Namun bila menghadapi macet yang "mengular", sementara kita harus melakukan kegiatan penting yang sangat "haram" bila datang terlambat, seperti rapat, wawancara kerja, bertemu dengan rekan bisnis, atau akan bepergian dengan menggunakan pesawat, tetap saja rasa cemas itu tak bisa di redam.
Terlebih saat kita berada dalam situasi darurat, misalkan mengantar orang yang akan melahirkan, atau bahkan menemani orang yang dalam kondisi kritis untuk segera mendapatkan perawatan intensif dari rumah sakit. Saat jalanan tersendat, rasa cemas akan semakin memuncak karena khawatir terlambat sampai untuk mendapatkan pertolongan medis.
Macet juga menimbulkan dampak lain yang lebih serius, salah satunya adalah pemborosan energi hingga peningkatan polusi udara. Bahan bakar yang seharusnya bisa digunakan beberapa hari untuk berkeliling dari satu wilayah ke wilayah lain, terpaksa habis karena arus lalu lintas yang tidak "bersahabat". Sementara udara kota juga semakin tercemar akibat asap buangan kendaraan, akibatnya infeksi saluran pernapasan akut lebih rentan meningkat.
Ride-Sharing Salah Satu Solusi
Ada banyak program yang sudah dijalankan untuk mengurangi kemacetan di Jakarta, mulai dari pembatasan kendaraan, penambahan infrastruktur hingga pembenahan fasilitas transportasi umum massal. Namun sepertinya program tersebut belum sepenuhnya berhasil. Kemacetan masih terus menghantui ibukota.
Sebagian masyarakat masih enggan menggunakan kendaraan umum massal, sehingga masih setia membawa sendiri kendaraan pribadi, baik roda dua maupun roda empat. Alasannya, untuk lebih menghemat waktu. Saat membawa kendaraan pribadi, kita bisa langsung berangkat tidak perlu menunggu jadwal keberangkatan atau kendaraan tersebut penuh oleh penumpang.
Saat membawa kendaraan pribadi, kita juga tidak perlu repot ganti kendaraan seperti halnya saat menggunakan kendaraan umum. Sekali duduk, bisa langsung sampai. Selain itu juga lebih nyaman, tidak harus berdesak-desakan dan berebut tempat duduk dengan penumpang lain, terutama pada jam berangkat dan pulang kerja.
Saya sempat mengobrol dengan beberapa teman yang tinggal di Bogor, namun bekerja di Jakarta dan membawa kendaraan pribadi. Mereka umumnya mengatakan lebih suka menggunakan kendaraan umum karena saat diperjalanan bisa istirahat. Selain itu tidak perlu repot mencari parkir, namun karena malas berdesak-desakan di kendaraan umum, dan enggan menunggu terlalu lama kendaraan umum yang akan mereka tumpangi --apalagi bila harus ganti kendaraan beberapa kali, mereka akhirnya terpaksa tetap membawa kendaraan pribadi.
Namun sekarang ternyata sudah ada sistem transportasi berbagi tumpangan (ridesharing) yang digagas UBER. Melalui sistem tersebut kita bisa berangkat ke tempat tujuan, khususnya di wiayah Jakarta dan sekitarnya, senyaman menggunakan kendaraan pribadi, namun dengan biaya yang jauh lebih hemat.
Penumpang yang memanfaatkan layanan tersebut dapat menghemat 65 persen biaya transportasi. Hal tersebut dikarenakan kita berbagi biaya dengan para penumpang lain yang memiliki tujuan searah denga kita. Menariknya, perjalanan kita tetap nyaman karena tidak perlu bergonta-ganti kendaraan seperti halnya saat menggunakan kendaraan umum.
Selain itu, kita juga merasa lebih aman karena menggunakan sistem terpercaya UBER. Penumpang tidak asal naik di tengah jalan tanpa identitas yang pasti. Sebelumnya kita harus mendaftar dulu melalui aplikasi sehingga para penumpang di kendaraan tersebut lebih terkontrol dan terpercaya.