Dari gang-gang inilah mereka menggelar kirab kirab apem ruwahan, dalam rangka menyambut bulan suci ramadhan. Ya Sarkem Fest memang rutin diselenggarakan menjelang bulan puasa.
Selain kirab, sejumlah acara juga dilaksanakan, seperti pentas kesenian, pasar kuliner, dan aktraksi barongsai juga menyemarakkan festival.
Sarkem Fest dihelat sebagai sarama untuk menyampaikan pesan keberagaman, sekaligus mempromosikan beragam potensi wisata menarik kawasan Pasar Kembang dan Sosrowijayan. Juga sekaligus menepis citra negatif kawasan sarkem sebagai lokalisasi yang melekat sejak lama.
****
Ketika Senin sore 8 Juli saya kembali menyusuri Jalan Sosrowijayan, saya tidak menemukan lagi Hotel Gembira. Saya penasaran, kemudian berjalan lagi ke arah barat dan melihat Oryza Hotel yang bangunannya mirip sekali dengan Hotel Gembira.
Seorang resepsionis Oryza kebetulan berada di depan, saya pun menghampiri dan mengobrol dengannya. Ia memberitahu bahwa memang Hotel Gembira dan Oryza itu dulunya dimiliki satu manajemen, sehingga gedungnya sama persis. Ia pun juga dulunya bekerja di Gembira, yang samar-samar mengingat wajahnya dulu di Gembira.
Namun sejak 2019 Hotel  Gembira dibeli Patra Grup dan membangun Hotel Patra Inn bintang tiga. Hanya Oryza yang tetap dipertahankan owner. Ketika saya menyampaikan tarif Hotel Gembira pada akhir 1990-an berkisar 35 ribu rupiah hingga 100 ribu rupiah, ia membenarkan dan menginfokan kalau saat ini harganya mulai dari 250 ribu rupiah. Jika pada peak season seperti sekarang melonjak mulai dari 350 ribu rupiah.
Kami ingin menginap di Patra Inn tapi waktu itu masih penuh. Barangkali jika ke Jogja lagi, hotel ini akan menjadi pilihan utama. Saya ingin merayakan kenangan bersama ayah, ibu, istri, dan anak-anak, di Jalan Sosrowijayan.
Salam hangat dari Jogja.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI