Ko masih berani makan dodongkal? Itu celetukan salah seorang teman ketika saya dan teman-teman yang lain  mencicipi dodongkal tadi pagi. Dodongkal adalah panganan (khas Sunda) yang terbuat dari tepung beras dicampur dengan gula merah dan kelapa. Banyak penamaan lain untuk panganan ini,di daerah lain di Jawa Barat ada yang menyebutnya "awug". Sedangkan di daerah Karawang (tempat saya bekerja) disebut dodongkal. Pertanyaan teman yang heran mengapa kami masih mau makan dodongkal memang beralasan, karena beberapa hari kemarin ada peristiwa yang cukup menghebohkan yaitu banyak yang mengalami keracunan setelah makan dodongkal. Di daerah Cilamaya Kabupaten Karawang ada penjual dodongkal dan teman kerja saya yang memang tinggal di Cilamaya hampir setiap hari suka membeli dodongkal untuk sarapan dan dicicipi rame-rame. Pada saat hari kejadian, teman saya tersebut membeli dodongkal dan seperti biasa saya dan teman-teman yang lain mencicipinya. Menurut teman saya itu, siang harinya dia memang mendapat kabar dari keluarganya kalau di desanya banyak yang keracunan setelah menikmati dodongkal. Teman saya tidak langsung mengabarkan berita tersebut kepada kami karena dia merasa bersalah dan takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan menimpa kami yang telah mencicipi dodongkal yang dibawanya. [caption id="attachment_162144" align="aligncenter" width="580" caption="Dodongkal (panganan jenis ini yang sudah diracuni)"][/caption] Keesokan harinya setelah melihat kondisi kami baik-baik saja (mungkin karena kami mencicipi sedikit saja) dia baru berani cerita mengenai kejadian yang terjadi di kampungnya bahwa banyak warga di desanya yang keracunan setelah makan dodongkal, karena ternyata dodongkal itu telah dicampur racun pembasmi keong yang memang banyak digunakan para petani di Karawang. Kasus keracunan ini ditetapkan sebagai peristiwa luar biasa oleh pemerintah Kabupaten Karawang dan sekarang memang sudah ditangani pihak kepolisian Karawang, ada banyak korban sekitar 87 orang yang harus mendapat perawatan rumah sakit dan pada hari Selasa 7 Februari 2012 kemaren berkurang menjadi 32 orang. Mereka umumnya mengalami mual,pusing,muntah,lemas bahkan ada yang sampai kejang-kejang (sumber : tribun jabar). Pemerintah setempat pun menanggung semua biaya perawatan, suami si ibu penjual dodongkalnya diamankan oleh pihak kepolisian, karena ternyata dia telah dengan sengaja mencampurkan racun pembasmi keong ke dalam adonan dodongkal. Tindakan suaminya itu dipicu karena pertengkaran dengan istrinya yang menurut informasi si istri menolak diajak "rujuk" dan dengan emosi si suami mengeluarkan kata-kata kasar dalam bahasa Sunda 'Ku Aing paehan geura kabeh' (Saya bunuh semua). Ternyata perkataan si suami bukan cuma gertakan, ia membuktikannya dengan menambahkan racun ke dalam adonan dodongkal dan telah membuat banyak warga jadi korban dan dia sendiri yang sekarang harus mempertanggung jawabkan perbuatannya. Selamat Malam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H