Mohon tunggu...
Cucum Suminar
Cucum Suminar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer

Belajar dari menulis dan membaca. Twitter: @cu2m_suminar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pelakor Tak Melulu Berwujud Lajang yang Jalang

22 Februari 2018   14:21 Diperbarui: 22 Februari 2018   14:48 1109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar diambil dari tribunnews.com

Ia juga mengatakan, sebelum memutuskan untuk menikah ia sempat menjauh dari sang suami. Namun setelah beberapa waktu ia akhirnya memutuskan untuk menikahi si suami itu. Ia mengatakan sudah terlanjur klik, cocok. Bila menikah dengan orang lain, belum tentu ia merasakan hal yang sama.

Apalagi, ia mengatakan, sang suami menikah dengan istri yang pertama karena terpaksa. Sang suami saat itu terlilit masalah finansial. Ia terancam tidak bisa melanjutkan kuliah. Hingga akhirnya sang istri pertama yang merupakan anak satu-satunya pengusaha kost-kostan membantu kesulitan.

Tidak enak karena sudah berhutang budi. Beberapa tahun setelah lulus dan bekerja, si suami akhirnya menikahi perempuan tersebut --si istri pertama. Namun karena kondisi ekonomi yang lumayan jomplang, si suami mengatakan, si istri pertama terkadang suka semena-mena. Bahkan saat ia sudah beranjak mapan.

Kesal karena hal tersebut, ia meniatkan untuk mencari istri kedua yang dapat menghargainya, memperlakukannya seperti layaknya seorang suami. Tak menyangka, akhirnya si suami itu bertemu dengan si ibu itu. Hingga akhirnya mereka menikah dan memiliki sepasang buah hati.

Kecewa pada Suami

Ada juga beberapa orang yang dulu saya kenal menjadi pelakor karena obsesi yang belum tuntas. Mereka dulu saling suka, namun gagal menikah karena satu dan lain hal. Sehingga, saat bertemu kembali dengan si eks pacar atau gebetan rasa penasaran kembali hinggap. Apalagi bila kondisi cukup memungkinkan, meski status tidak.

Dulu ada satu kenalan perempuan yang bekerja di perusahaan multinasional. Paras yang manis dengan jabatan yang lumayan prestisius membuat ia disukai banyak pria satu kantor. Namun entah mengapa, ia lebih memilih menikah dengan pria sederhana satu kantor yang jabatannnya jauh dibawah dirinya. Meski belakangan pria tersebut ia sokong, sehingga mendapat jabatan yang lumayan bagus.

Diantara banyak pria itu, ada satu yang tak pantang menyerah. Ia melakukan banyak pendekatan untuk mendekati si perempuan itu, namun usahanya selalu gagal, mental, tak dianggap. Si perempuan tersebut tetap menikah dengan si laki-laki pilihannya. 

Entah karena patah hati, entah memang mendapatkan tawaran yang lebih menggiurkan. Si laki-laki tersebut akhirnya pindah kantor, pindah kota, ia juga kemudian menikah dengan gadis lain.

Meski sudah berpindah kota dan perusahaan, beberapa tahun kemudian ia ternyata harus tetap berhubungan dengan perusahaan lama. Berinteraksi dengan rekan-rekan kerja ia yang lama, termasuk dengan si perempuan yang dulu sempat ia kejar-kejar namun tidak berhasil didapatkan.

Berbeda saat masih lajang, ketika mereka berdua sudah menikah justru menjadi dekat. Usut punya usut, suami yang perempuan itu pilih ternyata tidak sebaik yang dikira. Meski sudah disokong dalam hal karir, si suami ternyata "tidak tahu diri". Sering menggebet perempuan di sana sini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun