Metabolic Profile Test (MPT) secara umum digunakan untuk mengevaluasi kondisi metabolik dari suatu individu atau kelompok sapi perah. Pengujian laboratorium terhadap beberapa parameter kesehatan hewan seperti fungsi organ (ginjal, hati, darah dan lain sebagainya) terutama untuk ternak produksi seperti sapi perah bersifat sangat penting, hasil uji ini bisa membantu praktisi kesehatan hewan dalam hal ini dokter hewan, paramedik maupun nutrisionis yang bekerja di bidang ternak sapi perah. Uji uji ini berfungsi untuk memonitor kesehatan ternak pada level individu maupun level kelompok (herd health).
Produksi susu dipengaruhi oleh berbagai macam faktor seperti jumlah beranak, masa laktasi (awal, puncak, tengah atau akhir), dan musim produksi. Beberapa faktor atau parameter tersebut di atas bisa memberikan efek terhadap parameter kimia darah pada sapi perah dengan masa laktasi yang normal. Salah satu usaha untuk memonitoring kesehatan hewan atau ternak sapi perah dalam kelompok (herd health) adalah melalui uji Metabolic Profile Test (MPT) atau uji profil metabolic, pada satu kawanan/ kelompok ternak, dimana kelompok tersebut mengalami perlakuan yang sama, dalam hal ini pakan, kandang, tata cara pemeliharaan dan status pelayanan kesehataan hewan nya. MPT pada sapi perah untuk monitoring kesehatan kelompok pertama kali diperkenalkan di Inggris raya pada tahun 1960an. Kesuksesan MPT ini dalam memprediksi kondisi kesehatan ternak dan manajemen pemeliharaan ternak (pakan atau nutrisi) tergantung pada beberapa factor, dimana konsentrasi beberapa nilai biokimia darah pada serum atau darah sapi perah yang diuji MPT merefleksikan atau menggambarkan asupan nutrisi yang diterima oleh ternak, sehingga hasil uji MPT ini juga bisa digunakan sebagai dasar untuk alat bantu dalam menentukan manajemen pemberian pakan (hijauan, konsentrat dan pakan tambahan lainnya) pada ternak sapi perah (Whitaker et al., 1999). Pada pengujian MPT ini dibutuhkan beberapa sampel darah dari sapi dalam satu kelompok, sebaiknya sampel darah ini berasal dari beberapa fase lakstasi pada kelompok tersebut,
Dari hal-hal tersebut di atas dapat disimpulkan dan ada beberapa pesan penting dalam pelaksanaan MPT ini, antara lain (Van Saun, 2000):
- MPT bisa digunakan sebagai alat untuk mengevaluasi (assessment) terhadap status kesehatan ternak dan status kecukupan nutrisi secara individu maupun kelompok, ketika hasil MPT ini disandingkan atau dibandingkan dengan status kesehatan ternak dan program manajamen pakan.
- Untuk menilai atau mengevaluasi status kesehatan ternak maka dibutuhkan sampel darah yang akan diuji MPT, sampel ini harus berasal dari beberapa fase laktasi sapi perah, seperti fase kering kandang, fase awal laktasi, fase laktasi puncak, fase laktasi akhir dan sebaiknya ditambahkan juga dengan sampel darah dari sapi perah dara (heifer) sebagai replacement stock atau bibit pengganti.
- Untuk meminimalisir biaya uji, sampel darah kelompok atau gabungan (pooled) bisa digunakan.
- Untuk interpretasi sampel gabungan tidak bisa disamakan dengan sampel individu.
Penggunaan MPT pada sapi perah di Indonesia sangat jarang dilakukan, dikarenakan kondisi iklim Indonesia yang tropis, dimana pada iklim tropis sapi perah cenderung kurang optimal untuk produksi susunya dan sapi perah cenderung mengalami stress baik stress akibat pola pemeliharaan maupun pola nutrisi. Namun sapi perah di daerah iklim tropis cenderung untuk mempunyai kemampuan untuk menyeimbangkan antara input/ masukan nutrisi dengan kemampuan produksi susu mereka (Whitaker, et al., 1995). Hal ini biasanya terjadi melalui perubahan kadar biokimia darah dan terjadi juga dimana kondisi kecukupan energi untuk metabolisme tubuh dalam keadaan kurang. Biasanya sapi perah yang mengalami kondisi seperti tersebut mengalami negative energy balance (NEB) dimana kecukupan energi dirasakan kurang tapi sapi diporsir untuk memproduksi susu lebih banyak, hal tersebut menyebabkan banyaknya gangguan metabolisme dan bisa juga menyebabkan gangguan reproduksi (Russel and Roussel, 2007).
Pengujian MPT kali ini hanya terfokus pada:
- Kadar Energi: Nilai Glukosa darah (mg/dL) dan Nilai Kolesterol darah (mg/dL)
- Kadar Protein: Nilai urea darah (blood urea nitrogen) (mg/dL) dan Albumin darah (g/dL)
- Fungsi Hati: AST (SGOT) (U/L) dan Gamma GT (U/L)
- Kadar Mineral: Calcium darah (mg/dL), Phosphor darah (mg/dL) dan Magnesium darah (mg/dL)
Contoh hasil pengujian terhadap 30 ekor sapi perah di BPT SP & HPT Cikole Lembang:
- Untuk Parameter kecukupan energy, 10% (3/30) mengalami obesitas (NKT tinggi) dan 3.33% (1/30) NKT rendah, 23.33% (7/30) mengalami peningkatan kadar glukosa darah dan 63.33% (19/30) menunjukkan kadar glukosa darah yang rendah. Sedangkan untuk kadar kolesterol darah, 90% (27/30) kadar kolesterol melebihi standar.
- Untuk Parameter kecukupan mineral darah, 3.33% (1/30) mengalami peningkatan kadar kalsium darah dan 96.67% (29/30) menunjukkan kadar kalsium di bawah standar. Untuk kadar Magnesium darah, 16.67% (5/30) kadar magnesium darahnya di atas standar, dan 13.33% (4/30) mengalami kekurangan magnesium, sedangkan untuk kadar phosphor sebanyak 100% (30/30) memiliki kadar phosphor darah di atas standar.
Dari kesimpulan di atas kami menyarankan beberapa hal yang bisa dilaksanakan oleh pihak BPTSPHPT dalam rangka memperbaiki profil metabolic sapi perah di BPTSPHPT:
- Peningkatan kontrol pada manajemen pemberian pakan.
- Klasifikasi konsentrat berdasarkan umur atau masa laktasi, misalnya konsentrat khusus sapi laktasi, sapi kering kandang, sapi dara, sapi pedet, ataupun konsentrat khusus untuk sapi pada masa laktasi (puncak laktasi).
- Mengurangi tingkat stress sapi, terutama sapi yang sedang masa laktasi.
Dari hasil MPT yang dilakukan di BPT SP & HPT juga menyarankan di lakukannya MPT di peternakan rakyat terutama yang skala usahanya besar.
Oleh: Kusna Sukmayadi S.Pt, M.Si (Pengawas Mutu Pakan Ahli Pertama BPTSP & HPT Cikole Lembang)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H