"Ziarah Malioboro" berakhir dengan kunjungan ke Museum Benteng Vredburg. Lokasi Vredeburg sangat strategis, berhadapan langsung dengan Istana Gedung Agung di kawasan di titik nol kilometer Yogyakarta.
Awalnya bernama Rustenburg, yang digunakan sebagai benteng pertahanan yang dibangun Belanda pada abad ke-18, tepatnya masa 1765-1790, ketika Verenigde Oostindische Compagnie (VOC) berkuasa. Pembangunan benteng juga dimaksudkan untuk mengawasi kegiatan Kesultanan Ngayogyakarta.
Benteng Vredeburg telah tercatat sebagai cagar budaya dan sejak diresmikan pada 23 November 1992 beralih fungsi sebagai museum yang bisa dikunjungi oleh masyarakat. Museum ini menyimpan lebih dari 7.000 benda bersejarah.
Bangunan Vredeburg bergaya klasik Eropa berdiri kokoh di atas lahan seluas 46.000 meter persegi. Sulit mengalihkan pandangan dari bangunan yang megah dan anggun ini. Waktu kunjungan kami pada Senin 8 Juli 2024 terasa tepat, setelah Museum Vredeburg direvitalisasi dari awal bulan Maret hingga Juni 2024. Selama masa itu museum ditutup untuk umum.
Pengunjung masuk melalui gerbang Monumen Serangan Umum 1 Maret yang berada di Jalan Panembahan Senopati. Halaman luas dan bersih monumen membuat berjalan kaki lebih nyaman. Di taman yang cantik dipasang beberapa set kursi taman estetik. Beberapa kali kami singgah untuk mengambil foto dengan latar ikonik: Kantor Pos, gedung BNI 46, Gedung Agung, dan Vredeburg sendiri.
Sebelum masuk kami nongkrong sebentar di Cafe Chocolate Monggo, yang terletak di bagian pojok utara, bareng-bareng mencicip es cokelat dan mengemil kue pai coklat yang lezat. Baru menjelang pukul 18. 30 masuk ke museum. Artinya kami hanya punya waktu 90 menit karena waktu kunjungan ditutup pukul 20.00. Menurut saya waktu kunjungan paling ideal adalah sore hari pukul 17.00.
Tur di Museum Benteng Vredeburg dimulai. Vredeburg terdiri dari empat bangunan diorama dengan total memiliki 55 situasi diorama yang mengisahkan perjalanan negara merdeka dan membangun bangsa Indonesia.
Masing-masing Diorama memiliki rentetan bukti sejarah yang berkelanjutan. Mulai dari Diorama I yang berisikan sejarah perjuangan bangsa yang terjadi di Yogyakarta sebelum masa kemerdekaan. Meliputi perang Diponegoro pada 1825, berdirinya Muhammadiyah, Taman Siswa, sampai pada masa kedatangan pasukan Jepang ke Indonesia.