Cile termasuk negara berkembang yang tergolong maju, dengan tingkat pendidikan yang relatif bagus di kawasan Amerika Selatan. Berpenduduk sekitar 10 juta jiwa (hampir sama dengan populasi Jakarta), memiliki pendapatan perkapita sekitar 14 ribu dollar pertahun. Negara yang di peta bumi berbentuk lonjong ini kaya kandungan tambang alam seperti emas, tembaga, perak, besi, minyak, gas, marmer, dan sebagainya.
Satu hal—selain sepak bola, yang selalu teringat jika berbicara tentang negara Cile adalah peristiwa kemanusiaan pada tahun 2010, yakni penyelamatan ajaib 33 petambang Cile yang sudah terperangkap selama 69 hari sedalam hampir 700 meter di bawah permukaan tanah. Peristiwa itu adalah mujizat hidup, merupakan salah satu aksi kemanusiaan paling menyentuh yang pernah dilakukan di era modern.
Karakter rakyatnya yang bersatu, saling dukung, bahu-membahu, saling peduli, dan pantang menyerah menghadapi bencana rumit itu diyakini banyak pihak ke depan akan membuat Cile semakin kuat dan disegani dunia di segala sektor.
Salah satu yang paling meyakinkan untuk membuktikan analisa tersebut adalah bidang sepak bola, pada tim nasional Cile.
Tak ada yang pungkiri, sepak bola Cile sudah jauh lebih berkembang daripada era sebelumnya. Era kebangkitan dimulai saat Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan. Dibawah pelatih berkebangsaan Argentina, Marcelo Bielsa, Cile berhasil membentuk kesebelasan yang solid yang mengandalkan kolektifitas, dimana pemainnya saling mengisi kelemahan, sehingga mereka jadi padu dan tangguh. La Roja berhasil melaju babak kedua sebelum langkahnya dihentikan Brasil dengan 0-3.
Empat tahun kemudian, Cile kembali lolos ke Piala Dunia 2014 di Brasil. Kali ini posisi Bielsa diganti oleh yuniornya sesama Argentina, Jorge Sampaoli. Skuad yang diciptakan Bielsa makin matang di tangan Sampaoli. Cile berhasil menumbangkan juara dunia bertahan, Spanyol. Kekalahan yang membuat La Furia Roja tersingkir secara memalukan, sedangkan Cile berhasil lolos dari grup neraka yang juga diisi Belanda dan Australia.
Sayang Claudio Bravo dkk, kembali terhenti di perdelapan final oleh tuan rumah, La Selecao, Brasil, melalui adu penalti. Padahal saat itu Cile bermain lebih baik, menguasai jalannya laga, dan menciptakan lebih banyak peluang mencetak gol selama 120 menit. Dari 3 piala dunia terakhir yang diikuti Cile (1998, 2010, 2014,) ketiganya tersingkir di 16 besar dari musuh yang sama, Brasil.
****
Momentum terbaik atau puncak penampilan sepak bola Cile sepertinya terjadi pada tahun ini saat Piala Copa Amerika 2015 yang kebetulan digelar di rumah sendiri. Misi besar Cile adalah mengukir sejarah tinta emas dengan menjuarai untuk pertama kali turnamen Copa Amerika yang telah 42 kali diselenggarakan sejak tahun 1916, tepatnya 99 tahun lalu.
Mereka bukan lagi tim kuda hitam yang kadang-kadang menjegal tim unggulan seperti Brasil, Argentina, dan Uruguay. Namun Cile sudah menjadi unggulan utama itu sendiri, bukan hanya karena status La Roja sebagai tuan rumah.
Seperti yang sudah kita pahami bahwa sebagian besar materi pemain Cile sudah berpengalaman yang telah di tempa keras di kompetisi negara-negara Eropa. Lini per lini diperkuat pemain terbaik Cile. Alexis Sanchez, striker yang kemampuannya mencetak gol tak diragukan lagi, dia lihai berada di posisi tepat, dan punya finishing akurat. Sanchez tampil gemilang dengan membawa Arsenal menjadi juara Piala FA tahun ini dan menempati peringkat ketiga di kompetisi Liga Inggris.