Mohon tunggu...
Cristiana Pasaribu
Cristiana Pasaribu Mohon Tunggu... Guru - English Language Instructor

English Language Instructor

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Argumentasi Kritis tentang Gerakan Transformasi Ki Hajar Dewantara dalam Perkembangan Pendidikan Sebelum dan Sesudah Kemerdekaan

10 Februari 2023   10:46 Diperbarui: 10 Februari 2023   11:06 15720
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan di Indonesia telah mengalami perubahan dari segi tujuan pendidikan, pelajaran yang diberikan, dan filosofi pendidikan secara keseluruhan. Pada tahun 1954 pendidikan di Indonesia hanya diperuntukan bagi calon pegawai pemerintah. Kemudian terbentuk Sekolah Bumi Putera yang hanya terdiri dari 3 kelas dan hanya berfokus pada pengajaran membaca, menulis, dan berhitung. Sekolah ini hanya diperuntukkan bagi beberapa orang agar setelah lulus dapat menjadi pembantu usaha dagang pemerintah. Kemudian sekolah ini bertransformasi dan diperuntukan hanya bagi dokter jawa dalam kekuasaan pemerintah Hindia-Belanda. Kemudian pada tahun 1922 berdirilah Taman Siswa Yogyakarta yang telah berfokus pada kemerdekaan nasional, perintis pendidikan nasional dan perintis kebudayaan nasional.

Taman siswa hadir di Indonesia agar segala unsur peradaban dan kebudayaan dapat tumbuh sebaik-baiknya. Karena menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan adalah tempat persemaian segala benih-benih kebudayaan yang hidup dalam masyarakat kebangsaan. Ki hajar Dewantara mengatakan bahwa adanya hubungan yang baik dan erat antara pergerakan pendidikan dan kebudayaan Tamansiswa dengan pergerakan politik. Karena dalam mewujudkan tujuan yang baik itu politik dan pendidikan harus dapat beriringan.

Pendidikan dan kebudayaan adalah sesuatu yang tidak bisa dipisahkan. Ki Hajar Dewantara mengatakan bahwa Jangan sampai kita hanya meniru sistem pendidikan dan pengajaran yang sepi pengaruh kebudayaan, seperti yang kita alami di zaman Belanda, dengan pendidikannya yang intelektualis, materialise dan kolonial itu. Karena Ki Hajar Dewantara ingin pendidikan di Indonesia tidak boleh menutup diri kepada kebudayaan luar, namun harus mampu mengakui adanya kebudayaan lain, mempelajari budaya tersebut, dan menghargai budaya lain. Seperti yag sekarang tertuang dalam Kurikulum Merdeka dalam Profil Pelajar Pancasila dalam elemen Berkebinekaan Global. Berkebinekaan global meliputi mengenal dan menghargai budaya, kemampuan komunikasi interkultural dalam berinteraksi dengan sesama, serta refleksi dan tanggung jawab terhadap pengamalan kebhinekaan.

Filosofi Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara adalah belajar dengan tentram dan belajar untuk perkembangan hidup kejiwaannya. Namun, fakta bahwa anak-anak Indonesia sulit untuk belajar dengan tentram karena dikejar-kejar oleh ujian-ujian dan tuntutannya. Fokus utama dalam belajar hampir bergeser dari filosofi keilmuannya menjadi belajar untuk nilai-nilai yang tinggi di dalam rapor sekolah. Ki Hajar Dewantara ingin memberantas exam culture melalui keputusan-keputusan dalam Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada saat itu.

Oleh sebab itu, Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan budaya dan kultur bangsanya, dan ditujukan untuk keperluan kehidupan dan dapat mengangkat derajat rakyat dan negerinya. Sehingga setiap orang dapat mampu menjalankan kehidupannya dengan baik untuk sama-sama mewujudkan kemuliaan setiap manusia di dunia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun