[caption id="" align="aligncenter" width="360" caption="Koleksi Pribadi"][/caption]
Mengikuti Pilpres 2014, ditemui banyak hal yang ironi. Pura-pura merakyat, pura-pura sederhana, rupanya menggunakan dana pemerintah besar-besaran. Pura-pura memelas, namun tidak memiliki belas kasih.
Seperti baru-baru ini di Bali. Jokowi sebagai calon presiden, yang mengakunya tidak suka black campaign, namun dengan gayanya yang khas justru menghina lawan politiknya. Seperti di Youtube. Ini bukanlah yang pertama, dan bisa jadi bukan yang terakhir. Penghinaan yang dilakukannya berulang dan beragam cara, seakan menjadi alat politik khasnya. Tak perlu dengan retorika yang sulit, kalau itu suatu maksud penghinaan. Tak perlu dengan ilmu gestur yang dalam, untuk menilai gestur Jokowi sebagai bentuk penghinaan pada Prabowo.
Dalam Youtube tersebut, Jokowi mengarahkan audiensnya untuk menghina Prabowo. Tentu menjadi pertanyaan besar bagi kita. Inikah calon presiden yang baik, yang hobinya blusukan berbiaya mahal (5 miliaran) dan kebiasaannya menghina orang?
Menjadi pertanyaan serius. Apakah menghina sebagai tanda akhlak yang baik. Apakah menghina perbuatan yang baik, sehingga harus selalu dilakukan oleh Jokowi. Bila menghina oleh Jokowi dinilai sebagai perbuatan yang baik, tentu menjadi pertanyaan besar, seperti apa nurani Jokowi? Seperti apa Jiwa Jokowi yang sebenarnya?
Tidak bisakah Jokowi melihat lawan politiknya secara proporsional, seperti melihat kinerja lawan politiknya. Lebih baik lagi, jika Jokowi hebat, sebaiknya Jokowi menyampaikan hasil kinerjanya selama ini di depan audiens, agar masyarakat mengetahui seperti apa Jokowi yang sebenarnya, bukannya justru tiap kali bertemu audiens yang disampaikan justru hinaan dan cacian  yang tidak bermutu terhadap lawan politiknya, yang menunjukkan karakter atau moralitas nyata Jokowi.
Yah, saya menilai, itulah karakter sesungguhnya Jokowi. Hobinya menghina, mencaci. Karena Jokowi tidak memiliki visi dan misi yang nyata. Pun mengklaim visi dan misi "Revolusi Mental" sebagai buah karyanya, namun Jokowi patut dipertanyakan mentalnya sendiri. Selain suka menghina, tidak patuh hukum dengan selalu menolak datang ke Banwaslu, juga tulisan "Revolusi Mental" di Kompas yang digalakkan oleh Jokowi, toh kenyataannya itu karya orang lain yang diplagiasi atau dicuri oleh Jokowi dengan semaunya sendiri tanpa permintaan maaf pada pemilik karya.
Bagaimanapun, menghina seseorang sama halnya menghina Tuhan. Karena, Tuhan lah yang mentakdirkan kejadian seseorang. Semestinya, sesama makhluknya, bahu-membahu saling mengisi kekuranngannya, saling membantu masing-masing dengan cara yang hormat.
Kembali menjadi pertanyaan saya. Jokowi yang hobi menghina, hobi mencaci, hobi mencuri karya orang lain, apakah pantas memimpin negeri ini? Kebiasaan menghina, dalam kajian psikologi menandakan orang yang tidak memiliki empati. Pembaca bernurani memiliki komentar yang unik dan beragam tentunya....
Ini Video Penghinaan gestur Jokowi pada Prabowo (Sumber: http://youtu.be/dtDIHXsP-3A)
BACAAN PENTING YANG LAIN: