Mohon tunggu...
Andi Kurniawan
Andi Kurniawan Mohon Tunggu... Pejalan sunyi -

penjelajah hari, penjelajah hati

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Dodit Mulyanto dan Kontradiksi Fans

29 Mei 2015   16:08 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:28 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_421382" align="aligncenter" width="600" caption="Dodit/Tribunnews.com"][/caption]

Dodit Mulyanto memang fenomenal. Mungkin tidak ada yang tidak mengenal sosok yang satu ini sehingga tidak perlu dijelaskan secara khusus siapa dia. Namanya melejit dalam Stand Up Comedy Indonesia (SUCI) periode ke 4 yang diadakan Kompas TV. Gayanya yang kendeso-ndesoan dan polos justru menjadi kekuatannya untuk menarik pemirsa. Memang temponya sedikit lambat, namun secara LPM cukup memadai, apalagi materinya memang bagus, itu kata Raditya Dika dalam sebuah episode. Saya sendiri tidak terlalu paham apa itu LPM, tapi kalau diotak-atik gathuk sepertinya laugh per minute, atau semacam itulah. Sayang dia kemudian tersingkir dalam babak 4 besar kalau tidak salah, dengan meninggalkan banyak gerutu para fans dan juga caci maki kepada para juri, sesuatu yang tentu tidak mampu mengubah keputusan yang sudah diambil.

Lepas dari SUCI, namanya tetap berkibar dan laris diundang dalam berbagai acara. Mungkin karena saking banyaknya acara, ditambah gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok, minum kopi dan bergadang seperti pengakuannya, menyebabkan dirinya jatuh sakit karena serangan jantung. Setelah sembuh, dia kembali tampil, meskipun di atas panggung harus duduk dan minum air putih selang beberapa waktu untuk menjaga kondisinya. Soal sakit itu malahan menjadi salah satu materi lawakan yang mampu memancing tawa.

Dari berbagai penampilan tersebut, saya secara iseng menemukan beberapa kontradiksi terkait dirinya. Yang pertama adalah soal histeria fans. Dalam setiap penampilan, selalu saja ada histeria dari para fans yang memanggilnya, juga menjlerit-jlerit (ini bahasa Jawa yang terasa lebih nges untuk digunakan, apalagi dia juga orang Jawa) meneriakkan namanya. Ini mungkin kontradiktif, karena sebagaimana pengakuannya, dia bukanlah sosok yang ganteng, bahkan jelek (dalam salah satu materi lawaknya dia menanyakan kepada bapaknya kenapa kok harus belajar biola, yang kemudian dijawab: soale kowe elek, nek raiso main biola ngendi ono cewek sik gelem atau karena dia jelek, kalau tidak dapat main biola mana ada cewek yang mau). Entah itu pengakuan jujur atau sekedar materi lawakan, namun hal itu dikemukakan dengan cukup konsisten, sehingga dapatlah diambil kesimpulan hal itu merupakan hal yang diyakininya benar.

Lalu mengapa dia mampu membuat fansnya yang dari suaranya sebagian besar perempuan itu berhisteria? Soal keterkenalan mungkin satu hal. Tapi bukankah banyak juga stand up comedian yang muncul, tapi tidak menimbulkan histeria serupa? Jadi alasan ini dapat sedikit disingkirkan. Soal kedua mungkin soal karakter. Wanita mungkin lebih suka orang yang berkarakter, bukan orang-orang yang selalu berusaha untuk tampil manis. Bahkan ada selentingan dan bisik-bisik bahwa perempuan lebih geregetan dengan para bad boy, bukan sweet boy yang cenderung melambai. Oleh karena itu, orang-orang berkarakter dan urakan, yang seringkali berasosiasi dengan seni dan pertunjukan, banyak yang memiliki kekasih atau istri yang cantik. Rendra mungkin satu contoh terbaik mengenai hal ini. Banyak wanita cantik yang jatuh ke pelukannya, sehingga dia dijuluki sang burung merak, karena tingkahnya serupa burung merak yang menarik perhatian para betina. Kemudian juga beberapa musisi dan seniman, seperti misalnya Arthur Kaunang untuk menyebut musisi jaman dahulu dan Leo Waldy musisi dangdut itu. Saya mungkin tidak tahu persis siapa istri mereka, tetapi wujudnya mungkin dapat dilihat dari produk yang dihasilkan, yaitu Tessa Kaunang dan salah satu peserta X Factor yang saya lupa namanya. Di luar negeri, mungkin kita mengenal vokalis Aerosmith yang mampu memiliki anak yang menjadi model, Liv Tyler.

Dodit, dalam kasus ini adalah seorang yang cukup berkarakter. Dapat dilihat bagaimana dia memilih untuk tampil beda dengan gaya ndeso dan tempo yang lambat, yang ternyata mampu menarik penonton dan dewan juri. Dia juga dekat dengan kalangan seniman, seperti misalnya grup musik humor yang lahir dari kampus UNS Solo, Pecas Ndahe. Grup ini cukup intelek dan nyeniman, dengan berbagai lagu yang lucu dan kreatif. Dan Dodit sepertinya tumbuh dan bergesekan cukup intens dengan grup ini, yang kemudian ikut membentuk karakter dirinya. Dapat dilihat bagaimana dia sering bersikap slengekan, semaunya dan bicara jujur seolah membuka aib dirinya sendiri. Hal demikian tidak mungkin dilakukan oleh orang-orang yang bernyali kecil dan hanya berani menampilkan kebaikan dirinya semata. Mungkin hipotesis agak ngawur-ngawuran ini dapat menjelaskan mengapa Dodit mampu menarik histeria kaum hawa dengan karakternya.

Kontradiksi kedua muncul dari profil para fans itu sendiri. Dalam sebuah tampilan Youtube dapat dilihat bagaimana para fans perempuan itu berebut naik panggung, dan kemudian menghadiahi Dodit dengan pelukan dan cipika-cipiki. Dalam sebuah pentas di Yogya, bahkan ada 4 perempuan yang rela mengantri untuk memeluk dan menciumnya. Di Sragen, seorang perempuan juga berlari ke atas panggung, memberikannya bunga mawar dan memberikannya pelukan berulang-ulang. Sungguh sebuah adegan yang mencengangkan. Apalagi kalau kita menyimak tampilan perempuan-perempuan itu seperti gambar berikut:

[caption id="attachment_386220" align="aligncenter" width="570" caption="Memeluk dengan antusias"]

1432889759973844759
1432889759973844759
[/caption]

[caption id="attachment_386222" align="aligncenter" width="562" caption="Terlewati satu perempuan lain"]

14328898181695005997
14328898181695005997
[/caption]

[caption id="attachment_386224" align="alignnone" width="578" caption="Jumawa dengan prestasinya :)"]

14328899071434523614
14328899071434523614
[/caption]

Dapat disimak dalam pentas di Yogya tersebut, dua orang berkerudung dengan antusis naik, memberikan pelukan dan mencium pipi kiri kanan, sementara temananya yang berbaju coklat tampak ternganga dan malu-malu. Inilah yang saya sebut sebagai kontradiksi kedua itu, yang saya tidak ingin menguraikannya dengan lebih detail, para pembaca saya harap mampu menangkap apa yang saya maksudkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun