaknya menyimpan uang sebesar satu kali tiket pesawat untuk pergi dari kota tempat saya tinggal ke kota terdekat dari kampung halaman. Khawatir ada keperluan yang mengharuskan saya pulang kampung secara tiba-tiba tanpa persiapan yang lumayan panjang.