Mohon tunggu...
Muhammad Zulfadli
Muhammad Zulfadli Mohon Tunggu... Lainnya - Catatan Ringan

Pemula

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Mengejar Kebahagiaan

5 Juni 2014   21:14 Diperbarui: 20 Juni 2015   05:10 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi ini, Kamis, 5 juni 2014, Harian Kompas di rubrik Ekonomi, menulis bahwa Indeks kebahagiaan tak linier dengan kekayaan. Daam laporannya, Badan Pusat Statistik (BPS) telah membuat survei indeks kebahagiaan Indonesia berada pada poin 65, 11, dengan skala interval 0-100. Dalam kebahagiaan, orang Indonesia masih dibawah Singapura, Thailand, Malaysia, dan Vietnam.

Benarkah ? Setujukah ? Apa definisi kebahagiaan ? Bagaimana sih mengukur kebahagiaan itu ?

Kebahagiaan adalah hal yang penting yang menjadikan setiap orang merasa utuh sebagai manusia. Semua upaya dilakukan, berbagai cara ditempuh untuk meraih kebahagiaan. Karena kebahagianan merupakan tujuan dan cita-cita uiversal setiap orang.

Secara psikologis, bahagia adalah sebuah perasaan positif yang dimiliki manusia. Dibandingkan dengan emosi-emosi manusia lain, kebahagiaan menjadikan kualitas hidup seseorang semakin bagus.

Banyak elemen yang menggambarkan definisi kebahagiaan. Setiap orang punya indicator untuk mengukur kebahagiaannya.

Misalnya memiliki harta benda atau materi, kita bahagia bila memiliki uang. Karena uang yang banyak akan memudahkan untuk mendapatkan apa saja yang diinginkan dalam hidup. Dengan terpenuhi itu, yang bersangkutan merasa akan bahagia. Tentu sah-sah saja, uang memberikan kemungkinan untuk bisa menikmati hidup.

Namun banyak juga tidak setuju dengan hal tersebut. Bagi sebagaian orang meskitidak punya banyak uang atau harta, mereka tetap merasa bahagia. Dikarenakan, kelompok ini tidak memiliki gaya hidup konsumtif, seperti doyan belanja. Ekspektasi hidup yang tidak tinggi dan kultur menerima keadaan menjadikan mereka bisa bahagia di tengah berbagi ‘kekurangan’. Teori bijaknya adalah sesungguhnya orang yang kaya adalah orang yang sedikit kebutuhannya. Orang-orang serakah misalnya, menurut saya orang serakah jarang berbahagia. Tindakan menginginkan lebih banyak tak terkontrol merupakan pertanda orang serakah tidak senang dengan apa yang mereka miliki.

Indikator kedua yang sangat umum dalam mengukur kebahagiaan adalah sukses dalam karir. Golongan bahagia demikian selalu meletakkan seluruh prioritas hidupnya dalam urusan karir. Hal yang paling bahagia adalah hidup mandiri dengan melakukan pekerjaan yang disukai. Bahkan demi pemenuhan ambisi itu, tidak jarang mereka memilih untuk tidak membangun atau menunda berkeluarga, karena menikah bukan kebahagian, melainkan sebuah pilihan.

Kesehatan tubuh yang baik, memiliki cinta kasih sayang, pemenuhan hobi, dan relasi sosial, juga termasuk variabel kebahagiaan dalam hidup banyak orang.

Apakah bahagia itu mahal dan sulit?

Menurut saya gampang-gampang susah, dan juga mahal-mahal murah. Sekali lagi tergantung bagaimana setiap orang memahami konsep dan mewujudkan kebahagiaan dalam kehidupannya.

Kalau saya pribadi, mudah dan sederhana saja,berangkat dari mindset. Bebaskan diri untuk merasa bahagia. Jangan terus mecari kekurangan atau kesalahan diri sendiri. Sedikit berbagi pengalaman, saya pernah berada di komunitas yang negatif. Merasa Tuhan tidak adil-lah, menutup diri, menggeneralisir, suka mengeluh, gampang marah. Kalau kita sering seperti demikian, daya tahan tubuh ini langsung habis, dengan begitu kebahagiaan makin menjauh.

Saya juga sebisanya menjalani hidup dengan antusias, tidak datar-datar saja. Lalu ini mungkin klise, dan paling berat, bahwa saya juga terus berusaha belajar ikhlas, apa pun itu. Bahwa saya laki-laki saya ikhlas, bahwa saya sering gagal saya ikhlas, bahwa pekerjaan saya seorang Dosen maka saya pun ikhlas. Namun bukan berarti saya pasrah. Dengan paham seperti ini energi saya rasanya tak pernah habis. Ini cara saya mensyukuri anugerah yang tak terbatas.

Bagaimana dengan teman-teman Kompasiana?

Salam bahagia.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun