Mohon tunggu...
Cuca Ethancool
Cuca Ethancool Mohon Tunggu... -

Read more, Write more. Tamiang Layang / cucaethancool@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menolong Malah Apes

27 Mei 2016   19:26 Diperbarui: 27 Mei 2016   19:36 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: antaranews.com

Selamat malam Indonesia

Menolong orang lain yang sedang dalam kesusahan itu, wajib hukumnya. Semua agama di dunia ini pasti dalam ajarannya, mengajarkan tentang kebaikan terhadap orang lain. Saling tolong menolong adalah hal yang biasa di dalam kehidupan manusia. Tak pernah ada kata rugi ketika kita bisa menolong orang lain. Yang ada kita malah bertambah bahagia jika hidup kita bisa menjadi berkat bagi sesama.

Tapi lain kisah, jika niat tulus kita untuk menolong orang lain, malah merugikan diri kita sendiri. Bukannya dapat ucapan terima kasih, tapi malah bernasib sial. Nasib...nasib. 

Sedikit cerita dari pengalaman teman saya. Ternyata menolong orang lain itu malah bisa merugikan diri sendiri. Niat baik kita berakhir menjadi sesuatu yang tidal baik untuk diri sendiri. 

Suatu ketika teman saya ini pulang kerja, ada orang yang naik motor, terserempet mobil. Sehingga menyebabkan orang tersebut mengalami kecelakaan. Terjatuh adi motor serta menyebabkan luka parah. Teman saya yang melihat kejadian tersebuh, berniat menolong. Karena kejadian tersebut tepat terjadi di depannya.

Sehingga dia berinisiatif untuk berhenti dan menolong orang yang mengalami kecelakaan tadi. Namanya juga manusia, pasti punya rasa untuk menolong, ketika orang lain mengalami musibah. Apalagi jika kejadian tersebut terjadi dihadapan kita. 

Pada saat teman saya ini menolong orang tersebut, datanglah orang-orang yang berada disekitar kejadian kecelakaan. Bukannya membantu dan berterima kasih, tapi malah menuduh bahwa teman saya inilah yang sudah menabrak orang tadi. Padahal teman saya ini cuma berhenti mau menolong. Tapi orang-orang yang ada di tempat kejadian, tidak mau percaya. Malah mereka mau melaporkan kejadian itu ke kantor polisi. 

Teman saya ini jadi bingung sendiri, kok malah kaya gini ceritanya. Tapi orang kampung tetap tidak percaya, dan tidak mau kalau masalah ini hanya diselesaikan secara kekeluargaan. Mereka maunya, teman saya ini membayar biaya pengobatan dan denda. Kalau tidak, mereka akan melaporkan ke kantor polisi. 

Teman saya ini tidak punya uang sebanyak yang mereka minta, sehingga mereka tetap ngotot melapokannya ke polisi. Singkat kata, teman saya tadi dibawa ke kantor polisi, dan harus menjalani hukuman selama beberapa bulan. Dan juga harus berhenti bekerja. Nasib..nasib… 

Apa yang bisa kita ambil dari cerita ini? Apa yang harus kita lakukan jika kita yang mengalami hal seperti itu? Jika kejadian itu terjadi dihadapan kita, apa kita hanya akan lewat dan melihat saja? Seperti buah simalakama...kita nolong salah, ngak nolong juga salah. 

Semuanya terserah kita…yang pasti, sebuah kebaikan tidak pernah berakhir sia-sia.

Salam

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun