Mohon tunggu...
Cuap Politik
Cuap Politik Mohon Tunggu... -

Cuap-cuap politik. Silakan follow @cuapolitik

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mengapa Harus SBY?

29 Maret 2013   07:05 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:03 661
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13645153681829889068

[caption id="attachment_251774" align="aligncenter" width="672" caption="Lambang Partai Demokrat (Sumber: bali-bisnis.com)"] [/caption] Setelah 25 DPD menyatakan dukungannya terhadap Susilo Bambang Yudhoyono untuk memimpin Partai Demokrat dengan menjadi ketua umum, kemarin, Kamis 28 Maret 2013, Fraksi Partai Demokrat di DPR menyatakan dorongannya agar SBY bersedia menjadi pemimpin eksekutif tertinggi partai. Situasi yang dialami Partai Demokrat saat ini sudah sangat genting. Amanah forum kongres di Bandung yang diberikan kepada Anas Urbaningrum tidak dapat dijalankan dengan baik. Dengan kuasanya, Anas justru semakin leluasa berbuat korup dengan bermain-main di banyak proyek. Saat ini Anas sudah menjadi tersangka untuk kasus Hambalang dan beberapa kasus lainnya. Hingga tulisan ini dibuat SBY memang belum memberikan responsnnya atas desakan agar dia menjadi ketua umum partai. Tentu bukan pilihan yang enak saat ini, mengingat level posisinya sebagai kepala pemerintahan dan kepala negara. Namun bagi Demokrat tidak ada pilihan lain. Demokrat tidak kekurangan kader untuk memimpin. Namun untuk kondisi saat ini hanya SBY yang bisa menyatukan partai. Calon-calon lainnya, seperti Marzuki Alie atau Saan Mustopa, dinilai terlalu kental memiliki kepentingan. Keduanya juga adalah faksi lama yang terbentuk ketika kongres di Bandung tahun 2010 lalu. Banyak kecaman yang muncul memang. SBY dinilai tidak akan fokus lagi memimpin rakyat jika memimpin Partai Demokrat. Namun penting dicatat, tidak ada larangan seorang presiden juga menjadi ketua partai. Di negara-negara maju sekalipun, seorang kepala pemerintahan juga bisa menjabat sebagai ketua umum partai. Contoh saja Angela Merkel di Jerman atau David Cameron di Inggris. Jika pun SBY menjadi ketua umum, tentu ia akan menunjuk ketua harian. SBY tak mungkin memfokuskan dirinya untuk berurusan dengan tetek bengek kepartaian sehari-hari. Duduknya SBY di kursi ketua umum hanya untuk mengamankan kursi ini agar tidak ditempati oleh kubu-kubu yang memiliki ambisi pribadi di saat partai membutuhkan figur pemersatu. Saya sendiri tidak memiliki kekhawatiran jika SBY akan abai mengurus negara. SBY pastinya memiliki keinginan meninggalkan jejak baik di pemerintahan. SBY tentu ingin dinilai sebagai pemimpin yang sukses membawa negara ini menuju kemakmuran. Sejauh ini sudah banyak capaian-capaian pemerintahan SBY. SBY menjadi presiden Indonesia sejak 2004 hingga kini dengan prestasi pertumbuhan ekonomi 6,5%. Pertumbuhan  itu terjadi pada saat dunia mengalami krisis ekonomi global. Di panggung global, Indonesia adalah negeri yang diperhitungkan. Indonesia adalah negara di mana islam, demokrasi, dan modernisme dapat hidup berdampingan. Indonesia di masa depan diprediksi menjadi negara kuat, sebagai salah satu perekonomian terbesar di dunia. Partai Demokrat kini membutuhkan figur pemersatu. Hanya SBY yang bisa diterima semua kubu yang bersaing di partai. Dalam kondisi darurat semacam ini, SBY tentu tak ingin partai yang ia gagas ini kandas sebelum bertarung di Pemilu 2014.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun