Mohon tunggu...
Cristina Yolanda Siagian
Cristina Yolanda Siagian Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN "Veteran" Yogyakarta

an on-going International Relations student at UPN "Veteran" Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tren Nongkrong di SCBD dan Kesenjangan Sosial yang Mengikutinya

10 Agustus 2022   00:08 Diperbarui: 10 Agustus 2022   00:19 587
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Beberapa bulan ini, masyarakat diramaikan oleh fenomena remaja nongkrong di kawasan Sudirman Central Business District (SCBD), Jakarta Selatan. Remaja yang kebanyakan adalah pelajar SMP dan SMA menjadi viral karena interview tanya jawab yang dilakukan oleh beberapa akun TikTok. 

Seperti akun @KutipanX yang banyak memposting video berisi konten serupa, yaitu interview remaja-remaja di kawasan SCBD. Remaja-remaja ini banyak dijumpai di daerah dekat dengan Stasiun MRT BNI Dukuh Atas. Dan umumnya mudah dikenali dari outfit trendi yang mereka gunakan.

Hal yang mengejutkan adalah para remaja ini kebanyakan bukan berasal dari Jakarta, tetapi warga yang tinggal di pinggir ibukota salah satunya adalah Citayam, Kabupaten Bogor. Mereka berbondong-bondong datang ke daerah SCBD menggunakan KRL Commuter Line untuk nongkrong santai bersama kelompok grupnya.

Bukan sekadar isi wawancara, tetapi cara para remaja ini berpakaian sangat menarik perhatian. Beberapa orang bahkan sampai menyebutnya seperti Harajuku Street Fashion karena nyentrik. Bahkan sempat diadakan acara Citayam Fashion Week untuk meramaikan fenomena ini. Para remaja ini berbondong-bondong memamerkan outfit terbaik mereka.

SCBD selain karena merupakan pusat bisnis di ibukota, tempat ini disukai karena fasilitas yang ada sudah seperti di luar negeri. Jalan raya di sekitar kawasan SCBD memang rapih, bahkan terdapat Pelican Crossing sebagai alat untuk pejalan kaki menyebrang. Kawasan ini dijadikan tempat untuk berfoto ria sekadar untuk diunggah di sosial media.

Restoran dan kafe sekitar SCBD bukan merupakan tujuan utama para remaja ini pergi menongkrong. Karena tentu saja harganya akan sangat menguras dompet. Para remaja ini lebih suka membeli “Starling” atau Starbucks Keliling yang merupakan penjual asongan berjualan minuman dingin dengan harga murah.

Namun, tren nongkrong remaja ini justru memperlihatkan jelasnya kesenjangan sosial yang terjadi antara masyarakat. Dimulai dari kesenjangan sosial yang besar antara kelompok golongan menengah kebawah dengan golongan menengah keatas. 

Anggapan mengenai golongan orang Sudirman adalah golongan atas yang memiliki kehidupan yang baik, lalu mendorong para remaja dari pinggiran Jakarta, yang sebagian besarnya berasal dari golongan bawah, yang ingin merasakan kehidupan yang sama, maka dari itu banyak dari mereka memakai outfit nyentrik hanya untuk pergi nongkrong. 

Lalu masalah ruang publik, pemerintah daerah setempat dinilai belum berhasil menciptakan ruang terbuka umum yang cukup baik dengan segala fasilitasnya untuk warga setempat.

Meski demikian, tren nongkrong di SCBD ini tetap memiliki sisi positif yaitu sebagai ajang kreativitas antar remaja.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun