Jember, 15 Nov 2024 -- Profesi tukang becak, yang dulu menjadi tulang punggung transportasi lokal, kini menghadapi tantangan besar di tengah maraknya perkembangan transportasi berbasis teknologi. Pak Hasan, seorang tukang becak yang telah berprofesi sejak tahun 1975, berbagi kisah haru dan penuh inspirasi tentang perjuangannya menjalani kehidupan di usia senja.
Ditemui di tempatnya biasa mangkal, Pak Hasan menceritakan bagaimana dirinya memulai profesi ini. "Saya mulai narik becak sejak tahun 1975. Dulu pendapatannya lumayan, cukup untuk keluarga. Tapi sekarang, sehari dapat satu-dua penumpang saja sudah alhamdulillah," ujarnya.
Kemajuan teknologi, terutama dengan hadirnya layanan ojek online seperti Gojek dan Grab, telah membuat pendapatan tukang becak tradisional merosot drastis. "Kalau dulu, penumpang pasti cari becak untuk ke mana-mana. Sekarang orang lebih memilih ojek online karena lebih murah dan cepat," keluh Pak Hasan.
Kini, ia mengaku hanya bisa mengandalkan penghasilan yang tak menentu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Bahkan, dengan kerja dari pagi hingga sore, sering kali hasil yang diperoleh tidak mencukupi. "Kadang, sehari saya hanya dapat lima ribu atau sepuluh ribu. Dulu, penghasilan seratus ribu sehari itu biasa, sekarang jauh berbeda," katanya dengan nada sedih.
Di tengah keterbatasan tersebut, ia tetap berusaha tegar. Dengan dukungan istrinya yang merupakan ibu rumah tangga, Pak Hasan menjalani hari-harinya dengan kesabaran. Ia mengungkapkan bahwa semua anaknya sudah menikah dan hidup mandiri. Namun, untuk dirinya sendiri, ia masih berharap ada peluang untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. "Kalau ada kerjaan lain, saya pasti mau, asal cukup untuk kebutuhan sehari-hari," ujarnya.
Pak Hasan juga mengungkapkan pandangannya mengenai perhatian pemerintah terhadap profesi seperti tukang becak. Menurutnya, bantuan pemerintah untuk profesi tradisional masih minim. "Kalau ada bantuan dari pemerintah, tentu sangat membantu. Tapi sampai sekarang belum pernah saya dapat," tuturnya.
Selain itu, ia menyoroti bagaimana masyarakat kini cenderung mengabaikan profesi tradisional seperti tukang becak. Walau begitu, ia masih memiliki harapan besar. Ketika ditanya tentang impian di sisa usianya, ia menjawab dengan sederhana, "Saya cuma ingin bisa hidup cukup, tidak bergantung pada orang lain, dan tetap sehat."
Kisah Pak Hasan adalah potret nyata perjuangan masyarakat kecil yang tetap bertahan meskipun di tengah arus modernisasi yang begitu deras. Ceritanya bukan hanya menggambarkan tantangan, tetapi juga semangat pantang menyerah seorang pejuang kehidupan.
Perubahan zaman adalah keniscayaan, tetapi menjaga keseimbangan antara modernisasi dan keberlangsungan profesi tradisional adalah tugas bersama, baik pemerintah maupun masyarakat. Karena di balik setiap becak yang beroda tiga, terdapat kisah seorang pekerja keras yang menggantungkan hidupnya pada penghasilan yang kini semakin menipis.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI