Mohon tunggu...
Crystalia Claudy Alnik
Crystalia Claudy Alnik Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Nama : Crystalia Claudy Alnik NIM : 43222010012 Fakultas/ Prodi : Ekonomi dan Bisnis / S1-Akuntansi Dosen Pengampu : Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak Universitas Mercu Buana

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

TB2 - Diskursus Gaya Kepemimpinan Visi Misi Semar pada Upaya Pencegahan Korupsi

12 November 2023   10:20 Diperbarui: 13 November 2023   17:39 628
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PENDAHULUAN
Sebagai bangsa yang besar dengan budaya yang beragam, Indonesia membutuhkan kepemimpinan yang kuat, berakar pada kepribadian  dan nilai-nilai budaya masyarakatnya. Saat ini banyak terjadi krisis yang berbeda-beda, yang paling mengkhawatirkan adalah krisis moral. Berbagai krisis tersebut membuat penting untuk menemukan nilai-nilai luhur bangsa yang dapat menjadi acuan dalam berdiri dan bertindak.
Artikel ini mengkaji nilai-nilai filosofis yang ada pada diri Semar dan kaitannya dengan kepemimpinan.
Penulis mencoba mengkaji berbagai ajaran dan nilai moral Semar mengenai sifat dan sikap seorang pemimpin sekaligus upaya pencegahan korupsi di Indonesia. Penelitian ini merupakan studi kepustakaan dengan metode penelitian deskriptif eksploratif. Penelitian ini menggunakan metode hermeneutika, semiotika dan simbolik untuk mengkaji berbagai makna simbolik tokoh Semar.
Semar merupakan sosok Panakawan yang secara simbolik mengajarkan  bagaimana menjadi orang atau pemimpin yang baik.
Sifat dan ajaran yang berbeda tersebut antara lain pemimpin yang tidak menghormati nenek moyang dan asal usulnya, pemimpin yang harus (temuwo) berpikir dan mempunyai visi yang luas dan mendalam, pemimpin yang tidak boleh anti kritik, pemimpin yang mudah tergerak oleh penderitaan rakyat, pemimpin harus selalu siap melayani dalam kondisi apapun. Dan pemimpin harus mencapai dhuwur untuk berdehem (menghargai hasil pemimpin sebelumnya dan menutupi segala keburukan yang ada).
Saat ini, sebagaimana kita ketahui, korupsi semakin merajalela dan merusak sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara.Tindakan kotor tersebut dilakukan oleh orang-orang korup sehingga menimbulkan akibat yang sangat merugikan seperti meningkatnya kemiskinan dan ketimpangan pendapatan dalam masyarakat, merampas hak-hak masyarakat dan memperlambat pertumbuhan perekonomian negara yang dipimpin oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.
Semua hal ini terjadi dalam kehidupan nyata di depan mata kita dan situasi ini terjadi di negara kita, sehingga gerakan antikorupsi perlu  ditanamkan di setiap masyarakat. Antusiasme dan kesadaran akan dampak korupsi harus dibangkitkan. Namun kenyataannya masih banyak masyarakat yang kurang pengetahuan dan pemahamannya mengenai pendidikan antikorupsi atau upaya antikorupsi.

Korupsi tidak bisa dihilangkan, namun dapat dicegah, salah satu faktor utama untuk mendorong pencegahan korupsi yang ada di Indonesia dapat dimulai dari gaya kepemimpinannya, pemimpin yang baik akan memicu rakyatnya untuk kearah yang lebih baik.

KEPEMIMPINAN

Yang dimaksud dengan pemimpin adalah seseorang yang memimpin suatu kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih, baik itu suatu organisasi maupun suatu keluarga.

 Sedangkan kepemimpinan adalah kemampuan pemimpin dalam mengendalikan, mengarahkan, dan mempengaruhi pikiran, emosi, atau perilaku orang lain untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

 Pemimpin terdiri atas pemimpin formal dan pemimpin informal. Pemimpin formal adalah seorang pribadi (laki-laki atau perempuan) ditunjuk oleh suatu organisasi tertentu (swasta atau pemerintah) (berdasarkan keputusan pengangkatan organisasi yang bersangkutan) untuk menduduki suatu jabatan dalam struktur organisasi yang ada dengan segala hak dan kewajiban pelayanan yang terkait dengan organisasi tersebut untuk mencapai tujuannya.

Kepemimpinan adalah kemampuan yang melekat pada seorang pemimpin dan bergantung pada banyak faktor yang berbeda, baik internal maupun eksternal.

Kepemimpinan adalah keterampilan dan kemampuan seseorang untuk mempengaruhi perilaku orang lain, baik yang menduduki jabatan lebih tinggi maupun lebih rendah darinya, berpikir dan bertindak sedemikian rupa sehingga perilaku yang sebelumnya bersifat individualistis dan egois menjadi perilaku organisasi.

