Kalau bisa, pergi haji selagi muda.Â
Ayo mulai menabung, siapkan dana untuk berhaji dari sekarang.
Kalimat tersebut selalu diucapkan ibu mertua setiap kali kami bertemu. Terkadang diucapkan sepintas lalu saat mengobrol ringan setelah beberapa minggu tidak bertemu. Namun seringnya dikatakan dengan sangat serius, seolah saat itu juga saya harus pergi ke bank dan membuka rekening.
Nasihat tersebut mulai "bawel" dikumandangkan ibu mertua setelah beliau melaksanakan ibadah haji pada tahun 2014 lalu. Ia mengungkapkan ibadah haji yang dilaksanakan empat tahun silam tersebut terasa lebih berat dibandingkan saat beliau melaksanakan ibadah haji pada awal tahun 2000-an lalu.
Faktor usia menjadi salah satu penyebab. Saat usia tak lagi muda, fisik tak lagi begitu leluasa menjalankan beragam kegiatan dalam satu waktu. Kalau pun bisa harus sedikit memaksakan diri. Padahal selama di tanah suci ada banyak kegiatan ibadah yang harus dijalankan. Apalagi "iming-iming" pahala yang berlipat membuat setiap jamaah ingin menjalankan semua ibadah sunnah, terlebih lagi yang wajib, dengan maksimal.
Ibu mertua saya bilang, ibadah haji lebih nikmat dijalankan saat usia relatif muda. Kita lebih leluasa menjalankan semua rukun haji. Lebih fit juga saat harus bolak-balik dari penginapan ke Masjidil Haram untuk shalat berjamaah ataupun itikaf. Bahkan bila lokasi penginapan lumayan jauh dari masjid.
Usia muda relatif lebih sehat, juga lebih kuat menghadapi cuaca di Arab Saudi yang katanya begitu menyengat. Cuaca panas umumnya membuat kondisi badan drop. Badan terasa lebih cepat lelah dan lesu. Apalagi bila harus menyusuri jalan yang berbukit yang banyak di temui di tanah suci. Â
Mulai Menyisihkan Dana
Terus menerus mendapat wajengan dari mertua, membuat saya dan suami mulai terpikir untuk mengumpulkan dana untuk berhaji. Apalagi setelah browsing melalui internet, masa tunggu untuk berhaji di Kota Batam, Kepulauan Riau, mencapai 17 tahun. Jadi bila mendaftar tahun 2018, kemungkinan baru berangkat haji tahun 2035 mendatang.
Saat masa tunggu tersebut pun kita tidak tahu apakah masih diberi umur panjang atau tidak, apakah masih diberi nikmat sehat atau tidak. Tidak sedikit calon haji yang gagal berangkat karena sakit atau keburu meninggal dunia. Salah satunya adalah kerabat suami. Seharusnya berangkat pada musim haji 2018 lalu, namun batal karena keburu meninggal. Akhirnya hanya sang istri yang berangkat.
Sejak "dibaweli" mertua, saya dan suami sebenarnya sudah mulai mengumpulkan uang untuk pergi ke tanah suci. Sedikit demi sedikit kami menyisihkan sebagian uang dari penghasilan setiap bulan. Uang tersebut kami simpan di rekening tersendiri, meski bukan rekening khusus untuk berhaji. Alasannya, uang yang kami kumpulkan belum cukup untuk membuka rekening haji untuk dua orang.