Mohon tunggu...
Muhammad Zulfadli
Muhammad Zulfadli Mohon Tunggu... Lainnya - Catatan Ringan

Pemula

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Aku dan Piala Dunia 1994 (1); Tragedi Escobar

9 Juni 2014   06:02 Diperbarui: 20 Juni 2015   04:37 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Andres Escobar / www.olimpiazzurra.com

[caption id="" align="aligncenter" width="506" caption="Andres Escobar / www.olimpiazzurra.com"][/caption] Dalam hitungan hari ke depan, kick-off piala dunia ke-20 di Brasil akan bergulir.Sebagai penggemar bola, secara pribadi inilah piala dunia ke-6 yang membuat saya dilanda euphoria, terserang demam sepak bola sepanjang sebulan penuh.

Segalanya bermula tahun 1994. Belum hilang memori 20 tahun lalu, ketika saya beranjak remaja 13 tahun, pertama kali merasakan atmosfer hebat event piala dunia. Masa itu saya belum tahu negara Brasil, Jerman, danItalia, merupakan raksasa sepak bola yang telah tiga kali kampiun dunia. Justru saya mengira negara Amerika Serikat (AS) selaku tuan rumah sebagai favorit juara. Yang juga yang hebat di pikiranku adalah Argentina dengan mega bintang Diego Maradona, dan Belanda yang diperkuat trio AC Milan.

Juara turnamen itu akhirnya berhasil diraih Brasil, setelah memenangkan final melawan Italia lewat drama adu penalti pertama sepanjang final world cup. Saya pun masih ingat beberapa jam setelah Dunga dkk, mengangat trofi berlapis emas, saya dan teman-teman di SMP Negeri 6 Ujungpandang (Makasar) telah berbaris rapi mengikuti upacara bendera, bertepatan dengan hari pertama sekolah tahun ajaran baru 1994/1995. Saya sudah remaja kelas II SMP.

Hingga sekarang, jika masih ada yang dikenang dalam piala dunia 1994, ada tiga momen yang paling membekas. Pertama kisah Brasil yang berjuluk Samba atau Jogo Bonito, menjadi kampiun ke-4. Kedua skandal doping “si boncel” Maradona di penghujung karirnya. Ketiga adalah tragedi gol bunuh diri bek Kolombia, Andreas Escobar, ketika bertanding melawan tuan rumah, AS, yang berujung dia tewas diberondong selusin peluru oleh bandit narkotik di negaranya.

Saya memilih pembantaian Escobar yang paling mencengangkan dari ketiga momen di atas. Kejahatan itu sangat mengguncang batin kita semua. Ketika pertama kali mendapat berita disela-sela pertandingan lanjutan piala dunia, saya tertegun seakan tak percaya, satu kesalahan atau blunder yan mengakibatkan kekalahan, harus diganjar dengan nyawa. Dunia sepak bola berduka dan seluruh dunia mengutuk perbuatan biadab tersebut.

Favorit Juara

Sejatinya, Kolombia datang ke AS dengan kepercayaan diri sebagai favorit juara, bahkan seorang Pele meyakini bahwa Kolombia paling tidak melaju ke babak empat besar. Pelatih mereka Francisco Maturana,membawa pemain era terbaik seperti Carlos Valderrama, Freddy Rincon, Alexis García dan Faustino Asprilla. Termasuk Andreas Escobar, konon seusuai piala dunia, Escobar bakal berkostum AC Milan.

Sama seperti sebelumnya, piala dunia kerap menghasilkan kejutan. Kolumbia langsung tumbang 1-3 oleh Rumania di pertandingan perdana. Diberitakan banyak petaruh rugi besar dan murka melihat timnas kolombia melempem. Toh kans Kolombia melenggang masih terbuka karena masih menyisakan dua laga, asalkan tidak kalah di pertandingan kedua melawan tuan rumah. Kolombia tetap dijagokan.

Namun pertandingan yang berlangsung di Rose Bowl, Pasadena inilah, akan selalu dikenang sebagai pertandingan sepak bolayang mengerikan jika dikaitkan bagi kemanusiaan dan kehidupan pesepakbolanya.

Di babak pertama menit 34, Escobar berupaya menghalau serangan umpan tarikpemain AS, John Harkes, ke area penalti dari sisi kanan pertahanan Kolombia. Escobar dengan aksi membuang badan mencoba memotong bola yang menyusur. Apes, bola tersebut mengena ujung sepatunya kemudian bergulir ke gawang Oscar Córdoba yang telah mati langkah. SesaatEscobarterbaring telentang dengan tangan menutup mukanya tak menyangka. Skor menjadi 0-1, lalu 0-2, dan akhirnya 1-2. Kolombia dipastikan tereleminasi dari turnamen meski meyisakan satu pertandingan melawan Swiss.

Skuat Kolombia angkat koper, dan Escobar pun pulang kampung yang terus tertekan, dia bersumpah tak akan menonton turnamen AS 94 di televisi. Sampai pada akhirnya Escobar pergi mencari hiburan di klub malam kota Medelin. Dilaporkan ia mabuk menengak minuman alcohol. Setelah pesta usai, di luar di tempat parkir, telah menunggunya empat anggota mafia yang telah menunggunya.Sempat diawali perdebatan, akhirnya 12 peluru menyobek-nyobek tubuh Escobar. Sebuah ambulans dipanggil, tapi sudah terlambat. Kurang dari 30 menit kemudian, Andrés Escobar dinyatakan meninggal, saat piala dunia masih berlangsung.Pelaku utama bernama Humberto Munoz Castro, sindikat kartel narkotik yang kalah besar dan menggapa Escobar harus bertanggun jawab. Munoz dihukum 43 tahun.

Sungguh kasihan nasib Escobar, dia merupakan korban dari "kekerasan tidak masuk akal" yang melanda negara tersebut. “Kesalahan Andrés Escobar akan selalu dibicarakan. Kematiannya sungguh tragis dan mengerikan. Escobar menyusul dua orang terkenal: Frontman grup musikNirvana, Kurt Cobain yang mati bunuh diri, dan pebalap F-1 Ayrton Senna yang tewas mengenaskan di sirkuit Imola, Italia.

Nama Escobar, Cobain, dan Senna, abadi dalam kesakralan dibalik kematiannya, di tahun 1994.

Salam sepak bola.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun