Secara perlahan akhirnya saya menjelaskan bahwa tidak semua anak sulung itu jahat, sebaliknya tidak semua anak bungsu juga berhati malaikat. Watak dan kepribadian tergantung dari diri masing-masing, tidak dipengaruhi oleh urutan lahir. Saya bilang dongeng itu hanya cerita, contoh agar kita tidak berbuat seperti itu.
Mungkin banyak dongeng menceritakan si kakak jahat-si adik baik, agar semua kakak tidak berbuat jahat. Penulis ingin semua kakak menyayangi adiknya. Apalagi orang yang lahir lebih dulu --pada usia-usia tertentu-- pasti lebih kuat dan berani dari sang adik. Sang kakak harus menjadi contoh yang baik bagi si adik.
Harus Mulai Perbanyak Dongeng yang Tidak Mencap Urutan Lahir
Mungkin PR juga buat kita semua untuk membuat cerita anak-anak yang tidak mendiskreditkan si sulung ataupun si bungsu. Cerita legenda yang sudah ada biarlah menjadi pembelajaran tersendiri buat anak-anak kita --apalagi itu cerita yang sudah diceritakan sejak dulu kala, sudah turun-temurun. Entah siapa juga yang pertama kali menceritakannya. Yuk, mulai belajar membuat cerita anak edukatif yang tidak memojokan si kakak maupun adik untuk lebih memberi warna cerita-cerita anak Indonesia. Salam Kompasiana! (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H