Mohon tunggu...
Cucum Suminar
Cucum Suminar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer

Belajar dari menulis dan membaca. Twitter: @cu2m_suminar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kemacetan di Kota Batam

3 Oktober 2014   00:06 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:36 1306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_345630" align="aligncenter" width="600" caption="Dok Pribadi/Kemacetan di Simpang Jam dari arah Batu Ampar. Foto diambil Kamis, 2 Oktober 2014 pukul 10:30 WIB."][/caption]

Kemacetan sepertinya akan selalu menjadi momok bagi setiap kota, tak terkecuali Batam. Saat pertama kali menjejakkan kaki di pulau yang sepelemparan batu dari Singapura ini empat tahun lalu, jalanan Kota Batam yang umumnya lebar masih lengang oleh kendaraan. Tidak ada antrian kendaraan yang mengular seperti yang kerap terjadi di kota-kota lain.

Meski kondisi Batam belum separah Bogor atau Jakarta, namun saat ini sudah mulai terlihat potensi kemacetan yang akan terjadi di kota yang berpenduduk sekitar 1,2 juta jiwa ini. Setiap pagi dan sore hari saat para pekerja pergi-pulang kantor, selalu terlihat deretan kendaraan yang cukup panjang di beberapa perempatan saat lampu merah berlangsung.

Bila tahun-tahun sebelumnya, pengendara roda empat selalu lancar setiap kali melewati lampu lalu lintas. Sejak beberapa waktu terakhir ini, bisa dua hingga tiga kali menunggu giliran melewati lampu lalu lintas karena deretan kendaraan yang cukup panjang.

Perempatan yang cukup padat adalah di Simpang Kabil, yang berlokasi tidak jauh dari Kepri Mall. Pengendara harus sabar menunggu beberapa menit – terkadang hingga tiga kali lampu merah saat melewati simpang tersebut, terutama pengendara kendaraan dari arah Mukakuning ke Batam Centre, dan sebaliknya dari arah Batam Centre ke Mukakuning.

Selain di simpang Kabil, deretan kendaraan yang cukup panjang juga biasanya terjadi di Simpang Jam – terutama pada sore hari dengan arah Batam Centre- Tiban. Mungkin karena banyak pegawai dan pekerja yang bermukim di Tiban atau Sekupang, namun bekerja di Batam Centre/Sei Panas dan sekitarnya.

Tadi pagi usai pulang dari acara kantor di daerah Bengkong sekitar pukul 10:30 WIB, kendaraan yang saya dan beberapa rekan kerja kendarai sedikit tersendat di Simpang Jam dan harus menunggu hingga dua kali lampu merah sampai akhirnya melaju dengan lancar ke arah kantor kami di daerah Sukajadi. Padahal jam tersebut kan seharusnya bukan jam sibuk bagi kendaraan ya, karena sudah lewat jam pergi kantor, dan belum masuk jam istirahat. Yup kondisi Batam yang serba dekat satu sama lain, membuat beberapa pekerja menyempatkan diri pulang ke rumah saat waktu istirahat.

Selain lampu merah, kemacetan di Batam umumnya disebabkan oleh kecelakaan. Sempat beberapa kali terjadi kecelakaan di Jalan Raya Gajah Mada yang menghubungkan daerah Tiban ke Batam Centre. Saat ada kecelakaan kendaraan pasti ada kemacetan yang cukup panjang. Begitu pula dengan yang pernah terjadi di Batu Aji. Sempat terjadi kemacetan yang cukup mengular saat ada kendaraan besar yang mengalami kecelakaan. Hal yang sama terjadi di sekitar Simpang Rujak yang kemarin sore sempat terjadi kecelakaan kendaraan besar dan menyebabkan macet lumayan panjang karena kendaraan tersebut sempat menghalangi jalan.

Selain kecelakaan dan lampu merah, penyebab kemacetan di Kota Batam adalah karena jumlah kendaraan yang cukup banyak. Bila dirata-rata pertumbuhan kendaraan roda dua setiap bulan mencapai 5.000 unit, dan rata-rata pertumbuhan kendaraan roda empat mencapai 500 s/d 600  unit per bulan.

Hingga akhir Juni 2013, kendaraan roda dua yang melaju di jalanan Kota Batam mencapai 413.986 unit dan roda empat 216.248 unit. Padahal, pertumbuhan pembangunan jalan di Kota Batam tidak berbanding lurus dengan laju pertumbuhan kendaraan roda dua dan roda empat.

Berdasarkan data BP Batam yang dirilis dalam buku Development Progress of Batam, total jalan yang sudah dibangun BP Batam adalah 438, 46 kilometer dengan rincian, 195,50 merupakan jalan arteri, 155, 94 jalan kolektor, dan 87,02 jalan lokal. Panjang jalan tersebut tidak berubah dari 2012 ke 2013. Itu berarti tidak ada penambahan panjang jalan dari 2012 ke 2013.

Saat Batam menjadi tuan rumah MTQ Nasional XXV memang sempat ada penambahan jalan. Saat ini juga ada pembangunan jalan di Simpang Kabil. Hanya saja pembangunan jalan tersebut relatif sedikit dibanding pertumbuhan kendaraan yang cukup tinggi di Kota Batam.

Lalu apa yang menyebabkan jalanan kota Batam mulai tersendat?


  • Belum ada kendaraan umum yang memadai. Banyak titik-titik di Kota Batam yang belum dilalui oleh angkutan umum massal seperti angkot atau bis, seperti halnya di kota lain. Hal tersebut menyebabkan warga yang enggan berjalan kaki memilih membeli atau mengkredit kendaraan – baik roda dua maupun roda empat, apalagi banyak penawaran menarik dengan cicilan terjangkau dari showroom maupun dealer. Berdasarkan informasi dari obrolan ringan beberapa warga Batam, saya sempat mendapat informasi bahwa dulu saat kendali angkutan umum masih di bawah BP Batam, mereka berencana akan membuat angkutan umum berupa bis – Trans Batam (seperti Trans Pakuan yang ada di Bogor). Namun entah mengapa hingga sekarang, Pemerintah Kota Batam masih belum menambah jalur trayek Trans Batam hingga menjangkau seluruh wilayah di Batam. Mungkin masih dalam persiapan atau apa. Kurang tahu.



  • Selain trayek angkutan umum di Kota Batam belum menjangkau seluruh wilayah, angkutan umum tersebut juga biasanya memiliki trayek suka-suka. Angkot kuning Bengkong-Mukakuning misalkan, ada yang lewat ke daerah Batam Centre-Mega Mall, ada juga yang lewat ke arah Sukajadi, ada juga yang ke arah Simpang Frangky. Jadi sebelum naik angkot harus tanya dulu, lewat Mega Mall gak, Bang? Hadeeh ribet kan. Mungkin hal tersebut dikarenakan tidak ada terminal yang menjadi patokan angkot tersebut. Kalaupun ada di daerah dekat Batamindo sudah lama tidak beroperasi sebagaimana mestinya.



  • Batam masih minim trotoar. Mungkin ini alasan yang tidak langsung. Hanya saja dengan tidak adanya trotoar di beberapa titik jalanan Kota Batam membuat masyarakat malas berjalan kaki sehingga menjadi manja. Pergi hanya 100 meter saja menggunakan mobil atau motor, apalagi cuaca Batam lumayan panas sehingga masyarakat sangat tergantung dengan kendaraan.




  • Kendaraan yang tidak sebanding dengan jalanan di Kota Batam, apalagi Batam merupakan kota yang tidak terhubung dengan kota lain melalui jalur darat. Mungkin memang ada baiknya membatasi jumlah kendaraan di Kota Batam yang konon katanya bertahun-tahun lalu sempat diberlakukan. Hanya saja wacana tersebut sepertinya tidak dipilih otoritas kota ini karena beberapa alasan.

Semoga Pemerintah Kota Batam maupun BP Batam segera mengambil tindakan agar kemacetan di Kota Batam segera teratasi – walaupun mungkin kalau dibandingkan dengan Jakarta dan Bogor, masih dalam tingkat tersendat, bukan macet. Namun bila dibiarkan, tidak mustahil Batam akan seperti kota-kota tersebut. Mungkin ada baiknya melengkapi trayek angkutan umum yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat Kota Batam, tentu angkutan umum yang aman, nyaman dan terjangkau.(*)

Berita terkait: http://regional.kompasiana.com/2014/06/25/kota-batam-dan-angkutan-umum-masal--664361.html

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun