Mohon tunggu...
Andi Kurniawan
Andi Kurniawan Mohon Tunggu... Pejalan sunyi -

penjelajah hari, penjelajah hati

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Takmiirr, Mereka Masih Juga Menyalakan HP Tuhh

27 Februari 2015   20:31 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:24 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sering tidak habis pikir, bagaimana bisa setiap kali sholat Jumat pasti ada saja yang masih membunyikan HP nya, padahal setiap awal ibadah, selalu ada takmir yang mengingatkan jamaah untuk mematikan HP dan alat komunikasi sejenisnya, atau paling tidak di-silent-kan agar tidak mengganggu kekhusukan ibadah. Namun entah tidak mendengarkan, ngantuk, lupa atau memang bebal, selalu saja ada suara-suara dari HP entar suara sms, bbm, maupun lebih parah lagi, panggilan telepon. Bukan hanya ketika khotib menyampaikan khotbahnya, seringkali suara-suara tersebut muncul pada saat sholat tengah berlangsung. Tentu saja hal ini mengganggu pelaksanaan ibadah dan membuat ibadah menjadi tidak khusuk, karena munculnya suara lain disamping suara Imam sungguh terasa kehadirannya dan mengganggu konsentrasi.

Saya menengarai beberapa indikasi mengapa fenomena ini terjadi:

Pertama, niat ibadah yang tidak bulat. Banyak dari mereka yang hadir dalam pelaksanaan ibadah mungkin tidak sepenuhnya menyiapkan diri untuk beribadah. Banyak mungkin yang sehari-hari tidak menjalankan ibadah sholat 5 waktu, akhirnya harus ikut ke masjid untuk Sholat Jumat karena malu pada rekan maupun atasan. Karena niat yang setengah-setengah tersebut, seringkali perilaku yang ditunjukkan juga setengah-setengah, misalnya dengan duduk paling belakang agar mudah dan cepat bila pulang nanti, maupun tidak secara khusuk mendengarkan khotib, misalnya dengan bermain gadget.

Kedua, sikap tidak acuh pada lingkungan. Seringkali ada jamaah yang tidak menempatkan diri dengan tepat di tengah suasana ibadah. Adanya peringatan maupun pesan-pesan yang disampaikan sejak awal oleh takmir supaya tidak mengaktifkan gadget juga tidak direspon dengan baik. Sikap mudah lupa juga termasuk dalam kategori ini.

Ketiga, kecanduan gadget. Orang-orang yang mengalami ini mungkin tidak dapat berpisah jauh dengan gadget kesayangannya. Walaupun misalnya pada saat khotbah dan pelaksanaan sholat dia dapat mematikan gadget, namun begitu salam, langsung terdengar nada gadget yang dihidupkan. Fenomena ini tidak kalah menjengkelkan dibandingkan munculnya nada panggil di tengah sholat. Seolah ada hal yang begitu penting, sehingga meninggalkan waktu tidak sampai 5 menitpun dia harus segera mengecek gadgetnya, dengan meninggalkan ritual yang seharusnya dilakukan, seperti dzikir dan berdoa.

Keempat, kesengajaan atau sikap pamer. Dengan bersu'udzon dapat diduga seseorang sengaja menghidupkan gadgetnya agar orang lain tahu dia dianggap penting. Seringkali mengherankan, ketika gadget berbunyi, si pemilik tidak segera mematikan, sehingga gangguan yang ditimbulkan semakin parah. Kalau dia takut ibadahnya terganggu karena gerakan di luar sholat, maka gangguan yang diberikan karena tidak mengangkat gadget tersebut mungkin lebih berlipat. Yang mengherankan juga si penelepon, apakah mereka tidak sadar jam-jam ibadah sholat Jumat, bukankah dapat dikonfirmasi terlebih dahulu melalui sms atau bbm? Ya, ada pengecualian memang kalau si penelepon berbeda agama atau berada pada wilayah waktu yang berbeda.

Selayaknya memang, semua pihak berintrospeksi, termasuk penulis (walaupun saya selalu meninggalkan gadget di meja kerja, karena masjid dekat dengan kantor, kecuali kalau ada acara di luar kantor), sehingga semua pihak dapat menciptakan suasana ibadah Jumat yang kondusif. Toh tidak sampai satu jam, seminggu. Alangkah singkatnya itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun