Mohon tunggu...
Andi Kurniawan
Andi Kurniawan Mohon Tunggu... Pejalan sunyi -

penjelajah hari, penjelajah hati

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengapa Isi Sumpah Pemuda Tidak Linier?

28 Oktober 2015   09:50 Diperbarui: 28 Oktober 2015   10:24 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin banyak yang bertanya-tanya apa maksud judul di atas, memang itulah yang saya mau hehe. Sebelum menjelaskan judul tulisan itu, saya ingin mengetes pembaca mengenai isi sumpah pemuda yang sudah berumur 87 tahun ini, saya yakin pasti ada yang menyatakan seperti ini: Kami Putra dan Putri Indonesia, Mengaku Bertanah Air Satu, Tanah Air Indonesia, ... Berbangsa Satu, Bangsa Indonesia, ... Berbahasa Satu, Bahasa Indonesia. Adakah yang tahu kesalahan pada teks tersebut? Kalau belum sadar, baiklah saya kutipkan teks asli, masih dengan ejaan asli, sebagaimana saya dapatkan dari wikipedia berikut:

Pertama:
Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia.
Kedoea:
Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.
Ketiga:
Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.

Sekarang paham kan dimana kesalahan dari berbagai versi sumpah pemuda yang seringkali berseliweran kita dengar. Jelas bahwa memang isi Sumpah Pemuda itu tidak linier seperti yang dipikirkan banyak orang, namun memang agak lateral untuk meminjam istilah De Bono, ahli pemikiran kreatif jaman dulu itu. Kita dapat cermati dalam isi sumpah yang pertama misalnya, alih-alih memilih kata yang gampang, bertanah air satu, tanah air Indonesia, isi sumpah itu memilih agak berbelit seperti tersebut di atas.

Kemudian isi sumpah  terakhir juga seringkali dipukul rata menjadi: BERBAHASA SATU, padahal hal itu sebenarnya apabila dilaksanakan akan menjadi sangat naif dan berbahaya, karena tidak sesuai fakta dan tidak realistis untuk diterapkan. Dengan beribu-ribu suku dan bahasa, tidak mungkin bahasa itu dihilangkan untuk kemudian menggunakan bahasa yang satu. Maka istilah yang digunakan adalah: menjunjung bahasa persatuan. Pemilihan kata ini sangat tepat, karena mengakui karakteristik khas masing-masing daerah sekaligus mendorong terjadinya persatuan sebagai satu bangsa. 

Timbul pertanyaan, mengapa isi Sumpah Pemuda itu, walaupun singkat dan padat, dibuat dengan indah namun sepertinya tidak dengan mudah mampu untuk dihapalkan? Apakah ini kesengajaan agar tidak menelan mentah-mentah isinya, namun juga dipahami apa makna sebenarnya dari isi sumpah itu? Sepertinya itu yang diharapkan, walaupun terbukti saat ini banyak yang menganggap mudah isi sumpah itu dengan menyamaratakan seluruhnya dengan kata yang senada. 

Menyimak isi Sumpah Pemuda itu, maka patutlah kita menaruh hormat pada bapak bangsa yang menjadi konseptor isi Sumpah Pemuda itu. Beliau adalah Mr. Mohammad Yamin, seorang yang banyak pihak menjulukinya sebagai anak nakal dan susah diatur. Namun dibalik segala keurakannya, Beliau menyimpan kecerdasan seperti permata yang dituliskan dalam isi Sumpah Pemuda itu. Baiklah, selamat Hari Sumpah Pemuda kawan-kawan!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun