Pembicaraan baik-baik seperti itu biasanya lebih membuahkan hasil. Apalagi orang tua yang baik tidak akan pernah membiarkan anak kesayangannya menjadi "duri" dalam rumah tanggga orang lain. Begitu pula dengan suami yang baik, pasti tidak rela bila si istri berbagi hati dengan pria lain.
Memang ada kalanya orang tua si pelakor memiliki tabiat sebelas-duabelas dengan si anak. Alih-alih menasihati si anak, mereka malah bangga si buah hati dapat menggaet laki-laki berkecukupan, walaupun berstatus suami orang. Apalagi bila si laki-laki royal membelikan ini dan itu. Namun seburuk-buruknya orang tua si pelakor, bila diminta secara baik-baik untuk melarang anaknya agar tidak merebut suami orang, pasti akan dilakukan juga.
Jangan jauhi keluarga suami
Saat memiliki masalah dengan suami, umumnya kita menjadi malas untuk berinteraksi dengan keluarga besar suami. Namun percayalah, saat situasi sedang genting seperti itu, keluarga suami justru menjadi tumpuan harapan untuk membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi.
Jadi alih-alih menjauhi keluarga suami karena kesal, sebal, dll, sebaiknya justru lebih meningkatkan hubungan kekeluargaan dengan seluruh keluarga suami. Minta bantuan ayah, ibu, kakak, adik suami untuk menyelesaikan masalah tersebut. Bila diperlukan ajak sepupu atau om dan tantenya.
Biasanya bila melihat keluarganya terlibat untuk meyelesaikan konflik tersebut, suami akan luluh. Apalagi bila orang tuanya turun langsung untuk membantu menyelesaikan permasalahan. Biar bagaimana pun, keluarga tetap menjadi hal yang utama bagi sebagian besar individu. Bila si keluarga lebih mendukung si istri dan menentang si pelakor, suami biasanya akan berpikir ulang. Apalagi bila dibumbui "ancaman-ancaman khas keluarga besar"
Ah, ini hanya berbagi cerita, tidak bermaksud menggurui. Apalagi pernikahan saya dan suami juga baru seumur jagung. Belum lagi setiap orang juga pasti memiliki keputusan masing-masing yang pasti lebih baik untuk kehidupannnya. Saya pribadi pun sebenarnya lebih memilih prinsip "kesalahan apapun dalam pernikahan dapat dimaafkan, kecuali perselingkuhan." Salam Kompasiana! (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H