Kepemimpinan (leadership) adalah kemampuan seseorang untuk menguasai dan memengaruhi orang lain atau masyarakat yang berbeda beda menuju pencapaian tertentu. Jadi kepemimpinan atau leadership merupakan sifat-sifat yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin (leader), yang penerapannya mengandung konsekuensi terhadap diri si pemimpin, antara lain sebagai berikut: 

a. Harus berani mengambil keputusan sendiri secara tegas dan tepat (decision making) 

b. Harus berani mengambil resiko sendiri 

c. Harus berani menerima tanggung jawab sendiri (The Peinciple Of Absolutenes od Responsibility)

Fungsi kepemimpinan: 

1. Memprakarsai struktur organisasi 

2. Memelihara koordinasi dan integrasi dalam organisasi agar organisasi lebih efektif 

3. Mengembangkan tujuan organisasi dan menetapkannya Mengidentifikasi cara dan metode yang efektif untuk mencapai tujuan tersebut.

 4. Menyelesaikan konflik dan konflik yang timbul serta melakukan evaluasi dan evaluasi ulang 

5. Melaksanakan pengkajian, perubahan, dan pengembangan inovasi serta perbaikan pada organisasi.

 TEORI UTAMA 

1. Teori Genetika 

2. Teori Sosial 

3. Teori Ekologi 

JENIS DAN GAYA KEPEMIMPINAN 

1. Kepemimpinan Demokratis Merupakan kepemimpinan yang memperhatikan segala kepentingan rakyat yang dipimpinnya sehingga merasa keinginannya dapat dipenuhi oleh pemimpinnya Kepemimpinan Responsif  

2. Kepemimpinan Karismatik Adalah kepemimpinan yang disegani karena wataknya, ia berperilaku sedemikian rupa sehingga dapat memberi perintah dan memberi contoh kepada orang yang dipimpinnya.

 3. Kepemimpinan otoriter Adalah pemimpin yang ingin segala keinginan dan perintahnya terlaksana tanpa harus memahami dengan jelas kepentingan rakyat yang dipimpinnya.

 4. Pemimpin militer Pemimpin yang memimpin bawahan dan wajib melaksanakan perintah atasan berdasarkan asas komando.

 5. Kepemimpinan yang paternalistik Merupakan pemimpin yang matang berkat kemampuan memberikan contoh dan teladan bagi setiap orang dalam organisasi  

6. Kepemimpinan Birokrasi Merupakan kemampuan kepemimpinan yang dibentuk oleh pembagian tingkat kepangkatan dan jabatan dalam suatu organisasi, dalam Yang pangkatnya lebih tinggi dapat memberikan perintah kepada bawahannya.

Dari penjelasan diatas yang dapat kita pelajari bahwa seorang pemimpin harus memiliki keistimewaan dan komitmen kuat  untuk memimpin bangsa yang besar, membawa bangsa ke arah yang lebih baik seperti tokoh Semar, beliau tidak terlihat menonjol secara fisik namun setiap bagian tubuhnya memiliki simbol yang memiliki arti yang sangat bermakna, dia bukan seorang  pemimpin tapi seorang yang mampu membentuk  seseorang menjadi pemimpin yang baik dan disegani. Hal itu ia lakukan tanpa pamrih.

PENGERTIAN KORUPSI

Korupsi berasal dari bahasa latin yaitu: dari kata kerja corrumpere yang artinya membusuk, merusak, menggoncang, menggulingkan, menyuap. Menurut Transparency International, ini adalah perilaku pejabat, politisi, dan pegawai negeri yang memperkaya diri mereka sendiri secara tidak wajar dan ilegal atau memperkaya orang-orang terdekat mereka  dengan menyalahgunakan kekuasaan.

screenshot-2023-1111-134531-654f32e9ee794a487e7ffa22.png
screenshot-2023-1111-134531-654f32e9ee794a487e7ffa22.png
Singkatnya, korupsi adalah tindakan individu atau kelompok yang menyalahgunakan kekuasaan atau wewenang  publik dengan tujuan  memperkaya diri sendiri secara tidak wajar. Berbagai krisis yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini, salah satu sumbernya adalah krisis moral.

 Berbagai krisis yang ada membuat penting untuk menemukan nilai-nilai luhur bangsa yang dapat menjadi acuan dalam berdiri dan bertindak.

Korupsi sebenarnya bukan penyakit diluar bangsa Indonesia, korupsi merupakan penyakit genetik karena benih-benih korupsi yang ada di Indonesia tidak hanya terjadi pada masa Indonesia dijajah oleh negara-negara kolonial saja, tetapi juga pada masa keemasan kerajaan-kerajaan nusantara.

Semar merupakan salah satu tokoh dari PUNAKAWAN dalam perwayangan Jawa. Semar terkenal dikisahkan sebagai pengasuh dan penasihat satria pada kisah Mahabarata dan Ramayana. Tokoh Semar ini pertama kali ditemukan dalam karya sastra di zaman kerajaan Majapahit dengan judul "Sudamala". Semar dikisahkan sebagai abdi pada tokoh tersebut, Sahadewa dari keluarga Pandawa dengan posisi punakawan, Semar tidak hanya menjadi abdi ia juga sebagai penebar humor, candaan dan pemecah suasana tegang.

Semar dalam wayang mempunyai nilai genosis yang ditekankan melalui dimensi pembebasan spiritual. Oleh karena itu, bagi orang Jawa, membicarakan Semar bukanlah kembali pada takhayul yang sempit dan picik. Lebih dari itu, dalam hal ini mereka menggunakan apa yang seharusnya menjadi warisan budaya mereka  sebagai  mekanisme untuk mencapai pembebasan spiritual yang benar-benar universal dan menganalisis setiap agama di dunia.

Lambang Semar adalah lambang yang bersifat esotoris. Dengan mempelajari tokoh wayang Semar diharapkan dapat mengetahui dan memahami tentang peribadatan, religi, watak, mitos ritual dan sifat pendukungnya. Kemudian banyak yang mempertanyakan tokoh ini, Mengapa?? Karena tokoh Semar dianggap memiliki nilai mitologi masyarakat Jawa dan banyak terkandung filosofis didalam dirinya.

ASAL USUL SEMAR

 Semar merupakan titisan dari Sang Hyang Ismaya ketika Semar diperintahkan turun ke bumi oleh Sang Hyang Tunggal. Oleh karena itu, Sang Hyang Ismaya yang semula tampan menjadi jelek, namun sebelum terjun ke dunia Semar meminta kawan. Sang Hyang Ismaya merupakan salah satu dari tiga orang putra Sang Hyang Tunggal, nama ibunya adalah Dewi Rakti. Menurut Pramayoga, istri Sang Hyang Ismaya adalah Dewi Senggani, sedangkan di pedalangan adalah Dewi Kanastri atau Kanastren. 

Sang Hyang Ismaya lahir bersama kedua saudaranya Sang Hyang Manikmaya dan Sang Hyang Antaga, mereka awalnya terlahir sebagai cahaya namun kemudian berubah menjadi sebutir telur.

 Oleh Sang Hyang Tunggal telur itu dipuja menjadi 3 putra: 

a) Putih telurnya menjadi Sang Hyang Ismaya (Semar) menjadi simbol kehidupan yang suci dan lebih mementingkan isi dibandingkan kulit. Semar selalu menjunjung tinggi kebenaran dan keadilan dan membenahi segala bentuk penyimpangan, sehingga ia mengabdi pada raja dan ksatria utama.

b) Kuning telurnya menjadi Sang Hyang Manikmaya (Batara Guru) yang berarti mencerminkan kekuatan, sehingga Manikmaya/Batara guru ini diangkat sebagai rajanya dewa di kahyangan "Junggring Salak" sebagai Batara Guru.

c. Kulit telurnya menjadi Sang Hyang Antaga (Togog) yang menjadi simbol laksana kulit tanpa isi, yang tidak pernah puas dan mementingkan hal-hal duniawi semata. Maka dari itu ia mengabdi pada raksasa sebagai simbol Angkaramurka. 

 Ketiga anak itu merasa dirinya paling sakti sehingga pantas untuk menjadi pewaris Sang Hyang Tunggal sebagai penguasa alam Kahyangan, tidak ada satupun dari mereka yang mengalah, hingga akhirnya Sang Hyang Tunggal memberikan Syarat yaitu "Siapa diantara kalian yang sanggup menelan Gunung Siem dan memuntahkan kembali Gunung Siem makan dia yang berhak akan mendapatkan singgasana alam Kahyangan" 

Sang Hyang Antaga mencoba pertama, saat hendak menelan Gunung Siem untuk menunjukan kesaktiannya is berusaha keras namun mulutnya robek  sehingga gunung itu tidak tertelan, Sang Hyang Ismaya mencoba menelan Gunung tersebut dengan kesaktian yang dimilikinya, jam berhasil menelan gunung itu namun tidak dapat memuntahkannya. dicobanya mengeluarkan gunung tersebut melalui duburnya tetapi tidak berhasil   gunung berhenti di Sang Hyang Ismaya sehingga Sang Hyang Manikmaya tidak memiliki kesempatan untuk mencoba sehingga Sang Hyang Manikmaya yang akhirnya menjadi pewaris Sang Hyang Tunggal dan memerintahkan Sang Hyang Ismaya untuk turun ke dunia agar menjadi pamong bagi orang yang berbudi baik  , sebagai pamong Sang Hyang Ismaya menggunakan nama menjadi Semar, Samarasanta, Samarsanta, Janabadra, badranaya. Turunnya Batara Ismaya ke macapasa (Bumi) bertepatan dengan lahirnya Bambang manunumasa putra Bambang parikenan yang merupakan manusia pertama yang menjadi momongan (Asuhan) Semar.

1-20231111-141805-0000-65504dcaedff76094b319d72.png
1-20231111-141805-0000-65504dcaedff76094b319d72.png

SIMBOLIK SEMAR

Punakawan adalah tokoh wayang yang berperan sebagai pengasuh dan penasihat para kesatria. Punakawan merupakan ciri khas kreasi Jawa yang tidak dapat ditemukan pada cerita Mahabarata (India).

Punakawan mempunyai 4 simbol yang tidak bisa dipisahkan yaitu (Cipta, Rasa, Karsa dan Karya). Keempat simbol tersebut merupakan jati diri manusia yaitu berpikir jernih, berhati tulus, bertekad bulat dan bekerja keras yang menjadikan manusia ideal, yakni baik dihadapan mahkluk lainnya dan dihadapan Tuhan.

 Semar adalah simbolisasi karakter manusia. Ada banyak pelajaran dan pengajaran yang dapat diambil dari tokoh punakawan ini. Hal ini sesuai dengan karakteristik orang Jawa yang selalu mengajarkan sesuatu secara simbolok, ada ungkapan Jawa klasik menunjukkan dengan jelas yaitu: "Wong Jawa iku nggoning semu, sinamun ing samudana sasodane ing ngadu manis " 

"Orang jawa itu tempatnya segala pasemon (perlambang/simbol), segala sesuatunya disamarkan dengan tujuan agar tampak indah dan manis". Meluapnya amarah artinya Saru (tidak sopan), sikap among rasa (menjaga perasaan) yang sangat pentung untuk menjaga perasaan orang lain.

1. Senjata Ampuhnya Semar "Kentut"

Semar memiliki senjata yaitu "Kentut". Senjata yang Semar miliki bukan dalam bentuk fisik seperti panah, pedang, tombak dll. berikut sifat senjata "kentut" Semar :

1. Kentut berasal dari dalam diri Semar sendiri, jadi senjata ini sifatnya adalah kekuatan yang muncul dari pribadi Semar bukan alat yang diciptakan atau dibuat.

 2. Semar menggunakan senjatanya bukan untuk membunuh tapi lebih untuk meningkatkan kesadaran. Dalam beberapa lakon/cerita pewayangan Semar menggunakan senjata “Kentut” nya melawan resi atau raja atau ksatria yang tidak bisa dikalahkan oleh Pandawa Lima yang akhirnya “badar” atau sadar kembali pada perwujudannya yang semula, yang biasanya adalah Bhatara Guru, Bhetari Durga dan lainnya.

 3. Semar akan menggunakan senjata “Kentut” nya apabila dengan cara yang konvensional yaitu menggunakan senjata biasa tidak bisa mengatasi permasalahan. Sebagai makna simbolik “Kentut” itu sendri mempunyai sifat-sifat : 

  • Identik dengan bersuara dan berbau.
  • Memiliki bau busuk atau tidak enak.
  • "kentut" juga bisa berarti suara yang mempunyai bau atau nuansa yang tidak enak untuk didengar atau dirasakan.

Jadi kalau dipadukan dengan simbolik Semar maka akan seperti suara “rakyat” kecil yang bercirikan kesederhanaan itu akan membawa pada Budi pekerti dan cara pandang yang murni yang dapat membawa visi yang lebih murni  tanpa ada bias sehingga dapat menangkap kebenaran apa adanya. Oleh karena itu, senjata "Kentut" Semar mungkin memiliki makna simbolis berupa suara "rakyat" yang menyampaikan kebenaran yang sifatnya membuat para pemimpinnya merasa kembali ke jalan yang benar sehingga suaranya terdengar tidak enak didengar dan tajam pemimpinnya. Tidak baik didengar dan kalau dirasa bau tidak sedap karena kritiknya yang sarkas, dan cenderung menyakitkan jika untuk pemimpin rakyat.

Senjata “kentut” Semar secara simbolis dapat dipahami sebagai senjata pamungkas “rakyat” untuk menyadarkan pemimpinnya agar kembali ke jalan yang benar yaitu etika berbudi luhur yang harus selalu dipegang teguh. Untuk mencapai sebuah tujuan harus dilakukan dengan cara yang benar. Sangat disayangkan jika kita dipimpin oleh seorang pemimpin yang membiarkan segala cara untuk mencapai tujuan tersebut (tanpa bermaksud untuk mengurangi nilai materi secara nyata yang telah tercapai). Nilai-nilai moral luhur masyarakat Jawa pada khususnya pada masyarakat Indonesia pada umumnya selalu mengajarkan bahwa untuk mencapai tujuan yang baik menuju Indonesia adil dan makmur untuk mewujudkan cita-cita “Panjang Punjung". Panjang artinya menjadi panutan bagi negara lain, punjung artinya mempunyai wibawa yang tinggi.

2. Bentuk Semar

Semar memiliki keunggulan pribadi sebagai tokoh punakawan. Kebanyakan masyarakat Jawa yang tertarik pada dunia perwayangan akan menjadikan sosok Semar sebagai panutan pada kehidupan sehari hari. 

Sosok Semar dilukiskan sebagai mahkluk yang tidak jelas identitasnya, yang berarti Samar. Dikatakan laki-laki karena sering dipanggil Kakang ataupun Rama tetapi memiliki perawakan seperti perempuan, serba bulat dengan dada berkembang seperti perempuan. Dikatakan tua rambutnya dikuncir seperti anak kecil, wajahnya menangis namun juga terlihat tertawa, sangat sulit membedakan antara tangis dan tawa.

Pada buku Dunia Semar yang ditulis oleh Ardian Kresna secara umum bentuk atau ciri-ciri sosok Semar pada wayang kulit yaitu:

a. Semar berkuncung seperti anak kecil, namun berwajah tua

b. Saat Semar tertawa selalu diakhiri dengan tangisan

c. Mata Semar terlihat menangis namun bibir terlihat seperti tertawa

d. Semar tampak berdiri sekaligus jongkok

e. Semar tidak pernah menyuruh namun sekali memberikan konsekuensi atas nasihatnya.

  • Makna Penggambaran Semar

Semar lahir dari konsep Jawa asli (Nusantara) yang gambarannya sudah di dipertunjukkan untuk permainan mengungkapkan sikap religius sekaligus mitos.

Oleh karena itu semar disebut sebagai inti dari keluhuran budi pekerti, pengabdian tulus, guru tanpa memaksa, serta pemberi semangat dan kekuatan. Selain mendapat filosofi dari bentuk visual dan nilai yang terkandung didalamnya, semar juga berperan sebagai inspirator.

Semar dianggap sebagai manusia jawa. Didalam kitab Jangka Jayabaya Semar digunakan untuk menunjuk penasihat raja raja di tanah jawa yang hidupnya lebih dari dua ratus lima puluh tahun. Ki Luhur Semar tidak lain adalah Ki Sabdapalon dan Ki Nayagenggong, beliau adalah dua penasihat kembar para raja raja. Semar merupakan sosok yang sangat misterius seolah olah antara nyata dan tidak nyata  

  •   Makna Nama Semar 

1. Semar bermakna heseming samar-samar yang artinya "Sang penuntun makna kehidupan".Artinya tersamar atau tidak jelas, semat secara semantik memiliki artian ghaib atau misteri yang tidak dapat di jangkau oleh akal. Semar berasal dari kata "sar" artinya sesuatu yang memancarkan cahaya. Semar artinya datan kasamaran sakaliring kahana, ingkang gumelar ya kang gumulung

2. Semar disebut juga dengan Badranaya yang terdiri dari kata Bebadra yang artinya membangun sarana dari dasar, sedangkan Naya atau Nayaka artinya utusan pengrasul. Yang jika disatukan memiliki makna mengemban sifat rasul dan melaksanakan perintah Allah untuk mensejahterakan umat manusia. 

3. Semar juga memilik nama Nayantaka, Naya berarti ulat atau polatan dan Antaka artinya mati. Maksudnya adalah nama ini bermaknakan wajah Semar yang pucat pasi seperti mayat.

4. Semar juga memiliki julukan Saronsari, artinya semua tingkah laku Semar selalu memikat

5. Duda Manang Munung, menjelaskan wujud Semar yang membingungkan. Seperti laki-laki tetapi memiliki payudara besar, Seperti perempuan tetapi berkumis, tidak menangis tidak juga tertawa, bukan dewa bukan juga manusia dan ia bukanlah banci. 

6. Juru Dyah Punta Prasanta memiliki makna sebagai pamomong para kesatria yang ingin menyempurnakan keutamaan.

7. Janggan Smara Santa, Artinya dadi guruning saben wong kang gegulung tapa brata, sabar kan ikhlas.

8. Wong Boga Sampir, yaitu seorang sayang terhindar dari berbagai godaan dan tidak terpengaruh oleh kenikmatan dan gemerlapnya dunia. Semar sebagai manusia yang merdeka lahir batin

9. Bojogati yang berarti pelayan yang sangat setia dan bertanggungjawab terhadap kewajibannya 

FILOSOFI KEPEMIMPINAN SEMAR 

Pemimpin harus mempunyai rasa asah, asih, asuh, ngopeni (memelihara) dan ngayemi (memakmurkan). Tujuannya adalah mewujudkan negara yang sejahtera, adil, makmur dan damai gemah repah Jinawi. Beberapa bentuk kepemimpinan Semar yang perlu di contoh untuk penerapan kepemimpinan dan pencegahan penyelewengan kekuasaan yang terjadi di Indonesia, atarain: 

1. Semar keturunan dewa, namun tidak membanggakan tentang asal usul dan harus keturunannya ia justru mengambil peran sebagai manusia kelas bawah namun berwibawa sebagaimana kelas atas.

2. Kuncung Putih, kuncung biasanya untuk anak anak, warna putih sebagai wujud orang tua. Seorang pemimpin harusnya tua (luas dan dalam) pandangan dan pikirannya, namun bijakaana dalam menyampaikan pandangan tuanya itu. Pemimpin harus selalu bijaksana pada semua golongan rakyat baik tua, muda, maupun anak-anak.

3. Muka Tengadah yaitu seorang pemimpin harus memandang jauh kedepan, kalau berjalan Semar memandang ke atas sebagai simbol seorang pemimpin harus memiliki optimisme yang tinggi dan kesadaran akan adanya kekuatan yang menentukan dari atas (Tuhan) sehingga harus selalu mengingat dan memohon petunjuknya.

4. Mata dan Bibir, Semar memiliki mata Rembesan (menangis) dan bibir tersenyum. Seorang pemimpin harus selalu perhatian kepada rakyatnya mudah tersentuh dengan penderitaan rakyatnya. Seorang pemimpin juga harus selalu tersenyum memberikan penyejuk dan hiburan bagi rakyatnya, tidak menampakkan kegelisahan dan kegundahan hatinya. Seorang pemimpin harus melihat dari sudut pandang mereka bukan dari sudut pandang kekuasaan. Mulut Cablek juga dapat dipahami bahwa pemimpin harus pandan dan cakap dalam berbicara, pandai menyampaikan ide dan gagasannya

5. Hidung Sunthi, seorang pemimpin harus tajam penciumannya, tajam untuk memahami berbagai gejala dan persoalan yang dialami rakyatnya.

6. Telinga, Semar menggunakan anting lombok Abang (cabe rawit) yang mengajarkan bahwa seorang pemimpin harus mendengarkan semua keluh kesah rakyatnya dan menerima kritikan sepedas apapun (tidak anti kritik).

7. Tangan Nuding, Seorang pemimpin harus menjadi panutan menunjukkan ke arah kebenaran, mencarikan solusi bagi semua persoalan yang dihadapi rakyatnya. Pemimpin adalah Herseming samar samar, penuntun pada makna kehidupan. Pemimpin selayaknya Badranaya yang terus membangun dan melaksanakan perintah Tuhan untuk mensejahterakan rakyatnya. Tugas seorang pemimpin ialah memberikan jaminan untuk perlindungan dan jalan untuk siapapun.

8. Badan Bunder Seser (Ngropoh) seorang pemimpin harus memiliki tekad yang bulat, cita-cita yang  kuat (gede atine kan Mateo ciptane) dengan tingkah laku yang memikat. Sosok pemimpin yang baik tidak melihat suatu pendapat datang dari mana dan siapa, melainkan mempertimbangkan dan menjalankan pendapat mana yang baik demi kemajuan dan kesejahteraan rakyat.

9. Pocong Dhagelan, pemimpin harus mikul dhuwur mendem jero, artinya menghargai jasa siapapun dan menyimpan dengan rapat aib atau segala hal yang tidak baik. Segala sesuatu yang buruk diletakan dibelakang dan tidak diumbar.

10. Pakaian (kampuh poleng), menjadi seorang pemimpin harus mampu mengendalikan hawa nafsu, mengutamakan kepentingan rakyat daripa pribadinya. Sang pemimpin harus lebih memperhatikan golongan rakyat jelata daripada golongan rakyat atas atau kaum Borjuis (orang kaya).

11. Posisi Semar jongkok sekaligus berdiri, yaitu seorang pemimpin harus selalu siap-sedia melayani rakyat, dekat dengan rakyat, mampu berperan ganda sebagai majikan sekaligus pelayan. Pemimpin adalah bojoganti yaitu pemimpin yang setia, bertanggung jawab terhadap kewajibannya.

TIGA DOKTRIN SEMAR :

Pertama, Ojo Dumeh yang artinya jangan mentang-mentang. Jangan larut pada apa yang dimiliki, karena segala sesuatu tidak diukur dengan materi melainkan sifat batinnya

Kedua, Eling yang mengajarkan untuk selalu melibatkan Tuhan dalam hidup. Allah akan selalu berpengaruh dalam hidup, selalu ingat akan kesalahan dan mintalah pengampunan Kepada-Nya agar memiliki budi pekerti 

Terakhir Waspodo, yaitu mengajarkan untuk selalu hati-hati dan teliti dalam menjalani kehidupan.

