Mabes Polri Tetapkan Abob Tersangka
5 Tahun Jual BBM Ilegal
Judul tersebut dicetak tebal dan besar dihalaman utama surat kabar lokal Batam hari ini (4/9). Sebenarnya, kami warga Batam tidak terlalu terkejut dengan kabar ditangkapnya seorang pencoleng minyak. Sejak beberapa tahun terakhir, bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi di Kota Batam memang selalu kurang, tidak pernah cukup hingga waktu yang telah ditentukan.
Otoritas Kota Batam juga kerap melakukan sidak ke SPBU tertentu yang diduga menjual BBM ke pihak tertentu yang tidak seharusnya. Beberapa waktu lalu Wakil Walikota Batam, Rudi, bahkan pernah menangkap tangan salah satu supir yang sedang mengisi BBM di sebuah SPBU dengan jumlah yang tidak wajar.
Saat ditegur Rudi, supir tersebut malah mengeluarkan sejumlah uang sebagai gratifikasi. Saya yang waktu itu membaca berita di salah satu surat kabar lokal, sempat tertawa, mungkin pencoleng itu tidak pernah membaca koran hingga seorang Wakil Walikota saja ia tidak tahu, bahkan mau ia sogok.
Setelah kasus tersebut juga terungkap beberapa kasus lain yang terkait penyimpangan distribusi BBM bersubsidi di Kota Batam. Para pencuri BBM bersubsidi di SPBU tersebut umumnya mengubah bentuk tempat bensin/solar di mobil sehingga kapasitas bensin/solar yang tertampung dapat lebih banyak.
Selain memergoki pencoleng yang merekondisi tempat bensin/solar, beberapa hari lalu petugas kepolisian juga sempat menemukan gudang solar di Kampung Panglong, Nongsa, Batam. Gudang tersebut disinyalir digunakan sebagai tempat menyimpan solar sebelum akhirnya dijual secara ilegal.
Umumnya kasus-kasus tersebut menguap begitu saja. Kalaupun ditindak biasanya, tidak pernah menyentuh “si boss”, biasanya yang terhukum hanya si pelaku eksekusi di lapangan. Itu makanya, saat tadi pagi membaca Batam Pos bahwa pengusaha minyak asal Kepulauan Riau, Ahmad Mahbub, atau yang akrab disapa Abob, ditetapkan sebagai tersangka saya sangat salut. Akhirnya kepolisian mengungkap juga mafia BBM di Batam.
Selama ini, mafia-mafia tersebut (selain Abob, ada 11 kasus mengenai pencoleng solar yang ditangani kepolisian) seperti tidak tersentuh hukum. Namun ternyata itu karena mereka bermain uang. Berdasarkan dari koran lokal yang saya baca tersebut, mafia BBM tersebut melibatkan oknum TNI AL dan pegawai Pertamina. Duh lagi-lagi petugas dan aparat yang terlibat. MIRIS.
Para pencoleng itu tidak kasihan apa ya, setiap pagi, siang dan sore banyak mobil-mobil yang mengantri panjang untuk membeli solar. Terkadang saat berangkat atau pulang kantor saya sempat berpikiran, kok sekarang Batam macet ya, ternyata bukan macet, namun banyak yang mengantri solar hingga ke jalan raya.
Terkait kasus Abob ini saya ingin beropini:
- Mungkin ada baiknya petugas patroli dilakukan secara gabungan lintas intansi (TNI AL, TNI AD, TNI AU, Kepolisian – kalau ramai-ramai seperti itu mungkin malu kalau ada yang tergiur uang suap), dan diawasi secara berkala, bila perlu dilakukan sidak sewaktu-waktu oleh pejabat yang pangkatnya sangat tinggi (namanya sidak, usahakan jangan sampai bocor, kalaupun bocor terdeteksi siapa yang membocorkan, nanti tinggal orang tersebut yang dikonfortir). Hal tersebut dikarenakan Batam merupakan salah satu daerah yang berada di sisi terluar RI sehingga lebih mudah menjual BBM di pasar gelap. Bayangkan harga BBM tersebut dijual dengan harga Rp3.500 untuk bensindan Rp4.500 untuk solar. Ada berapa uang negara yang dicuri? Masyarakat biasa juga mau pasti beli dengan harga yang lebih murah dari harga pasar.
- Saat jumlah muatan BBM untuk suatu kapal Pertamina sudah ditentukan, jangan sekali-kali dilebihkan. Itu yang selama ini menjadi modus Abob untuk mencuri BBM. Mungkin memang perlu orang jujur dan sangat tegas yang membidangi isi mengisi BBM ke kapal tersebut.
- Mungkin instansi terkait harus lebih ketat lagi mengawasi. Pencoleng BBm beraksi mungkin karena ada niat dan kesempatan sehingga mulus beroperasi hingga lima tahun.
- Mungkin perlu dipasang alat pemantau untuk mendeteksi bila ada kapal yang mencurigakan. Selain itu, mungkin harus ada rolling petugas baik petugas pengawas dari TNI maupun pegawai Pertamina secara berkala. Bila terus digilir mungkin mereka tidak akan sampai membuat jaringan yang cukup kuat seperti itu.
- Beri hadiah yang cukup besar bagi pelapor yang menginformasikan pencurian BBM dan lindungi namanya. Bila ada iming-iming hadiah mungkin ada yang tertarik membocorkan aktivitas illegal tersebut.
- Satu hal yang pasti, hukum seberat mungkin. Bila hukumannya tidak setimpal khawatir mereka tidak jera, dan mencari celah lagi untuk melakukan hal yang sama. Padahal BBM merupakan barang penting. Apalagi nanti bila harga BBM naik. Tidak adil rasanya kita bersusah payah menyesuaikan gaya hidup karena harga BBM naik, sementara diluar sana ada yang mencuri dan menjual ke pihak asing dengan harga jauh lebih murah. Air bersih yang diolah ATB saja dijual ke kapal-kapal asing yang ke Batamjauh diatas harga produksi dan harga pasar, masa BBM dijual sangat murah =D.
- Satu lagi bila ada keluarga yang tergelincir seperti itu, mungkin harusnya diingatkan, bukannya ditampung uang hasil kejahatannya. Sehingga, akhirnya Niwen yang bertansaksi di Bank hingga 1,3 Triliun pun terseret. Sekedar mengingatkan, Niwen merupakan adik Abob. Namun mungkin agak sulit ya bila melihat langsung uang melimpah seperti itu =D. Harus kuat iman. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H