Mohon tunggu...
Muhammad Zulfadli
Muhammad Zulfadli Mohon Tunggu... Lainnya - Catatan Ringan

Pemula

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Brasil dan Jerman Berusaha Hapus Mimpi Buruk

7 Juli 2014   17:45 Diperbarui: 7 September 2016   12:50 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14047045811361994436

[caption id="attachment_314402" align="aligncenter" width="490" caption="http://www.fifa.com/worldcup/teams/team=43924/photos/index.html#2399565"][/caption]

Ini arsip sejarah sepak bola tentang mimpi buruk sebagai tuan rumah di babak semifinal Piala Dunia.

Tahun 1990, sebuah pesta akbar telah disiapkan di Stadion Olimpico Roma. Masyarakat Italia sudah tak sabar menanti Gli Azzura yang dilatih Azeglio Vicini balik ke Roma, tampil di stadion kebanggaan Italia, untuk mengangkat tinggi-tinggi trofi emas Piala Dunia.

Pesta itu tidak pernah terjadi di kota abadi. Mimpi indah berubah menjadi mimpi buruk, karena di belahan selatan, di Napoli, Franco Baresi dan kawan-kawan, harus menyerah di kaki Diego Maradona dan kawan-kawan, melalui drama adu penalti. Semua orang Italia menangis. Italia tak jadi ke Roma, melainkan ke Bari.

Pada akhirya, Lothar Mathhaeus dan seluruh pemain Jerman yang mengangkat trofi Piala Dunia di Olimpico. Juara untuk ketiga kali.

Waktu terus berlalu hingga enam belas tahun kemudian. Giliran Jerman menjadi tuan rumah Piala Dunia 2006.

Jerman juga telah sampai ke semifinal dan akan menghadapi Italia. Pertemuan klasik dua raksasa Eropa itu digelar tanggal 4 Juli 2006 di Westfalen Stadion, Dortmund, yang sanggup menampung 66.000 penonton.

Sembari menanti duel itu, publik Jerman juga sudah merancang pesta besar di ibukota, Berlin. Der-Panzer ketika itu diarsiteki pelatih muda penuh gairah dan meledak-ledak, eks Striker berambut pirang, Juergen Klinsmann. Setelah menyingkirkan Argentina, Klinsmann dan pasukannya berjanji akan kembali lagi ke Olympiade Berlin, untuk bertanding di final kemudian meraih Piala Dunia untuk ke empat kalinya. Pesta di Berlin telah disiapkan semeriah mungkin. Mereka semua sudah optimis, bahwa Jerman akan menghempaskan Italia, tidak peduli sejarah pertemuan tak berpihak.

Nyatanya tidak !! Pesta di Berlin bukan untuk Jerman.

Italia membungkam Michael Ballack dan kawan-kawan, lewat partai paling dramatis yang bakal tercatat dalam sejarah Azzuri yang dilatih Marcelo Lippi, bagaikan malaikat pencabut nyawa bagi kesebelasan Jerman beserta 82 juta penduduknya. Mimpi menjadi juara dunia yang sudah di depan mata buyar oleh dua gol Fabio Grosso dan Alesandro Del Piero di  penghujung laga, menit'118 dan '120.

Bukan Jerman yang ke Berlin, tapi Italia, yang akhirnya Juara Dunia setelah menang adu penalti melawan Perancis. Jerman “terusir” ke kota Stutggart untuk melakoni partai hiburan. Perbedaan antara kemenangan dan kekalahan hanyalah setipis rambut.

****

Suatu saat, Pele, legenda hidup sepak bola Brasil, pernah ditanya, dari seluruh timnas Brasil yang pernah ada, tim manakah yang terbaik ? Pele tanpa ragu menyebut tim Brasil-1970-lah yang paling baik. Materi trio depan : Tostao, Pele, dan Jairzinho. Di lini tengah pasti ada Rivelino, Gerson, dan Clodoaldo, dan di pertahanan ada kapten Carlos Alberto.

karena kami berada dalam satu tim secara terus-menerus selama lima bulan,” demikian alasan Pele.

Kebersamaan dalam waktu panjang membuat mereka menjadi satu hati. Yang bermain bukan hanya sekedar fisik, tapi juga perasaan, feeling. Kita selalu diputaran proses gol keempat Brasil yang terlahir dari feeling, ke gawang Italia di final 1970. Gol yang sangat indah, (bersaing ketat dengan gol kedua Maradona ke gawang Inggris).

Sejak itu, memang, semua skuat Brasil di Piala Dunia selalu dibandingkan dengan Brasil ’70. Baik skuat ’94 dan Skuat'202 yang juga mengantar gelar juara, diyakini masih kalah kelas. Malah banyak yang menilai, Brasil ’82 dan Brasil ’86, sebagai tim gagal meraih trofi, adalah tim yang paling mendekati kesempurnaan Pele dan kawan-kawan.

Bagaimana dengan tim Brasil 2014 yang bermain di negara sendiri ?

Sedikit berbeda dengan tim sebelumnya, skuad saat ini justru lebih mengandalkan lini pertahanan dan lini tengah sebagai andalan utama. Baru kali ini lini depan Brasil datang ke Piala Dunia bermateri “pas-pasan”.

Namun biar bagaiamana Brasil adalah Brasil. Difavoritkan, bukan hanya karena mereka berstatus tuan rumah yang akan mendapat dukungan penuh suportenya. Bukan juga hanya karena dilatih oleh pelatih berpengalaman. Brasil memiliki materi pemain dengan talenta-talenta tinggi melebihi bakat-bakat pesepak bola mana pun.

Mereka sudah sampai babak-babak akhir. Tinggal dua langkah lagi mereka meraih puncak kejayaan tertinggi sepak bola. Bagaimana kans melawan Jerman ? ini merupakan laga yang sangat dinantikan penggemar sepak bola. Dua raksasa dari dua zona berbeda dan gaya permainan yang berlainan akan diadu.

*****

Bagi Jerman, setelah pertandingan satu, maka waktunya pertandingan selanjutnya.

Orang Jerman memang layak bangga dengan tim nasionalnya. Bahkan legenda Jerman, Franz Beckenbaer pun memuji Joachim Loew yang merevolusi gaya sepak bola Jerman dengan menyebut masterpiece. Maha karya sepak bola ala Loew.

Jerman telah menunjukkan dalam sepak bola modern dituntut perencanaan matang dan koletivitas, serta mental yang tangguh. Jerman tampil sangat meyakinkan dan memiliki kinerja yang nyaris sempurna. Di tangan Loew, Jerman selalu memulai pertandingan dengan baik dalam tempo cepat dan bermain efektif. Pun dengan cara yang tidak klise, mereka bisa mengatur sektor pertahanan yang rapih, kokoh, dan gigih.

Satu hal lagi. Keberanian Jogi-sapaan akrab Joachim Loew, menurunkan pemain muda juga dipuja-puji. Pemain-pemain muda tersebut tidak hanya menujukkan kecepatan dan kekuatan tenaganya, tetapi kreativitas dan inovasi permainan, yang biasanya sudah hilang dari pemain senior.

Seperti yang ditulis Bild, harian terbesar Jerman, masyarakat Jerman sangat yakin bahwa tim yang sudah dilatih Jogi selama delapan tahun, bisa membawa kejayaan Jerman terakhir juara dunia tahun1990 di Italia.

****

Semua yang ada di bawah langit ini, ada waktunya.

Sekarang waktunya Brasil sebagai tuan rumah dan waktunya pula bertanding di semifinal. Lawannya adalah Jerman ! Kedua raksasa sepak bola ini akan bertanding di stadion Belo Horizonte, untuk mencari siapa yang akan terbang ke Rio De Jeneiro, kota Final Piala Dunia 2012. konon sudah terdengar pula pesta akbar dirancang di Maracana untuk tim Samba, seperti halnya persiapan pesta Roma'90 dan pesta Berlin 2006.

Namun, waktu bukan hanya untuk Brasil, tetapi juga buat Jerman. Jika tahun 1990 waktunya mereka juara, tahun 2006 waktunya mereka meratap, apakah 2014 waktunya mereka juara kembali.

Pada akhirnya waktu bergulir yang akan menentukan.

Salam Pildun.





Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun