Mohon tunggu...
Muhammad Zulfadli
Muhammad Zulfadli Mohon Tunggu... Lainnya - Catatan Ringan

Pemula

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Jangan Lagi Remehkan Chile

20 Juni 2014   06:59 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:02 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Timnas Chile / brasil2014.kompas.com

Bahwa Spanyol telah dipastikan tersingkir dengan cara yang paling tragis sebagai juara bertahan, masih saja dibicarakan di mana pun. Melengkapi derita La Furia Roja yang masih segar betul kala dipermalukan Belanda 1-5. Namun ada yang sedikit berbeda, ketika Belanda menghabisi Iker Cassilas cs, segala puja-puji menghampiri tim Oranye tersebut. Mulai dari kejeniusan pelatih Louis Van Gaal, aksi super van Persie, dan ketajaman Arjen Robben. Kini, tak ada yang memberi apresiasi tinggi terhadap negara Chile, setelah merekalah yang memastikan runtuhnya dominasi Matador-Matador selama 6 tahun lamanya. Orang dan media pada sibuk membedah apa saja faktor mengapa aib bisa menerpa Spanyol. Proporsi tentang pemberitaan dan acungan jempol kehebatan Chile malah terpinggirkan. Maka biarkan lah saya sedikit mengupas Chile. Chile merupakan negara berkembang yang tergolong paling maju di Amerika Selatan. Negara berpenduduk sekitar 10 juta jiwa (hampir sama dengan Jakarta) memiliki pendapatan perkapita sekitar 14.000 dollar pertahun. Tergolong paling kompetitif dengan tingkat pendidikan yang relatif  bagus. Negaranya di peta bumi berbentuk lonjong pipih kurus, yang membujur di sepanjang pesisir barat Amerika Latin, membelah hampir seluruh garis batas sebelah timur. Negara Chile kaya dengan kandungan tambang alam seperti emas, tembaga, perak, besi, minyak, gas, marmer, dll. Makanya kalu mengingat Chile, saya selalu terkesan, dan kagum pada satu peristiwa yang pernah ditorehkan Chile mengenai tambang pada tahun 2010, penyelamatan 33 petambang yang terperangkap sedalam hampir 700 meter di bawah permukaan tanah selama 69 hari. Itu termasuk keajaiban hidup. Mereka tidak pernah menyerah dan selalu mencari jalan. Masyarakat Chile sangat memuja pemimpinnya kala itu, Presiden Sebastian Pinera. Pendekatan Pinera dalam mengatasi bencana tidak melihat dari kecil atau besarnya jumlah korban, tetapi dari sisi kemanusiaan dan sikap peduli terhadap segala lapisan masyarakatnya.Luar biasa.

****

Bagaimana dengan sepak bola Chile ? Prestasi terbaiknya juara ketiga pada saat menjadi tuan rumah tahun 1962. Pesepakbola Chile yang paling saya ingat adalah Ivan Zamorano dan Marcelo Salas yang pada era akhir 90-an terkenal dengan duet maut “Za-SA”.  Duet ini cukup memukau di France’98, sebelum aksinya dihentikan oleh Brasil 1-4 di perdelapan final. Kemudian terulang di piala dunia 2010, kembali oleh Brasil di putaran kedua dengan skor 0-3. Dalam sepakbola Chile memang selalu gugup menghadapi Brasil. So Brasil 2014, merupakan partisipasi ke-8 buat La Roja Latin. Dikualifikasi zona Amerika Selatan yang sangat ketat, Chile duduk di peringkat ketiga, hanya kalah dari Argentina dan Kolombia. Mereka datang ke Brasil dengan motivasi kuat yang didukung pemain-pemain muda yang memiliki kecepatan dan kekuatan fisik. Sebagian punya pengalaman bermain di klub eropa. Seperti Alexis Sanchez (Barcelona), Eduardo Vargas (Valencia), Arturo Vidal, dan Mauricio Isla (Juventus).. Di lapangan, permainan mereka secara tim sangat kompak dan dinamis sebagai satu kesatuan solid. Tidak pernah gentar bermain agresif dengan tempo tinggi, total 29 gol dicetak pada babak kualifikasi. Karakter ini sudah dibangun sejak dibesut pelatih asal Argentina, Marcelo Bielsa. Jorge Sampaoli, pelatih sekarang terang-terangan mengadopsi dan menyempurnakan gaya Bielsa. Selain teknik, Sampaoli piawai memotivasi anak asuhnya untuk mengeluarkan segala potensinya. Dia sangat terbuka dan banyak mendengar keluhan-keluhan, dan yang pasti sangat respek dan mempercayai anak didiknya. Karakter hebat itulah yang kembali diperlihatkan manakala bertarung di grup maut yang dihuni Spanyol, Belanda, dan Australia. Chile dengan meyakinkan meraih dua kemenangan beruntun atas Australia dan kemudian menumbangkan Spanyol di stadion magis, Maracana Rio de Jeneiro. Chile kini sudah melaju, dan di babak perdelapan final, besar kemungkinan menantang tuan rumah Brasil. Seperti yang saya tulis di atas, bahwa Chile sering gugup menghadapi Brasil, bisa jadi sekarang malah menjadi motivasi ganda. Kini, mereka lebih siap dan punya cukup amunisi untuk menghancurkan pesta tuan rumah, sebagaimana mereka telah merontokkan kejayaan Spanyol. Salam sepak bola.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun