Didier Deschamps resmi melatih tim nasional Perancis sejak 8 Juli 2012. Sudah enam tahun. Deschamps menggantikan Lauren Blanc, koleganya di skuad Perancis 1998, yang dianggap federasi FFF tak mampu mengatasi konflik internal di Piala Eropa 2012.
Piala Dunia 2018 merupakan kesempatan kedua setelah Piala Dunia Brasil 2014. Empat tahun lalu Les Bleus, sekaligus debut pertama Deschamps di turnamen mayor, Â harus mengakui ketangguhan Jerman di perempat final, yang pada akhirnya menjadi juara.
Perancis datang ke Brasil memang bukan unggulan utama, mengingat pasukan Deschamps masih belum matang, belum berpengalaman, belum kuat menghadapi tekanan besar di ajang Piala Dunia.
Target pertama yang dibebankan kepada Deschamps adalah merengkuh Piala Eropa 2016, yang diselenggarakan di negeri sendiri. Misi yang hampir terwujud. Paul Pogba, Hugo Lloris, dan kawan-kawan, tampil apik dari awal hingga di semi final berhasil menumbangkan Jerman lewat dua gol bintang andalan Antoine Griezmann.Â
Kemenangan yang membayar impas kekalahan di Rio de Jeneiro dua tahun sebelumnya. Sayang sekali, Perancis tampil anti klimaks di final melawan Portugal, dan kalah 0-1. Trofi yang sudah di depan mata lepas dengan sangat menyakitkan bagi seluruh negeri di Perancis.
Perlahan namun pasti, Deschamps mengajak para pemainnya bangkit. Tak ada gunanya berlama-lama meratapi kegagalan, jauh lebih baik menatap kualifikasi Piala Dunia 2018 dimana mereka bergabung dengan Belanda dan Swedia di grup sulit untuk bisa mendapatkan tiket ke Rusia.
****
Deschamps menangani Perancis dengan membangun harmoni tim yang bertumpu pada pemain muda berbakat. Ia menyukai permainan kolektif. Baginya, kepentingan tim jauh di atas individu. Deschamps sangat kuat memegang prinsip kedisiplinan demi kesatuan tim.
Deschamps tak ambil pusing dengan reputasi dan ketenaran. Pemain bintang seperti Samir Nasri dan Karim Benzema, tak dibawanya meski banyak mempertanyakan keputusannya. Bertanding di Piala Dunia, membutuhkan kekuatan mental pemain, kemampuan meredam ego. Kerjasama tim lebih  utama daripada menonjolkan individualitas.
Dia selalu fokus mengorganisir pemain-pemain Perancis yang berasal dari berbagai ras untuk meningkatkan etos kerja, kolektivitas, dan kedisiplinan tinggi yang memberikan kesuksesan dan ingin terus dipertahankan.
Deshamps juga peduli pada hal detail. Sepak bola modern memang menuntut hal tersebut. Tim yang melupakan hal detail akan dengan mudah tersingkir. Kegagalan di Piala Dunia 2014 dan Piala Eropa 2016 meyakini Deschamp mengenai itu. Hal detail demikian mengandung banyak hal, mulai dari taktik, teknik, dan psikis.