Mohon tunggu...
Muhammad Zulfadli
Muhammad Zulfadli Mohon Tunggu... Lainnya - Catatan Ringan

Pemula

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

David Moyes

26 Januari 2014   08:56 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:27 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1390701333349503518

[caption id="attachment_292066" align="aligncenter" width="510" caption="http://www.premierleague.com/en-gb/clubs/managers/profile.overview.html/david-moyes"][/caption]

Hari ini saya masih memikirkan David Moyes, Manager Manchester United, klub elit Inggris yang terpuruk dan terancam tanpa trofi musim ini.

Ketika masih melatih Everton selama satu dekade, Moyes dianggap sukses, meski tak pernah berhasil meraih satu gelar pun, bersama tim Merseyide tersebut. Wajarlah, Everton sudah lama sekali tidak meraih juara liga. Setidaknya konsistensi Everton tetap terjaga sebagai Toptendi EPL, bahkan sekali pernah empat besar, namun predikat ‘sukses’ tidak logis lagi manakala dia tidak meraih satu trofi dalam satu musim membesut Manchester United. Parameter MU hanya piala dan piala.

Musim pertama Moyes untuk merasakan menjadi pelatih yang sukses dengan gelar liga Inggris sudah pupus, meski matematisnya probabilitas masih ada. Setidaknya vonis itu diucapkan oleh rivalnya di Chelsea, Jose Mourinho. MU—katanya, sudah tertinggal 14, 13, dan 12 poin di belakang tiga klub--dua dari London dan satu dari tetangga mereka sendiri. Omongan Mou memang dari dulu begitu, tapi saya selalu saja percaya padanya.Kita pun mayoritas mungkin setuju dengan ocehan si “special one”—terkecuali fans MU, yang konon ada 500 juta orang di planet ini.

Mou tentulah berhitung statistik. Tarohlah MU sudah dikenal sebagai tim dengan mental juara yang ditanamkan Fergie, beberapa kali telah membuktikan sanggup menyalip di saat akhir kompetisi, walau telah berjarak dua digit poin. Rasionalnya, dulu hanya satu yang menjadi target buruan, dan itu adalah kans lebih besar.Saat ini seperti diujar Mou,“Mungkin satu diantara tiga klub tersebut dapat dikejar, namun mustahil rasanya mengejar ketiga sekalugus dengan gap besar”

Harapan paling logis yang mesti dipertaruhkan klub ini adalah mencapai Big Four. Sebagai tiket berlaga di kompetisi liga Champion musim depan, sembari fokusuntuk kembali berkuasa di liga domestik. Moyes boleh saja beralibi atas kehilangan gelar, namun pasti tak diampuni manakala Setan Merah musim depan hanya berlaga di kompetisi kelas dua Eropa. Sejak menjadi penggemar sepak bola, rasanya tak pernah saya melihat MU tidak bertanding di ajang Liga Champion.

Kini ancaman tersebut semakin menakutkan, benar-benar membuat mumet Moyes, dan seluruh afiliasi klub tersebut. Lantas di akhir kompetisi empat bulan lagi, dan MU pada akhirnya benar-benar nirgelar, layakkah seorang Moyes dipecat ? Atau malah ssebelum bulan Mei, pria skotlandia berambut pirang itu pergi dari Old Trafford ? Tentu ini butuh pertimbangan dan kebijakan canggih yang cenderung gembling dari pengambil keputusan MU, karena menyangkut masa depan klub dan para fans.

Akan menciptakan faksi-faksi,benturan intrik dalam manajemen klub, dalam menentukan status Moyes dan langkah MU ke depan. Pertama, kubu konservatif, yang kontra dengan pemecatan Moyes, pastilah berpijak pada pengalaman ‘menimbang’ Alex Ferguson tahun 1990, yang nyaris diberhentikan karena 4 tahun pertama melatih MU tanpa ada gelar. Selamat dari lubang jarum, Fergie melaju sendiri dan akhirnya menjadi manager paling sukses di Inggris, Eropa, dan bahkan di dunia ini. Kubu ini berharap mengulang dongeng indahala Fergie, toh yang memilih Moyes, juga andil besar dari Fergie sendiri sebagai sesama laki-laki Skotlandia yang dikenal gigih.

Diseberangnya, kubu pragmatis di MU, pastilah menentang kebijakan “usang” seperti itu. Persaingan 25 tahun lalu dengan persaingan sepak bola modern sekarang atsmosfernya sudah terbentang jauh. Membandingkan keduanya juga tentulah tak proporsional. Okelah, Fergie sukses besar, namun menunggu hal demikian terjadi lagi, tentu bukan perencanaan terbaik klub sekelas MU. Mesti ada keputusan jangka pendek meski ada unsur judi terkandung dalamnya.Kebijakan kubu ini singkat, jelas, dan tegas : Segera akhiri kerja Moyes.

Owner MU mesti mencermati dan belajar dari jitunya keputusan pemilik klub Chelsea, Roman Abarmovich,dua tahun lalu, ketika memecat Andree Villas Boas di tengah musim, karena tak sesuai harapan bos asal Russia itu, menggantinya dengan sang asisten Roberto Matteo. Kebijakan Roman ditentang, dikecam, bahkan dari fans dan elite Chelsea sendiri. Mana mungkin seorang taipan seperti Roman memutuskan murni semata-mata dari aspek sepak bola.

Waktu kemudian menjawab kebijakan Roman tersebut, menjadi keputusan paling brilian sepanjang 10 tahun dia berkiprah di dunia sepak bola. Di Matteo memberinya gelar paling didamba Roman : Liga Champion 2012.Kemudian di Matteo juga disingkirkan Roman adalah hal yang berlainan lagi.

Beranikah Manchester United menghentikan Moyes ? kita tunggu saja.

s

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun