Sebut saja namanya Amir, seorang teman saya yang bertubuh besar. Amir merupakan pribadi yang cukup keras, dan selalu berkata dengan nada tinggi. Ia sering membuat orang di sekitarnya merasa terganggu dengan tingkah lakunya, sebut saja membanting pintu, teriak-teriak, nyuruh sesuatu seenaknya. (wajar kalo saya tau banyak, saya pernah tinggal dengannya selema beberapa waktu).
Setiap pagi ketika kami bangunkan dia dari tidurnya untuk sholat shubuh jam 4.20 pagi, dengan mata terpejam dia selalu berkata “sudah”. Dan kami pun akhirnya sholat bersama-sama tanpa Amir. Kami selalu bertanya-tanya, apa benar Amir sudah sholat? sednangkan Amir merupakan pribadi yang susah untuk bangun pagi. Saya merasa berdosa kalau misalkan dia belum sholat.
Suatu pagi saya mencoba untuk bangun lebih awal dari Amir, dan saya berhasil. Kemudian saya melihat gerak-gerik Amir, apakah ada tanda-tanda akan sholat atau tidak. Dan akhirnya, melihat saya sedang duduk di depan computer, diapun mengambil air wudhu. Lalu saya berkata “Mir, sholat bareng yuk!”, Amir menjawab, “ayo, tapi cepet ya”. “Ok, saya bangunkan teman lain dulu”, tambah saya.
Saya pergi mengambil air wudhu, lalu membangunkan teman-teman yang lain. Saat itulah Amir sangat ‘berisik’. Amir mulai berkata, “Ayo cepetan, atau saya sholat sendiri nih”. “iya Mir, sabar. Temen-temen yang lain pasti bangun kok, apalagi mereka sudah terbiasa sholat shubuh. “ imbuh saya lagi.
Sebetulnya tidak masalah dia mau sholat sendiri atau berjamaah dengan kami, asalkan dia sholat. Hanya saja kami merasa kasihan dengan Amir yang sepanjang hari selalu sholat sendiri tanpa berjamaah, sedangkan kita tau bahwa pahala sholat berjamaah bisa mencapai 27x sholat sendirian. Amir yang pembawaannya terkesan arogan pada kehidupan sehari-hari menunjukkan watak buruknya saat itu, dia seolah merasa dipentingkan setiap kali mau sholat. Padahal kan kita tau bahwa ketika sholat, lebih diutamakan untuk berjamaan dibanding dengan sendirian.
Saya sering diceramahi untuk menunggu teman saya sholat, asalkan kita bisa berjamaah. Karena apa, memang ketika sholat sendiri di waktu yang tepat sangatlah baik, namun artinya kita egois. Pahala kita hanya untuk kita, sedangkan saat kita menunggu teman untuk bersama, itu akan membuat teman kita juga mendapat pahala lebih dari sholat berjamaahnya. Itu bisa menjadi bekal lebih bagi teman kita nanti, dan insyaAllah ketika kita ikhlas dan menunggu dengan sesuatu yang bermanfaat seperti membaca al-qur’an maka akan menjadikan waktu kita menjadi ibadah. J
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H