Mohon tunggu...
Muhammad Zulfadli
Muhammad Zulfadli Mohon Tunggu... Lainnya - Catatan Ringan

Pemula

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Saatnya Klub Perancis Menggapai Puncak

12 Maret 2015   14:08 Diperbarui: 10 September 2019   20:20 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14261457011521199003


Menyingkirkan Chelsea (Jose Mourinho) di arena Liga Champions pastilah terasa spesial.

Hasil undian fase knock-out Liga Champion 2015 kembali mempertemukan dua klub elit ibukota dari dua negara, Chelsea (Inggris) dan Paris Saint-Germain (Perancis). Sesaat setelah drawing, Jose Mourinho hanya berucap pendek; ‘Paris, tempat yang indah untuk betanding sepakbola’. Pernyataan yang bisa dipersepsikan baik atau buruk oleh siapa saja. Mou dari dulu memang begitu.

Lebih awal, memang. Musim lalu bentrok terjadi di perempat final. Meski di leg-1 kalah 1-3, Chelsea balas memukul 2-0 di leg-2, lewat pertandingan yang ketat dan dramatis. Skor agrerat pun 3-3, namun Chelsea yang maju ke semifinal berkat modal satu gol emas tandang. 

Belum genap setahun, duel klub bertabur pemain-pemain bergaji tinggi ini kembali tersaji. Baik PSG maupun Chelsea diyakini semakin kuat dan solid dibandingkan komposisi tahun silam. Chelsea mendatangkan penyerang tajam Diego Costa dari Atletico Madrid dan Playmaker Cesc Fabregas dari Camp Nou. PSG sendiri, transfer terpenting justru memboyong David Luiz dari Chelsea.

Serupa musim lalu, leg-1 digelar di Parc de Prince, Paris. Hasilnya yang berbeda karena The Blues kali ini sukses menahan tuan rumah, skor 1-1. Mencetak gol away adalah modal yang bisa sangat menentukan di pertandingan kedua.  Meski begitu Mourinho tetap ekstra waspada. ’Ini baru satu (pertandingan)  yang dilewati dari dua yang sama, jika memang ada keuntungan untuk kami, mungkin sedikit sekali’ ujar Mou di press conference, setelah laga pertama selesai.

Tetap saja banyak orang yang lebih memfavoritkan Chelsea sekali lagi menkandaskan PSG, sekaligus melaju ke delapan besar. Mou dan pasukannya dianggap lebih tahu, lebih pengalaman, bagaimana menjalani partai besar penuh tekanan dibandingkan Lauren Blanc dan anak asuhnya. Terlebih digelar di markas sendiri dengan catatan rekor gemilang.

Prediksi pengamat dan petaruh sepertinya jitu, ketika Zlatan Ibrahimovic, pemain paling diandalkan PSG, dikeluarkan  wasit Kuipers dari permainan setelah ‘menyerobot’ Oscar di menit-30--kartu merah langsung tentu akan didebat.  PSG wajib mencetak gol dan tampaknya semakin sulit tanpa ada Ibra.

Gary Cahill, bek tengah Chelsea, melambungkan harapan fans tuan rumah dengan golnya melalui sontekan keras kaki kanan di dalam kotak penalti memanfaatkan perebutan bola hasil tendangan penjuru. 1-0 di menit-80’.

Kehilangan pemain panutan, dan hanya tersisa sepuluh menit untuk bangkit. Tim lain mungkin sudah layu. Namun PSG menolak untuk menyerah. Mereka menyamakan kedudukan melalui sundulan David Luiz yang telak menghujam gawang Courtois, empat menit sebelum waktu normal rampung. Gol penuh emosi Luiz memaksa pertandingan berlanjut di extra-time.

Di awal babak pertama perpanjangan, Chelsea diberi hadiah penalti ‘handball’ Thiago Silva di area penalti. Eden Hazard mengkonversi menjadi gol, membuat Chelsea kembali unggul di menit-96. Disaat krusial inilah PSG kembali menunjukkan kekuatan mental mereka sudah jauh lebih baik dari tahun sebelumnya.

Lagi-lagi bermula dari tendangan penjuru yang diambil Thiago Motta, Silva berhasil melepaskan diri dari 10 pemain Chelsea di kotak penalti, dan kepalanya lebih cepat menggapai bola di udara daripada John Terry. Bola sundulan Silva melaju melengkung melewati jangkauan tangan Courtois yang sedikit maju, bola mengarah tepat di bawah mistar dan akhirnya masuk ke gawang. Skor menjadi 2-2 membawa PSG menang agrerat 3-3. 

Tidak sekadar lolos ke perempat final. Tidak sekadar membalas kekalahan buruk tahun lalu di tempat yang sama. Bukan pula sekadar konfirmasi kualitas mereka. Lebih jauh, hasil spektakuler di London ini menjadi momen membangun klub sebagai kekuatan elit di panggung tertinggi Eropa.

Sudah waktunya klub Perancis menggapai puncak. 

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun