Mohon tunggu...
Cucum Suminar
Cucum Suminar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer

Belajar dari menulis dan membaca. Twitter: @cu2m_suminar

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Tips Menempuh Perjalanan Jauh Bersama Balita

31 Oktober 2014   02:29 Diperbarui: 31 Desember 2021   17:47 5430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok Pribadi/Membaca agar tidak bosan.


Membawa anak balita pergi jauh gampang-gampang susah. Dua tahun lalu, saat anak saya berusia 13 bulan, saya membawa anak pulang kampung ke Bogor-Sukabumi, Jawa Barat. Mungkin karena belum terbiasa pergi jauh, beberapa hari menjelang pulang kembali ke Batam anak saya sakit hingga harus dirawat di rumah sakit selama empat hari.

Alhasil semua rencana gagal. Uang juga tersedot untuk biaya rumah sakit. Saya juga sangat panik karena anak saya tidak mau makan, enggan minum susu, dan menolak untuk minum air putih. Anak saya yang tadinya montok langsung mengurus. 

Tidak mau kejadian 20 bulan lalu terulang. Saat pulang kembali ke Bogor-Sukabumi beberapa hari waktu lalu, saya menyiapkan semuanya dengan seksama. Apa saja yang disiapkan?

Dok Pribadi/Makan cukup.
Dok Pribadi/Makan cukup.

Pastikan Anak Makan Cukup

Sebelum pergi harus dipastikan anak sudah makan dengan cukup. Bila anak malas sarapan dirumah bawa saja bekal, bisa masak sendiri atau membeli. Kita bisa menyuapi anak saat perjalanan dari rumah ke bandara, saat menunggu pesawat di ruang tunggu, hingga saat di pesawat. 

Bila masih malas makan, mungkin karena terlalu pagi, bikin saja susu agak kental. Yup, kebetulan anak saya sudah tidak mengkonsumsi ASI sejak usia delapan bulan. Atau bisa juga menyuapi anak dengan beragam kudapan seperti pudding.

Dua tahun lalu penyebab anak saya sakit salah satunya karena makan tidak teratur. Waktu itu anak saya baik-baik saja dan tidak rewel, namun ia memang tidak mengkonsumsi makanan sebanyak biasanya. Waktu itu saya tidak ambil pusing, biarlah toh juga tidak rewel, namun ternyata malah membuat anak saya harus diopname.

Dok Pribadi/Memilih transportasi umum.
Dok Pribadi/Memilih transportasi umum.

Jangan Buat Anak Stres

Dua tahun lalu saya melakukan perjalanan tanpa jeda. Usai melakukan perjalanan udara sekitar 90 menit, saya langsung melakukan perjalanan darat selama lebih dari enam jam. Saya mampir ke Bogor sekitar 10 menit, numpang minum, setelah itu langsung pergi ke Sukabumi. Alhasil jangankan anak saya, saya saja yang dulu biasa bolak-balik Bogor-Sukabumi-Bogor saja langsung tepar.

Dok Pribadi/Pemandangan yang bisa dilihat dari KA
Dok Pribadi/Pemandangan yang bisa dilihat dari KA

Tidak mau kejadian lalu berulang, saya memilih melakukan perjalanan lebih lama. Usai naik pesawat saya ajak anak berkeliling sekitar bandara. Selain itu saya menolak diantar-jemput naik mobil, saya memilih naik Bis Damri untuk perjalanan Jakarta-Bogor dengan tiket Rp70.000/orang karena waktu itu saya naik Royal Damri. Mengapa saya memilih Damri? Karena tempatnya lebih lapang, ac-nya sangat dingin, dan kita bisa melihat pemandangan melalui kaca yang cukup besar. Agar lebih nyaman saya memesankan kursi juga untuk anak saya, sehingga tidak letih digendong.

Setelah sampai Botani Square, saya juga tidak buru-buru pulang ke rumah. Saya memilih untuk makan dan berkeliling mall. Tidak peduli membawa tas gemblok yang cukup besar berisi baju ganti. Saya hanya ingin memastikan anak saya tidak stress di jalan dan dia menikmati setiap perjalanan.

Setelah bermalam dan bertemu keluarga-kerabat di Bogor, baru saya melanjutkan perjalanan ke Sukabumi untuk bertemu nenek saya. Sama halnya dengan perjalanan dari Jakarta-Bogor, saya memilih angkutan umum dibanding naik kendaraan pribadi. Hanya saja kendaraan yang saya pilih untuk ke Sukabumi adalah kereta api. 

Saya memang menghindari naik mobil, apa pasal? Kota Batam terbilang kecil. Anak saya biasanya paling jauh hanya naik mobil sekitar 30-60 menit. Sehingga, saat harus naik mobil lebih dari itu, ia sepertinya sangat tersiksa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun