[caption id="attachment_417816" align="aligncenter" width="546" caption="Ilustrasi/Kompas.com"][/caption]
Entah mengapa malam ini ingin menulis tentang Kla Project. Sebenarnya keinginan ini sudah ada sejak beberapa waktu lalu saat sebuah stasiun TV menayangkan sejarah perjalanan bermusik Kla Project, semenjak masih sebuah grup band setengah profesional dan menelurkan lagu dalam album kompilasi, hingga kemudian mengalamai masa kejayaan, perpecahan, dan kemudian kembali lagi menyatu, walaupun mungkin sinarnya tak lagi seterang dahulu. Ya, grup musik itu, Kla Project, adalah salah satu grup band yang mengiringi perjalanan masa remaja hingga dewasa, sehingga lagu-lagunya selalu terasa mengharu biru. Duh kok jadi sentimentil gini ya hehehe.
Lagu pertama yang dikenal publik dari grup ini adalah Tentang Kita, yang melambung sekitar tahun 1988, dalam sebuah album kompilasi. Lagu itu agak berbeda dengan lagu-lagu pop lain yang waktu itu secara garis besar dibagi menjadi dua oleh para pengamat musik, yaitu lagu pop biasa (untuk tidak menyebutnya cengeng) dan pop kreatif. Lagu pop biasa banyak diciptakan oleh para pencipta lagu seperti Pance Pondaag, Obbie Messakh dan Rinto Harahap. Selain itu juga ada lagi lagu-lagu yang bertema ringan dan jenaka, seperti yang dibawakan oleh Bill & Brod yang sangat meledak pada pertengahan era 80an, juga Gombloh dan berbagai lagu ringan lainnya. Pop kreatif sering diasosiasikan dengan lagu-lagu yang diaransir secara lebih njelimet, kadang dengan memasukkan unsur teknologi. Beberapa nama yang mengusung jenis musik ini adalah Chrisye, Dian Pramana Putra (dan Deddy Dhukun), Faris RM, juga Guruh Soekarno Putra. Selain itu, pada masa itu berkembang juga beberapa grup yang berbau jazz, seperti Bhaskara, Krakatau dan Karimata.
Kla Project mampu mengisi ceruk sempit di kategori pop kreatif tersebut. Kla Project hadir dengan nuansa mausik yang lebih segar dengan sentuhan techno pop yang dinamis. Kehadirannya mungkin sangat tepat di tengah jenuhnya penikmat musik dengan berbagai pop kreatif yang terasa mandeg, apalagi beberapa lagu ditengarai merupakan jiplakan dari lagu Barat, misalnya lagu Chrisye Hip Hip Hura (ciptaan Adjie Sutama) yang dikatakan mirip Footloose (Kenny Loggins), kemudian menurut saya juga Masih Ada (2D) yang mirip aransemen Lea (Toto), juga banyak yang lain. Kla Project hadir dengan kesegarannya, dengan lirik yang elegan dan musik yang dinamis menyebabkan grup musik ini melesat menjadi idola baru. Saya waktu itu yang baru masuk SMA membatin, grup ini keren banget dan terkesan intelek. Apalagi saat itu, grup-grup yang berasal dari kalangan kampus jarang mengeluarkan album dan kebanyakan beraliran jazz, seperti Karimata dengan Chandra Darusman dan kawan-kawan dari UI.
Kla Project kemudian hadir dengan album sendiri dengan beberapa lagu yang kemudian menancap di telinga para pecinta musik, seperti Anak Dara, Waktu Tersisa (Album Kla, 1989), kemudian Semoga, Yogyakarta, Bantu Aku, Lara Melanda (Album Kedua, 1990). Setelah itu, Kla masih mengeluarkan beberapa album, kompilasi dan project dengan nama Nukla. Pada rentang masa itu, sempat terjadi pergantian personil, dengan keluarnya Ari (menjadi manager pada tahun 1992) dan Lilo tahun 2001 dan masuk lagi pada formasi reuni 2009. Sempat pula personil lain masuk, seperti Erwin Prast (eks Dewa 19) yang tidak bertahan lama yaitu antara 2003 hingga 2006 (lihat sumber ini) .
Dari sekian banyak album dan lagu yang dihasilkan, menurut saya lagu-lagu terbaik ada pada dua album pertama, termasuk single Tentang Kita. Lagu-lagu tersebut terasa segar, jujur dan dalam, seolah mencerminkan kegelisahan berekspresi dari masing-masing personilnya. Album-album berikutnya, walaupun cukup enak dinikmati, menurut saya sudah terpolusi dengan aroma industri rekaman musik yang tentunya harus berkompromi dengan produser dan selera pasar. Akibatnya, lagu-lagu tersebut terasa memiliki kedalaman dan daya cengkram emosi yang berbeda dengan lagu-lagu sebelumnya.
Mungkin ini bukan khas Kla Project, karena hampir semua grup band mengalaminya. Masih beruntung apabila mereka mampu mempertahankan keutuhan band dan tetap mengeluarkan album, beberapa band bahkan hanya melesat sesaat lalu menghilang. Beberapa grup band yang cukup memiliki napas panjang walaupun mungkin tidak selalu mampu mempertahankan energi kreatifnya diantaranya Gigi, Slank, Dewa 19 dan Sheila on 7. Padi juga merupakan salah satu band yang muncul dengan energi kreatif yang besar, namun sayang dengan cepat menghilang. Pada Kla, energi kreatif itu sangat terasa pada lagu-lagu semacam Yogyakarta, yang aransemennya mengingatkan pada tapak kaki kuda itu, kemudian juga musik minimalis yang syairnya senantiasa mengharu biru benak: Semoga, juga beberapa lagu bagus lainnya pada kedua album tersebut.
Kini, Kla mungkin sedang menikmati masa surutnya, sesuatu yang mungkin memang sudah semestinya terjadi. Masa kejayaan Kla mungkin memang tidak akan terulang, karena jaman sudah berganti, generasi dan selera penikmat musik juga sudah berbeda dengan beberapa tahun yang lalu. Namun demikian, mereka tak perlu kecil hati, karena ada banyak fans mereka yang tetap mengingat berbagai lagu indah yang telah dihasilkan. Dan sebagaimana syair lagu Semoga, akan selalu ada orang-orang yang merenungkan Kla, sebagai bagian dari merenungkan masa mudanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H