Raja Ali Haji lebih dikenal sebagai Bapak Bahasa Indonesia. Beliau juga dikenal sebagai seorang ahli bahasa, penulis, sastrawan, sejarawan, dan pahlawan nasional. Raja ali Haji resmi mendapat gelar pahlawan nasional dari Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono pada 10 Nopember 2004.
Karya yang paling terkenal dari Raja Ali Haji adalah "Gurindam Duabelas" yang diterbitkan tahun 1853. Selain itu ada "Bustanu'l-katibin". Sebuah karya lingusitik yang mendeskripsikan tata cara penulisan bahasa Melayu yang sesuai dengan ejaan Arab-Melayu.
"Bustanu'l-katibin" pertama kali dicetak pada tahun 1875 dengan menggunakan teknik litografi --percetakan batu. Beberapa waktu kemudian dicetak ulang di Singapura. Buku ini juga pernah dialih bahasakan ke dalam bahasa Belanda oleh Ph. S. van Ronkel dan dimuat dalam sebuah jurnal Tijdschrift van het Bataviaasch Genootschap XLIV/1909.
Raja Ali Haji juga membuat "Kitab Pengetahuan Bahasa". Buku ini berupa kamus Bahasa Melayu yang diterbitkan pada tahun 1929 di Singapura. Kamus ini menggunakan teknik persajakan dan teknik kaufah. Menjelaskan arti sebuah lema (kata/frasa) dengan mengambil dari sebuah syair atau pantun.
Tak hanya itu, putra pasangan Tengku Haji Ahmad dan Encik Hamidah tersebut juga menulis dan menerbitkan "Samratu'l-muhimmati (Thamarat al-Muhammad)", "Syair Awai"," Silsilah Melayu dan Bugis", "Tuhfat Al-Nafis", "Syair Kitab Hokum al-Nikah" atau "Syair Suluh Pegawai", "Syair Siti Sianah" atau "Jawharat", hingga "Syair Sinar Gemala Mestika Alam".
Kegiatan literasi memang sangat lekat di keluarga Raja Ali Haji. Sang ayah juga kerap menghasilkan sebuah karya tulis. Begitupula dengan kerabat beliau yang lain. Banyak yang menghasilkan karya bermanfaat yang lekat dengan kehidupan sehari-hari, khususnya yang terkait dengan syariat Islam dan keluhuran budaya Melayu.
Salah Satu Ulama Indonesia
Selain ahli dibidang budaya, sastra dan bahasa, pengetahuan Raja Ali Haji di bidang agama Islam juga sangat mumpuni. Beliau memperdalam agama Islam, terutama ilmu fikih, dari beberapa ulama di Pulau Jawa. Selain itu juga memperlajari agama Islam langsung dari ulama Arab Saudi.
Saat pertama kali menunaikan ibadah haji pada usia belasan tahun, beliau sengaja menetap sementara waktu di Mekah untuk memperdalam agama Islam. Tak hanya itu, beliau juga kemudian berkunjung ke Mesir untuk memperlajari tata bahasa Arab, ushuludin, fiqih serta tasauf.
Tak heran beberapa karya beliau sangat kental dengan ajaran-ajaran Islam. Sebut saja buku yang berjudul "Samarat al-Muhimmah Difayah li al-Umara wa al-Kubara wa li ahl al-Mahkamah". Bila dibahasa Indonesiakan menjadi "Pahala dari Tugas Keagamaan bagi Para Pemimpin, Pembesar, dan Hakim".
Ada juga buku berjudul "Bustan al-Katibin li as Sibyan al-Mutaallimin", atau "Taman Para Penulis dan Pencari Ilmu", yang dicetak pada tahun 1875. Buku tersebut berisi mengenai pandangan Raja Ali Haji. Ia berpendapat, satu-satunya jalan untuk mengatasi hawa nafsu dan permasalahan adalah dengan taat kepada hukum Allah SWT yang digariskan dalam Al-Quran.