[caption id="attachment_305199" align="aligncenter" width="300" caption="http://www.ibtimes.co.uk/real-madrid-atletico-derby-live-stream-online-461974"][/caption]
Skor nirgol leg 1 di Vicente Calderon, Madrid, adalah hasil positif buat tim tamu, Chelsea, namun juga tidak buruk buat Atletico Madrid. Tak pelak, laga kedua semifinal liga Champion di Stamford Bridge, London, menjadi pertarungan hidup-mati kedua klub. Siapa yang bakal meraih tiket final Lisbon 24 Mei, menantang Real Madrid ?
Laga nanti malam tetap dimulai dengan agrerat 0-0, menjadikan banyak sekali kemungkinan yang bakal terjadi. Banyak yang meyakini leg 1 yang sangat menjenuhkan karena Chelsea bertanding dengan bertahan penuh, tak akan terulang lagi di partai yang sangat menentukan. Kedua tim butuh mencetak skor. Kedua tim juga masing-masing memiliki variabel yang menguntungkan.
Mari kita bongkar.
Atletico dapat lolos dengan skor seri (lagi) dengan gol (1-1, 2-2, dst). Statistik mereka musim ini sangat mendukung. Los Rojiblankos melewati dua raksasa Eropa : AC Milan dan kemudian FC Barcelona. 11 pertandingan tak pernah menelan kekalahan, dan hanya sekali tak berhasil membuat gol, kala meladeni Chelsea minggu lalu itu.
Di kompetisi domestik, La Liga, Atletico sukses menyisihkan dua raksasa, Real Madrid dan Barcelona. Setidaknya hingga pekan 36, mereka pemuncak klasemen, yang terakhir kali diduduki 18 tahun silam. Di awal kompetisi tak pernah nama Atletico disebutkan bakal bersaing dalam dua kompetisi prestius ini.
Pertanyaan kemudian mengapung,Bagaimana semua ini bisa tejadi ? Jawabnya ada pada satu sosok yang paling berpengaruh yakni sang pelatih : Diego Pablo Simeone.
El Colo—julukan Simeone yang masih bertahan sejak jadi pemain, datang ke Atletico akhir 2011 menggantikan Gregorio Manzano, yang gagal. Saat itu Atletico tengah diterpa krisis keuangan yang hebat hingga nyaris kolaps. Untuk tetap survive, mereka rela melego pemain bintangnya, seperti Diego Forlan, David De Gea, dan Kun Aguerro.
Pelatih hebat tidak hanya urusan dalam meracik teknik, namun juga bagaimana cara pendekatan terhadap para pemainnya. Begitulah Simeone berangkat membangun klub ini. Berhenti mengeluh, solidaritas, fokus, kerja keras, dan konsisten, adalah “racun” yang terus ditebar ke dalam skuad merah putih yang murah meriah. Hasilnya tokcer, musim pertama Atletico menjelma menjadi tim dengan kolektivitas, pantang menyerah, dan tanpa rasa takut. Klub bertengger di peringkat ketiga dibawah Barca dan Madrid, sekaligus mendapat tiket ke Liga Champion. Belum lagi menjuarai piala Raja dan Liga Eropa.
Pencapaian Simeone menuai banyak pujian dari klub sendiri, rival, dan para pengamat, namun ia tetap tak pongah oleh pujian. Laki-laki Argentina 44 tahun yang pernah bermain di Internazionale dan Lazio ini dikenal sebagai pemain tipikal keras, tanpa rasa takut dan bertenaga kuda, serta sedikit licik. David Bechkam pernah menjadi musuh nomor satu Inggris akibat ulahnya “bersandiwara” pada piala dunia 1998.
Sekarang Simeone dan pasukannya bertandang ke London dengan misi mengulang mimpi lolos ke final 40 tahun lalu, saat nyaris semua pemain belum lahir. Kondisi faktual, keyakinan, rasa lapar pemain, serta pelatih jempolan adalah karakter menyatu yang bisa mewujudkan mimmpi itu.
****
Bagaimana dengan The Blues Chelsea ?
Chelsea mengklaim keuntungan karena pertandingan dihelat di markas yang sering menjadi neraka bagi sang tamu. Chelsea dengan pelatih, Jose Mourinho, paham benar bagaimana menghadapi pertandingan penuh tekanan, namun mereka bisa lolos dari masa kritis. Dari dulu Jose dan Chlesea selalu begitu, memegang teguh prinsip pragmatis,bertanding hanya tujuan menang, masa bodoh dengan permainan cantik dan menghibur. Jose merupakan salah satu aktor utama protagonista dan antagonista lapangan sepakbola Eropa yang paling menonjol, setidaknya dalam waktu 10 tahun terakhir.
Selain jenius meracik taktik, Jose juga jago di ranah psikologis dan menciptakan mind games yang acap kali justru memberi keuntungan buat timnya. Ia selalu berada paling depan dan tak kenal takut menghadapi siapa saja, ia laksana tameng pelindung, kalau bisa semua beban tim rela diembannya sendiri, demi tetap memastikan anak asuhnya bermain maksimal dan fokus sepanjang pertandingan. Tak ada pelatih yang memiliki karakter sebagaimana Jose, banyak dibenci namun sosok yang juga dipuja-puja.
Pertarungan Chelsea versus Atletico ini sangat sulit untuk tidak menguhubungkannya dengan rivalitas dua pelatih yang sangat energik dan lihai mengobarkan semangat kepada anak asuhnya. Kita lihat siapa yang memenangkan pertandingan : Diego Simeone bersama pasukan Rojiblancos ataukah Jose "Special One" Mourinho dengan pasukan birunya ?
Stamford Bridge dengan daya tampung 41.789 ribu penonton akan menjadi saksi, sekaligus menjadi neraka bagi satu dari dua klub yang saling bunuh.
Salam sepakbola.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI