Pada pukul 10 malam, 8 Agustus 2021, Presiden IOC Thomas Bach menutup secara resmi Olimpiade Tokyo 2020. Rentang 16 hari, sejak dibuka pada 23 Juli, lebih dari 11.000 atlet dari 206 negara bertanding di 33 cabang olahraga untuk memenangkan 330 set medali, telah membuat kagum milyaran penduduk bumi melalui siaran televisi.
Deklarasi Bach, diiringi tarian dan cahaya kembang api, kemudian kita bisa membaca kata "Arigato", yang berarti terima kasih, terpampang pada layar LED di di Stadion Nasional Tokyo, dengan font sama yang digunakan untuk melafal "Sayonara", yang berarti selamat tinggal, pada upacara penutupan Olimpiade Tokyo 1964.
Meskipun telah berakhir, namun Olimpade Tokyo 2020 benar-benar layak dikisahkan dan diwariskan dengan indah. "Malam ini api Olimpiade yang telah menerangi Tokyo padam dengan tenang. Tapi harapan yang telah menyala di sini tidak akan pernah padam," kata Ketua Panitia Olimpiade Tokyo 2020, Seiko Hashimoto, yang berdiri di podium bersanding dengan Bach.
****
Sejarawan olahraga David Goldblatt secara gamblang menggambarkan Olimpiade modern yang dirintis Baron Pierre De Coubertin sebagai perayaan komersial sekuler kemanusiaan universal, lebih dari sekadar ajang olahraga empat tahunan.
Selalu ada emosi yang saya alami dengan intens setiap pertandingan Olimpiade yang saya tonton. Tokyo 2020 tentu saja sesuatu yang sangat berbeda. Seperti yang sudah kita ketahui, Olimpiade Tokyo 2020 berlangsung secara sederhana.
Sempat dinilai sebagai ajang paling suram dalam sejarah Olimpiade, dibebani dengan rasa sedih, kehilangan, dan isolasi yang nyata. Olimpiade Tokyo memberi kita banyak momen pencerahan.Â
Para atlet itu menginspirasi dengan kekuatan pemersatu berskala global, menciptakan keajaiban Olimpiade Tokyo 2020.  Mereka telah melalui masa sulit, menerima sesuatu yang tampaknya tidak terbayangkan, memahami apa yang harus dilakukan, dan  bekerja keras dengan ketekunan mengatasi tantangan yang luar biasa sulit. Membuat mereka menjadi Olympians sejati.
Di hampir semua arena Tokyo 2020, saya senang menyaksikan sportivitas, persahabatan, dan kuatnya solidaritas antar atlet. Setelah bersaing satu sama lain, pemenang dan yang kalah bersatu dalam perasaan tulus, pengakuan, dan rasa hormat yang sama.Â
Sekadar menyebutkan persaingan indah antara perenang USA Katie Ledecky dengan perenang Australia Ariarne Titmus; aksi sportivitas dua pelari USA Isaiah Jewett dengan pelari Botswana Nijel Amos pada atletik nomor 800 meter; "kemenangan hakiki" Simon Biles mengatasi belenggu kesehatan mental; dan perjuangan heroik ganda putri Greysia Poli/ Apriani Rahayu merupakan momen-momen menakjubkan yang terjadi di Tokyo.