Mohon tunggu...
Muhammad Zulfadli
Muhammad Zulfadli Mohon Tunggu... Lainnya - Catatan Ringan

Pemula

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Pengalaman Saya dengan Buku

23 April 2020   19:00 Diperbarui: 23 April 2020   18:54 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap 23 April masyarakat seluruh dunia memperingati Hari Buku Sedunia (World Book and Copyright Day). Rasanya gembira untuk sekadar turut meramaikan dan merayakannya melalui catatan ringan mengenai pengalaman berteman dengan buku-buku. Dan inilah kisah saya.

Dulu masa kanak-kanak, saya termasuk terlambat dapat membaca. Baru bisa melek huruf saat duduk di penghujung kelas-2 sekolah dasar, sebagai syarat naik ke kelas-3. Tapi saya tak perlu malu (malah bersyukur) melihat Siti Almirah, anak saya yang belum genap lima tahun sudah dapat mengeja huruf demi huruf begitu lancarnya.

Saya sudah lupa buku pertama yang saya baca. Namun, saya ingat betul bacaan pertama yang saya lahap sampai halaman terakhir, Tabloid Olahraga Bola yang dibelikan Ayah saya. Covernya petinju Mike Tyson yang sedang di puncak kejayaan. Ayah saya mengerti betul sejak dapat membaca, saya selalu rajin mendampinginya membaca koran, tapi hanya sebatas rubrik olahraga yang cuma satu halaman, saya kadang tak puas.

Berangkat dari situ dengan perjalanan waktu, hampir 30 tahun saya habiskan untuk bersekolah, dan sampai sekarang dengan tuntutan pekerjaan, membuat saya kembali harus bergelut dengan buku-buku, dan berbagai literatur. Namun saya cukup menikmatinya. Saya cukup beruntung, bisa bersekolah selama 10 tahun di kota Yogyakarta, dari SMA hingga tingkat Magister. Kota Jogja menyediakan banyak buku dengan harga yang terjangkau. Hampir setiap bulan saya menyisihkan uang saku anak kos untuk sekadar membeli buku di Shopping Centre, Toko Toga Mas, atau pada saat pameran buku, yang sering dilaksanakan di Jogja.

Buku apa saja yang ingin saya baca dan koleksi, umumnya buku diktat, buku sastra, biografi, dan sebagainya. Satu pengalaman yang menyenangkan sesaat setelah membeli buku adalah menuliskan kota, tanggal, nama, lengkap dengan tanda tangan di halaman pertama buku itu. Hal ini saya tiru dari buku-buku Ayah yang selalu ada memorable tiap buku di lemari koleksinya. Ya, saya juga beruntung memiliki Ayah yang mempunyai koleksi buku yang dapat dengan mudah saya akses dan baca kapan saja.

Pengalaman yang membuat saya merasa, betapa luasnya ilmu pengetahuan. Suatu fakta yang mungkin aneh adalah semakin banyak kita membaca dan belajar, semakin kita sadar bahwa banyak sekali yang tidak kita ketahui.

Saya selalu mencari celah bagaimana cara menikmati buku. Buku tebal, apalagi tak punya gambar, hanya berisi teks-teks baku dan kaku, sering membuat saya bosan, misalnya, saya siasati saja yang saya baca terutama hanya bab-bab atau bagian-bagian tertentu yang saya anggap baru dan relevan. Membaca buku bagi saya tidak harus berarti membacanya dari halaman pertama hingga halaman terakhir. Yang penting esensi buku terebut telah saya pahami. Tidaklah juga perlu buku-buku yang kita miliki pernah kita baca semua. Yang terpenting adalah kita harus dapat menemukan penjelasannya dengan cepat saat kita memerlukannya.

Berdasarkan pengalaman, ternyata kalau sedang mendapat m0mentum yang pas, membaca adalah kenikmatan yang berbeda, mengasyikkan, dan dapat membawa kita berpertualang ke dalam dunia kita sendiri. Kenikmatan membaca merupakan suatu pengalaman yang tak tergantikan oleh media lain pengganti buku, apa lagi secarik tanda tangan di atas buku pemilik atau pengarangnya, atau orang yang memberikan buku sebagai hadiah, memberikan nuansa kepemilikan pribadi yang berkesan.

Buku yang bersifat portable, bisa menemani pembaca dalam keadaan apapun sampai ke tempat pribadi: di dekat bantal menjelang tidur; di sofa sambil mendengar musik; bahkan di kamar mandi; maupun di tempat publik yang ingar bingar; mengisi waktu di angkutan umum; menunggu giliran di tempat praktik dokter; menunggu boarding di terminal keberangkatan; bahkan mengisi perjalanan di perut pesawat jika tak sempat ngobrol.

Berbeda dengan media informasi lain seperti tontonan televisi dan radio, interaksi dengan buku bisa dikontrol penuh oleh pembacanya. Kita bisa menutupnya jika bosan, melompati halaman-halamannya, atau mengintip akhir buku jika penasaran. Kita bisa menunda proses membaca dan menyimpan kenikmatan itu untuk lain waktu, atau melahapnya sampai habis. Bandingkan dengan media informasi lain, kita tidak bisa menunda klimaks.

Membaca itu tidak hanya memperluas pengetahuan, bermanfaat juga mengendalikan emosional dan membantu mengatasi kesulitan-kesulitan secara psikologis. Selain itu membaca merangsang kita untuk berangan-angan yang menggairahan sekaligus menggelisahkan, sebagaimana diungkap filusuf Marcel Proust.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun