Dimana langit dijunjung, di situ bumi dipijak
Kata-kata tersebut sepertinya pas untuk menggambarkan bahasa daerah yang ada di Indonesia. Negeri yang baru saja mengadakan pemilihan presiden ini memiliki bahasa daerah yang sangat kaya. Terkadang beberapa kata di satu daerah sama dengan daerah yang lain, meski memiliki arti yang berbeda.
Kata “Bujur”
Saya asli Sunda – lahir dan besar di tanah pasundan. Hanya saja, karena menikah akhirnya saya pindah ke Batam – kota yang ditinggali oleh hampir semuai suku dari Indonesia, saking beragamnya.
Saat itu saya menerima undangan pernikahan dari salah satu rekanan kantor yang orang Karo, Sumatera Utara. Saat menerima undangan tersebut saya mengucapkan:
“Selamat ya Pak, semoga acaranya lancar, jadi keluarga yang bahagia, sejahtera…dll.”
Terus rekanan tersebut menjawab:
“Bujur.”
Sebagai orang Sunda kagetlah saya. “bujur” dalam Bahasa sunda berarti (maaf) “pantat”. Padahal orang itu mengucapkan kata terimakasih dalam Bahasa Karo =D. Untung teman satu ruangan ada yang mengerti Bahasa Sunda dan Karo sekaligus sehingga tidak ada salah paham =D.
Kata “Comel”
“Aduh comel kali anaknya.”
Setiap kali mengajak anak saya jalan-jalan selalu ada saja yang mengatakan kalimat tersebut. Awalnya saya agak emosi, enak saja anak saya dibilang comel. Apalagi waktu itu anak saya belum bisa berbicara karena masih berusia hitungan bulan.
“Comel” dalam Bahasa Sunda adalah suka menyebarkan rahasia orang lain. Intinya tidak dapat dipercaya dan memiliki arti yang kurang baik. Namun ternyata dalam Bahasa Melayu, “comel” itu berrati lucu dan menggemaskan. Hadeeh, untuk waktu itu saya menahan diri tidak marah-marah =D.
Kata “Cokot”
“Hayo, cokot bolana.”
Direksi di perusahaan saya sempat terkejut saat salah satu teman main golfnya mengatakan kalimat tersebut pada caddie yang mendampingi mereka.
Dia bilang, gak sopan banget suruh caddie itu menggigit bolanya dari hole. Mentang-mentang dia bos di perusahaan, bersikap sewenang-wenang pada seorang caddie. Kebetulan bos saya itu orang Jawa, dan “nyokot” dalam bahasa jawa berarti “gigit”. Padahal kalau dalam Bahasa Sunda “cokot” berarti “ambil”. Hadeeeh!
Saya belajar dari sama kata, beda arti tersebut untuk selalu berpikiran terbuka dan meluaskan cara pandang kita terhadap sesuatu. Jangan berprasangka terlebih dahulu karena belum tentu seburuk apa yang kita kira.
Selain itu, kita harus bangga karena Indonesia memiliki banyak bahasa daerah yang sangat beragam. Yuuk kita lestarikan, dan apa salahnya mempelajari bahasa daerah lain dan budaya lain untuk kesatuan dan persatuan. Halah bahasanya =D. (*)
[caption id="attachment_333731" align="aligncenter" width="320" caption="Netsains.net"][/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H