[caption caption="Dok ATB/Pelabuhan Internasional Batam Centre diambil dari udara. Pelabuhan internasional ini merupakan salah satu pintu masuk wisatawan mancanegara."][/caption]
Hujan deras yang mengguyur Batam Jumat (20/11) lalu tak menyurutkan semangat Kompasianer dan blogger Kepulauan Riau (Kepri) untuk berkumpul bersama di salah satu restoran khas Sunda di kawasan Batam Centre, Kota Batam. Seluruh Komapsianer dan blogger yang diundang hadir untuk bersilaturahim dengan Kepala Dinas Pariwisata Kepri, Guntur Sakti. Selain saya, ada Kompasianer Wahyu Satriyo Wicaksono, Rakhmad Fadli, Danan Wahyu Sumirat, Joko Kristiono, dan Boub Mahbub.
Para penggiat di media daring (online) tersebut secara khusus diundang oleh Dinas Pariwisata Kepri untuk membantu lebih memperkenalkan potensi-potensi wisata yang ada di Kepri. Meski memiliki sejuta potensi wisata bahari dan sejarah yang tak kalah menarik dengan daerah wisata kelas dunia, para pelancong masih banyak yang belum tahu.
Selama ini para wisatawan lokal maupun asing lebih tertarik berkunjung ke Kota Batam untuk menjelajah aneka resort, kuliner dan wisata belanja. Padahal ada banyak tempat wisata lain di Kepri yang tak kalah menarik untuk dijelajahi, mulai dari wisata sejarah di Pulau Penyengat, sea sport di kawasan Bintan Resorts, hingga menikmati pesona alam Anambas yang di nobatkan oleh CNN sebagai gugusan pulau tropis terbaik di dunia.
Beberapa tahun terakhir, Kepri memang dinobatkan sebagai provinsi ketiga terbanyak yang dikunjungi wisatawan – setelah Bali dan Jakarta. Namun dengan berkembangnya moda transportasi yang menghubungkan secara langsung kota-kota besar di Indonesia dengan negara tetangga, membuat petinggi pariwisata  Kepri ketar-ketir.
Apalagi sebagai daerah terluar dari Indonesia, sistem transportasi di Kepri masih sangat terbatas. Provinsi yang baru berusia belasan tahun tersebut masih bergantung pada transportasi darat dan laut. Akibatnya jarak Kualalumpur – Kepri yang secara geografis lebih dekat, memakan waktu tempuh lebih lama dibanding Kuala Lumpur – Jakarta.
Tak heran selama ini wisatawan dari Malaysia umumnya berasal dari daerah Johor Bahru yang memang berjarak lebih dekat dengan Kepri, atau wisatawan Malaysia yang memang sedang berlibur ke Singapura dan memutuskan mampir Ke Kepri. Wisatawan Malaysia dari daerah lain lebih memilih berlibur ke kota lain di Indonesia atau negara-negara asia lainnya karena memiliki waktu tempuh yang lebih cepat.
Saat pemerintah membuka akses penerbangan internasional di kota-kota besar di Indonesia, bukan tidak mungkin, kedepan para pelancong dari negeri Jiran akan lebih memilih berbelanja di kawasan Malioboro dibanding memuaskan hasrat belanja di mal-mal Kota Batam. Tidak menutup kemungkinan juga pelancong dari Vietnam lebih memilih menyusuri Lawang Sewu, Semarang dibanding mampir ke Vietnam Camp atau Pulau Penyengat.
Apalagi menurut Guntur Sakti, beberapa wilayah di Indonesia mulai berbenah untuk lebih meningkatkan PAD (pendapatan asli daerah) melalui sektor wisata. Sumatera Utara misalkan, sudah bersiap memoles Danau Toba agar lebih menarik untuk dikunjungi wisatawan mancanegara, begitupula dengan Palembang. Kota tersebut sudah berbenah untuk menjual aneka wisata yang berbau air.
Media berbayar yang memerlukan biaya yang tidak sedikit untuk mempublikasikan beragam potensi yang dimiliki Kepri, membuat pemerintah harus pintar-pintar mencari cara lain. Selain mengaktifkan beragam sosial media – salah satunya instagran wonderful kepri, Dinas Pariwisata Kepri juga memutuskan untuk berpromosi melalui kepri.travel.