Rusia-Ukraina sudah mulai dilakukan, Senin (28/2/2022) waktu setempat. Delegasi Moskow dan Kyiv bertemu di perbatasan Belarusia untuk melakukan perundingan mengakhiri konflik.
Upaya negosiasi untuk menghentikan konflikRasanya tidak begitu mudah mencapai kesepakatan untuk mengakhiri perang. Bayangkan saja, sudah ada peretemuan kedua petinggi Rusia dan Ukraina untuk mengakhiri perang tetapi perang masih terus berlangsung. Tidak ada tanda-tanda situasi berangsur pulih.
Selain itu, Negosiator dari Ukraina dan Rusia mengakhiri putaran pertama pembicaraan tanpa terobosan yang jelas. Malah Kedua belah pihak sepakat untuk melakukan negosiasi putaran kedua. (Baca:cnbc.com)
Sejujurnya ada dua syarat dari Presiden Rusia, bila ingin mengakhiri konflik, pertama: Kyiv telah netral, didenazifikasi, dan demiliterisasi. Sedangkan syarat kedua adalah Ukraina harus mengakui secara resmi Rusia mengontrol Krimea, dua wilayah yang telah dikuasai Rusia sejak 2014 lalu.
Saya yakin, dua syarat yang diajukan Putin tidak begitu mudah untuk diamini oleh pemimpin Volodymyr Zelensky. Masing-masing penguasa tetap ada kedaulatan negaranya.
Kabar terkahir Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, justru telah secara resmi menandatangani aplikasi untuk keanggotaan Ukraina di Uni Eropa, menurut sebuah posting dari halaman Facebooknya yang terverifikasi.
Jika ini benar maka pedamaian dan kesepakatan gencatan senjata hanyalah harapan hampa. Di sisi lain, sanksi ekonomi dari Amerika dan sekutu NATO semakin memperpanjang jarak perundingan.
Dunia berharap perang segera berakhir. Konflik tidak pernah menyelesaikan persoalan, malah memunculkan masalah baru. Masalah kemanusiaan, masalah ekonomi, soal pengungsian dan, sarana prasarana yang hancur, itu semua tidak terhindarkan.
Paus Fransiskus mengumumkan secara khusus tanggal 2 Maret sebagai Hari Puasa untuk Perdamaian, secara khusus terkait konflik yang tengah terjadi antara Rusia dan Ukraina.
Penetapan tanggal itu juga bertepatan dengan Hari Rabu Abu untuk umat Kristen Katolik. Karena itu, Paus meminta agar secara khusus mendoakan perdamaian di dunia.
"Saya mendorong orang percaya dengan cara khusus untuk mendedikasikan diri mereka secara intens untuk berdoa dan berpuasa pada hari itu. Semoga Ratu Damai menjaga dunia dari kegilaan perang," kata Paus Fransiskus sebagaimana dilansir Vatican News.