2-20231111-141805-0001-65504d46110fce37421c9f54.png
2-20231111-141805-0001-65504d46110fce37421c9f54.png

Selain itu aja pula ajaran Semar yang bisa kita ambil yaitu:

Pelajaran Semar yaitu Manunggaling Kawula Gusti. Hulul artinya Halah yang artinya Tuhan masuk ke dalam manusia. Secara keseluruhan artinya ketika melakukan sesuatu, Allah ridha dengan apa yang kamu lakukan. Tuhan tinggal di dalam diri kita, Dia manjing di dalam kamu seperti seorang pekerja yang bekerja untuk tuannya. 

Selanjutnya, Sangkan Paraning Dumadi. Semar mengajarkan dari mana manusia berasal dan ke mana perginya. Kita berada di Alam Purwo sebelum lahir, setelah lahir kita masuk Alam Madyo, dan selanjutnya untuk masa depan ada Alam Wusana. Ruh melakukan perjalanan panjang, seperti seseorang berhenti untuk minum air untuk melanjutkan perjalanan. Orang Jawa mengatakan: "Biarkan dunia berjalan sebagaimana mestinya, dapatkan makanan yang cukup untuk bekalmu sendiri"

 Selanjutnya kursus Jati Kasedan yang artinya "buanglah egomu, gantikan dengan Allah". Kebijakan hidup harus dilandasi oleh kekuatan batin yaitu keinginan untuk menyatu dengan Tuhan. Dalam hidup Anda perlu memperhatikan apa yang akan dihargai dengan baik akan dibalas baik dan sebaliknya. Hinduisme menyebut ini karma.

Masih ada pelajaran Mewayu Hayuning Bawana yang mengajarkan bagaimana memperindah dunia, bagaimana memberi makna pada kehidupan, Bergegasnya keinginan agar dunia terkendali dan terarah

SEMAR DALAM PERSPEKTIF POLITIK

Semar atau Ki Luhur Semar dan anak-anaknya dilihat dari segi politik merupakan simbol dari suatu lembaga yang mewakili aspirasi rakyat untuk menanggung penderitaan rakyat atau sejenis lembaga legislatif. Oleh karena itu, misi kelompok badut ini adalah menjadi juru bicara masyarakat, terutama dengan memberikan kritik, saran, dan saran. Ia berkewajiban bertindak sebagai pengendali, pengawas, dan petunjuk penyelenggaraan pemerintahan yang dipimpin oleh para pejuang yang berada di bawah asuhannya, khususnya Pandawa Lima sebagai pejabat eksekutif atau organisasi pemerintahan pada tokoh sentral cerita (lakon Mahabharata).

 Padahal dengan gambaran tersebut, menurut tradisi Jawa, sistem politik demokrasi sudah dikenal sejak zaman dahulu dalam ilmu politik, Semar juga dapat dijadikan sebagai pengejawantahan dari ungkapan kekuasaan orang Jawa, khususnya manunggaling kawula-Gusti (persatuan antara abdi dan raja). Semar di kalangan punakawan adalah gurunya, sesepuh, dan pemimpinnya. Sedangkan pemimpin sejati menurut filosofi Semar adalah sebuah paradoks. Pemimpin adalah tuan sekaligus pelayan, kaya namun tidak terikat harta, teguh dalam keadilan dalam memutuskan mana yang benar dan mana yang salah, namun tetap saling menyayangi. Filosofi kepemimpinan yang paradoks ini sebenarnya berasal dari kitab Hastabrata atau delapan ajaran Dewa.

VISI MISI MENJADI PEMIMPIN BAIK YANG DAPAT DIAMBIL DARI TEORI SEMAR

1. Pemimpin yang harus (temuwo) berpikir dan mempunyai visi yang luas dan mendalam, pemimpin yang tidak boleh anti kritik, pemimpin yang mudah tergerak oleh penderitaan rakyat, pemimpin harus selalu siap melayani dalam kondisi apapun, pemimpin harus mencapai dhuwur untuk berdehem (menghargai hasil pemimpin sebelumnya dan menutupi segala keburukan yang ada)

2. Sang pemimpin harus lebih memperhatikan golongan rakyat jelata daripada golongan rakyat atas atau kaum Borjuis (orang kaya).

3. Seorang pemimpin harus melihat dari sudut pandang mereka bukan dari sudut pandang kekuasaan. Seperti istilah "Mulut Cablek" juga dapat dipahami bahwa pemimpin harus pandan dan cakap dalam berbicara, pandai menyampaikan ide dan gagasannya

4. Sosok pemimpin yang baik tidak melihat suatu pendapat datang dari mana dan siapa, melainkan mempertimbangkan dan menjalankan pendapat mana yang baik demi kemajuan dan kesejahteraan rakyat.

AJARAN SEMAR

Semar merupakan lambang kegelapan total, misteri dan ketidaktahuan mutlak, yang dalam beberapa ajaran mistik sering disebut dengan ketidaktahuan kita terhadap Tuhan. Semar diyakini sebagai nenek moyang pertama dan digambarkan sebagai reinkarnasi masyarakat Jawa pertama. Karena mendapat misi khusus dari Gusti Kang Murbeng Dumadi (Tuhan Yang Maha Esa), Kiai Semar mempunyai kemampuan untuk terus hadir dalam keadaan apa pun, bersama siapa pun, dan kapan pun sesuai kehendaknya.

Semar tidak mempunyai keinginan untuk berkuasa dan menghargai dirinya atas pengabdiannya.

Fungsi dan peranannya ia membimbing, menolong, merawat dan menyetujui jalan kebaikan, kebenaran dan keadilan. Saran dan nasehat  diberikan  tanpa komitmen atau kewajiban. Bahkan ia senang mengolah, mendidik dan mengembangkan, mematangkan, melindungi dan menyempurnakan segala sesuatu yang sesuai dengan karakter raja atau ksatria yang ia asuh. 

Beberapa ajaran hidup Semar lainnya antara lain tentang konsep ketuhanan yang dikenal dengan Gusti Kang Mubeng Dumadi, tatanan paugeraning urip, dan tuntutan sikap terhadap paugeraning urip.

a. Gusti Kang Murbeng Dumadi 

Masyarakat Jawa telah mengenal kekuatan besar bernama Gusti Kang Murbeng Dumadi jauh sebelum agama ini masuk ke tanah Jawa. Tradisi yang kini dikenal dengan sebutan kajawen merupakan tatanan paugeraning urip atau tatanan yang dilandasi budi pekerti.

Tentang Murbeng Dumadi, Semar mengatakan bahwa penguasa Murbeng, dimanapun berada tetap satu, karena timbul kepercayaan dan agama dari tradisi, zaman, generasi dan budaya yang berbeda-beda. Kang Murbeng Dumadi bisa ada dalam bentuk apa pun, namun yang mewujudkan Dia adalah Gusyi Kang Murbeng Dumadi.

Sebenarnya Tuhan Yang Maha Esa itu satu dan tidak ada yang lain, yang membedakan hanyalah cara beribadah dan beribadah kepada-Nya, hal ini terjadi karena munculnya agama dan budaya dari zaman atau waktu, zaman atau negara yang berbeda). Tiga hal yang mendasari orang Jawa mengenai masyarakat yang berkaitan dengan konsep ketuhanan yaitu: 

1) Kita bisa hidup karena ada yang menghidupkan kita, menghidupkan dan menjiwai kita yaitu Gusti Kang Murbeng Dumadi atau Tuhan Yang Maha Esa.

 2) Dalam hidup ini kita harus meyakini "rasa" yang disebut tepo seliro, artinya jika kita merasa sakit saat dicubit, jangan mencubit orang lain.

 3) Dalam hidup ini jangan suka memaksakan kehendak pada orang lain. Ojo senang mekso, seolah-olah kita mempunyai pakaian yang benar-benar cocok untuk kita, belum tentu pakaian tersebut benar-benar cocok untuk orang lain.

b. Tatanan Paugeraning Urip 

Menurut Sang Semar, Tatanan Paugeraning Urip yaitu hidup harus setia dan berbakti pada setiap hal baik dan untuk kebaikan

c. Tuntunan Sikap Marang Paunggeraning Urip

Semar dalam ceramah ini menyampaikan nasehat ojo dumeh, eling lan waspodo. Seperti yang sudah dijelaskan makna tersebut sebelumnya, Ojo dumeh, eling lan waspodo merupakan satu kesatuan yang dipahami secara utuh agar manusia berserah diri dan bertawakal kepada kekuasaan Tuhan serta bersikap bijak, sederhana dan waspada atau hati-hati. Orang akan bisa merasakan, bukan merasa bisa, yang juga berarti sama dengan mentang-mentang. Dengan ojo dumadi, eling lan waspada, dalam bahasa Jawa kita ucapkan

"Ana luwih sak ona 

Kang kebak, luwih dening kebak

Kang suwung, luwih dening suwung

Kang pinter lewih pinter dan 

Kang sugih luwih dening sugih"

 Semar bukan jin atau hantu. Semar merupakan simbol puncak spiritual seseorang dalam mewujudkan keesaan Tuhan yang terwujud di muka bumi.

DAFTAR PUSTAKA

Siswanto, 2019). Filosofi Kepemimpinan Semar. Panggung, 29(3).

(Sucipta, M. 2016). Kitab lengkap tokoh-tokoh wayang dan silsilahnya. Narasi.

(Hidayanto, 2005). Kepemimpinan dan korupsi (simbiosis mutualisme). Al-Mawarid Journal of Islamic Law, 13, 42595.

(Hutahaean, 2021). Filsafat dan Teori Kepemimpinan. Ahlimedia Book.

(Handoyo, E. 2013). Pendidikan Antikorupsi (Edisi Revisi). Semarang: Penerbit Ombak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun