Mohon tunggu...
Crownz Hitam
Crownz Hitam Mohon Tunggu... -

Nama saya Damar Wibowo. Saya adalah seorang manusia Indonesia yang sedang merantau di negaranya pak Obama dan masih suka mengikuti perkembangan tanah air. Saat ini kebetulan sedang bekerja di sebuah perusahaan yang berkecimpung dalam bidang Brand Licensing Agency and Consultancy

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

MP3 Player? Earphone? Headphone?

8 September 2010   23:20 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:21 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Siapa di antara anda yang sudah sedemikian kecanduan mendengarkan musik melalui pemutar mp3 ketika sedang berada di tempat-tempat umum? Jujur, saya termasuk salah satu di antara ratusan juta orang di dunia ini yang mungkin mengalami hal yang sama. Ini bukan perkara gagah-gagahan atau sok pamer punya mp3 player atau headphone beharga mahal. Bukan, sama sekali bukan! Ini adalah karena ketika kita sedang berada di ruang publik, terkadang kita membutuhkan ruang pribadi untuk diri kita sendiri. Maka mendengarkan mp3 pun menjadi salah satu solusi yang mujarab.

Maka ketika pagi ini saya kelupaan bawa earphone, sempat dongkol juga rasanya. Apesnya, saya baru sadar ketika sudah berada di dalam stasiun subway. Apalagi pagi ini saya buru-buru berangkat dari rumah gara-gara kesiangan bangun. Jadi mau balik ke rumah pun jelas sudah nggak mungkin. Bisa-bisa semakin telat sampai kantor.

Akibatnya di kereta saya terpaksa mau nggak mau mendengarkan suara-suara yang menurut saya ngga enak untuk didengar. Biasanya, sambil dengerin mp3, ga bakal kedengeran suara roda kereta yang beradu dengan rel atau suara beberapa penumpang yang berangkat bareng dan saling ngobrol atau bahkan orang homeless yang (maaf) agak kurang waras dan ngomel-ngomel sendiri. Yang seperti ini biasanya bakal di-blokir oleh suara merdu Nancy Ajram atau Edith Piaf yang mengalir dengan lembut melalui earphone. Yah, mungkin nggak tepat juga dibilang lembut soalnya kalau di kereta saya nyetel volumenya cukup keras juga.

Begitu sampai kantor, berhubung ngga bawa earphone, ya saya juga cuma bisa pasrah saja. Dengan terpaksa mendegarkan obrolan dan cekikikan cewek-cewek sales dari seberang cubicle saya itu, walau saya sebenernya nggak niat nguping loh. Cuma karena mereka saking cempreng dan kerasnya, yah mau bagaimana lagi.

Tapi pernah juga lho gara-gara earphone ini saya hampir mendapat celaka. Ceritanya karena saya keasyikan kerja sambil mendengarkan mp3 online di komputer (atau ndengerin mp3 sambil kerja yah? Hehe), saya jadi nggak denger suara telepon berdering. Mungkin karena volume mp3 yang terlalu keras. Apesnya yang telepon ini CFO perusahaan, yang berarti bos-nya bos-nya bos saya alias bos pangkat 3. Mungkin karena lagi buru-buru dia langsung dateng ke tempat saya dan sambil senyum nunjuk ke arah earphone saya. Untung aja mood-nya lagi baik hari itu, kalo ngga, wah nggak tau deh gimana hehehe....

Memang ternyata di jaman abad 21 ini kita bener-bener butuh benda yang bernama headphone atau earphone ini untuk membebaskan telinga kita dari suara-suara yang menurut kita nggak enak didengar. Sebagai manusia, kita hanya mau mendengarkan suara-suara yang menurut kita indah dan merdu untuk didengar. Tapi, sebagaimana pengalaman saya di atas, suara-suara yang merdu dan indah itupun bisa menutup kita dari kenyataan yang ada dan bahkan bisa saja berakibat fatal.

Nah, dari sini saya jadi kepikiran. Apakah para pejabat dan orang-orang penting di Republik Indonesia dalam bekerja sehari-harinya juga lebih memilih menggunakan headphone? Tentunya headphone yang saya maksud bukanlah headphone dalam arti yang sesungguhnya. Maksud saya di sini apakah bapak-bapak dan ibu-ibu yang terhormat hanya memilih untuk mendengarkan suara-suara yang indah didengar saja dan memilih untuk menutup telinga dari apapun yang tidak enak didengar? Kritikan-kritikan dan fakta-fakta buruk yang ada di lapangan, apakah semuanya dipinggirkan begitu saja dan tidak didengarkan? Akankah dibiarkan saja suara rakyat? Harapan saya sih tidak. Karena berbeda dengan saya yang hanya rakyat kebanyakan, mereka adalah orang-orang penting, pilihan di bidangnya, dan merupakan pilihan rakyat. Maka, saya percaya para pemimpin, pejabat, dan orang-orang penting negara ini juga mendengarkan, menyimak, dan memperhatikan “suara-suara yang tidak enak didengar” itu.  Betul khan? Atau saya salah lagi dalam hal ini?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun