Mohon tunggu...
Christine Setyadi
Christine Setyadi Mohon Tunggu... Jurnalis - a mother of two yang lagi bucin dengan kisah-kisah sejarah

to write is to heal and empower.

Selanjutnya

Tutup

Book

Trevor Noah: Kisah Seorang Bocah Afrika Selatan di Masa Apartheid

29 September 2022   16:43 Diperbarui: 29 September 2022   16:53 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Trevor Noah: Born a Crime.

Trevor Noah. Nama seseorang.

Born a Crime - terlahir sebagai kriminal.

Judul yang aneh, bukan?

Perjumpaan saya dengan autobiografi ini terjadi dalam ruang facebook di awal mula pandemi. Buku ini beberapa kali muncul di ruang konten grup Women Reading Great Books

 

Rasa cuek saya berubah menjadi rasa penasaran.

Segera saya mencarinya. Membelinya dimana, saya sudah lupa.

Setelahnya mengalir begitu saja buku ini menjadi santapan setiap hari. Anak-anak saya, ketika itu usia mereka 8 dan 10 tahun,  ikut menikmati. Menjelang tidur, kadang saya menceritakan beberapa bagiannya yang menurut saya perlu dan menarik untuk mereka tahu.

Buku ini mengisahkan pengalaman hidup Trevor Noah di masa penerapan sistem apartheid di Afrika Selatan. Tahun 1984 pemuda ini lahir. Ibunya seorang pribumi kulit hitam. Ayahnya kulit putih asal Switzerland. Di bawah hukum apartheid, hubungan lelaki dan wanita yang berbeda warna kulit – bukan saja terlarang, tetapi juga terhitung kriminalitas.

Trevor menarasikan kesehariannya - dari kacamata seorang anak-anak. Tentang bagaimana apartheid menelusuk masuk ke sendi-sendi kehidupannya. Bagaimana ia tidak bisa bermain bebas di luar karena warna kulitnya campuran hitam dan putih, bagaimana neneknya tidak berani mendisiplinkannya karena ada darah kulit putih pada cucunya, juga soal kebingungannya sebagai remaja saat berusaha membangun jati dirinya. Grup kulit hitam maupun grup kulit putih di sekolah mengganggapnya tidak murni berdarah putih atau hitam.

Awal Mula

Sistem apartheid di Afrika Selatan bermula ratusan tahun lalu di abad ke-17, ketika Perusahaan Dagang Belanda (VOC) mendarat di Cape Town. Sejarah bergulir hingga akhirnya kekuasaan kolonial berpindah tangan dari VOC ke Inggris. Untuk menjaga kelangsungan kekuasaannya, sebuah sistem diciptakan untuk memastikan warga pribumi Afrika Selatan tunduk sebagai koloni.

Dalam bahasa Trevor, apartheid hanya punya satu tujuan, yaitu menjadikan Afrika Selatan sebagai negara milik kulit putih. Tetapi mereka masih membutuhkan pribumi sebagai pekerja kasar. Untuk itulah sejumlah kebijakan diskriminatif diciptakan.

Pribumi dikumpulkan dan direlokasi ke dalam sebuah pemukiman khusus kulit hitam. Soal pekerjaan, orang kulit hitam hanya boleh bekerja di sektor pekerja kasar. Untuk laki-laki kulit hitam, pilihannya adalah bekerja di pertambangan, pertanian atau pabrik. Untuk perempuan kulit hitam, bekerja di pabrik atau sebagai pembantu.

Uniknya, Trevor dibesarkan oleh seorang ibu kulit hitam yang membiarkan jiwanya bebas, meski secara jasmani ia terjajah. Ada sejumlah bagian dimana Trevor menceritakan sisi keimanan dan determinasi kuat yang dipegang ibunya. Dalam kata-kata Trevor, “My Mom raised me as if there were no limitations on where I could go or what I could do.” Semua itu dilakukannya tanpa tahu bahwa 6 tahun setelah anaknya lahir, sistem apartheid benar-benar berakhir.

Buku ini bukan soal pembeberan fakta sejarah, melainkan sebuah narasi. Di sinilah kebermaknaan buku ini mencapai puncak. Membacanya seolah kita merasakan kejamnya penerapan sistem apartheid pada setiap sendi tubuh kita. Dan saya rasa, memang untuk itulah Trevor menulis buku ini.

Jika Anda lagi bingung-bingung mau membaca buku apa, buku ini bisa menjadi pilihan. Yok! (Christine Setyadi)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun