Namun diperparah dengan konflik internal yang memecah tim. Dan belum sepenuhnya teratasi pada era pelatih Laurent Blanc di Piala Eropa 2012.
Baru pada masa kepelatihan Didier Deschamps kita mengingat kembali kesolidan, kekompakan, dan kesatuan suatu tim layaknya Perancis saat Aime' Jaquet mengasuh "Ayam Jantan" pada 1998. Barangkali karena Deschamps sendiri yang ditunjuk Jaquet menjadi kapten saat itu.
Perancis Deschamps melaju babak perempat final Piala Dunia 2014, mencapai final Euro 2016, dan menggapai puncak dengan menjuarai Piala Dunia Russia 2018.
Jika juara bertahan selama ini 'dikutuk' gagal di fase grup, berturut Italia pada 2010, Spanyol pada 2014, Jerman pada 2018, maka Perancis sukses mematahkan mitos tersebut dengan melaju jauh ke pertandingan final yang akan berhadapan dengan favorit kuat dari Amerika Latin, Argentina dengan megabintang Lionel Messi.
Timnas Perancis dibuatnya sebagai keluarga besar yang harmonis. Tak ada curiga, tak ada sekat, tak ada pengkotakan. Tidak ada seorang pun yang menonjol.Â
Mereka saling buka ruang, saling isi, dan saling membutuhkan. Inilah yang lama hilang di tim Perancis. Semangat juang, spirit bertempur hingga penghabisan.
Deschamps sukses mengkombinasikan pemain muda yang sarat energi dengan pemain yang sarat pengalaman. Ia adalah motivator ulung, tegas, dan jenius. Otak di balik revolusi sepak bola Perancis. Mengarahkan timnya pada efektivitas.
Kemenangan atas Inggris di perempat final kemudian mengalahkan Maroko di semifinal membuktikan pengalaman Deschamps.Â
Kemampuan Deschamps membaca taktik lawan juga brilian, penuh antisipasi. Semua dia lakukan dengan perhitungan cermat lewat visi sederhana, taktis, terukur, dan efektif.
Perancis menang dengan mencetak gol yang dibutuhkan tanpa perlu menguasai bola terlalu lama. Mereka bisa unggul memanfaatkan kesalahan kecil lawan dan kemudian mengunci keunggulan itu. Penampilan solid, efektif dan berpengalaman mengatasi tekanan laga besar.
Kita sudah saksikan, sejak Piala Dunia 2018 dan Piala Dunia 2022, Perancis dua kali ke final dengan cara yang paling efektif sekaligus mematikan. Tak perlu menjalani satu pun laga babak gugur dengan perpanjangan waktu dan adu penalti.