Mohon tunggu...
Cucu Laelasari
Cucu Laelasari Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Peuyeum Curuluk, Tape Ketan Khas Subang

30 Mei 2017   06:40 Diperbarui: 30 Mei 2017   07:03 969
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Peuyeum curuluk adalah sebutannya, peuyeum berarti tape, terbuat dari ketan ini merupakan salah satu makanan khas Kabupaten Subang, dinamai peuyeum curuluk ( tape curuluk) karena tape ini berasal dari kampong curuluk, sebuah desa yang berada di Kecamatan Pagaden Barat Kabupaten subang, sekitar tiga sampai empat kilo meter dari kota Subang ke arah barat.

Tape curuluk ini seperti tape pada umumnya, terbuat dari beras ketan, bisa ketan putih atau ketan hitam yang dimasak seperti nasi, kemudian dikukus, sebelumnya harus dibersihkan terlebih dahulu, karena apa bila ketan yang mau dimasak kurang bersih akan mempengaruhi kualitas tape nanti. Setelah nasi ketan matang didinginkan di atas tempat yang agak lebar seperti tampah sambil di didinginkan dengan kipas (bahasa Sunda hihid) yang terbuat dari bambo yang dianyam, atau sekarang sudah mulai menggunakan kipas angina kecil, setelah dingin diberi ragi secukupnya atau sesuai aturan, kualitas ragi pun berbeda-beda, ragi yang kurang bagus akan menghasilkan tape yang agak masam atau kecut, apa lagi kalau berasnya kurang bersih mencucinya akan menghasilkan tape yang lembek dan kecut. Tapi apa bila beras dicuci bersih, raginya bagus dan pas, alat yang digunakan bersih, maka tape yang dihasilkan akan bagus, terasa manis dan tidak banyak air.

Setelah benar-benar dingin tape dibungkus dengan daun kemiri yang sudah dibersihkan, dengan membiarkan pelepahnya tanpa dipotong agar memudahkan untuk menginkatnya. Banyaknya tape yang dibungkus sekitar satu sendok, disesuaikan dengan daun kemiri yang kecil. Tape yang sudah dibungkus disimpan selama dua hari dengan ditutup kain atau daun pisang menunggu permentasi, setelah tape dianggap matang baru tape dibuka, dan baru bisa dimakan. Inilah yang membedakan tape curuluk dengan tape-tape lainnya, kalau tape lain dibungkus dengan daun pisang, atau hanya disimpan didalam toples saja. Sedangkan tape curuluk ini dibungkus daun kemiri yang semat dengan lidi, kemudian pelepahnya disatukan sebanyak sepuluh biji dan diikat. Kemasan tape ini tidak ada di tempat lain.

Penduduk desa curuluk kebanyakan memproduksi tape di rumahnya kemudian dijajakan ke daerah lain, ke pasar, atau ke pemukiman di kota, bahkan ada yang menjualnya ke luar Subang, para pedagang ini biasanya menjajakan tape disertai dagangan lainnya, berupa makanan khas seperti dodol, opak, dan ranginan. Selain dijajakan di pasar dan keliling kota, mereka melayani pesanan untuk acara besar seperti hajatan, atau hari-hari raya. Tape ini sangat pas dimakan dihari raya karena rasanya yang segar. Tpae ini juga sering dijadikan oleh-oleh bagi tamu-tamu dari luar Subang karena penampilannya yang khas. Yu kita lebih mencintai dan menyukai makanan khas daerah sendiri dengan berbagai ragam makanan khas agar dapat mendongkrak perekonomian rakyat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun