Era abad 21 ditandai dengan kemajuan di bidang ilmu penhetahuan dan tekhnologi. Zaman sudah semakin maju dan tekhnologi sudah semakin canggih. Ini adalah kenyataan yang tak bisa dipungkiri.
Harus diakui abad 21 mengkondisikan manusia sedemikian rupa untuk terus menerus mentransformasi diri guna menjawab perkembangan zaman. Untuk saat ini, kita tidak bisa mengandalkan kerja keras, tetapi yang harus dikampanyekan adalah kerja cerdas, menyusuaikan diri dengan inovasi yang ada.
Kita mengakui bahwa jenis literasi yang dikembangkan sebelumnya adalah literasi lama, penekan pada membaca, dan menulis dengan tujuan utama adalah memberantas buta aksara. Ada sejumlah anak bangsa yang putus sekolah, bahkan tidak pernah mengenyam pendidikan.
Kita mengakui bahwa dunia sudah maju. Zaman kian berkembang, bahkan  revolusi Industri 4.0 telah bergeser ke Society 5.0.
Secara sederhana, revolusi industri 4.0 merupakan era industri yang memungkinkan seluruh entitas di dalamnya untuk saling berkomunikasi kapan saja secara real time dengan memanfaatkan teknologi internet. Kemudahan ini mendorong tercapainya kreasi nilai baru.
Contoh penerapan revolusi industri 4.0 yang sudah terlaksana yakni membantu para pelaku usaha untuk secara lebih masif dapat mempromosikan produk mereka di platform digital.
Sementara era society 5.0 bertujuan untuk mengintegrasikan ruang maya dan ruang fisik. Integrasi tersebut dilakukan untuk membuat semua hal menjadi lebih mudah. Keseimbangan kemajuan ekonomi dengan penyelesaian masalah sosial dengan memanfaatkan sistem yang sangat mengintegrasikan kedua hal tersebut membuat semua hal menjadi mudah, terutama memperluas prospek kerja.
Model literasi Baru Pasca 4:0
Pergeseran mazab menuju society 5:0 turut mempengaruhi dunia literasi. Muncul paradigma literasi baru dan pergeseran mazab serentak membawa perubahan pada perjuangan literasi. Gerakan literasi lama yakni, baca tulis, numerasi, finansial, sains, tekhnologi, dan budaya perlu ditingkatkan dengan literasi baru yang bebasis pada internet, teknologi, gigital, IT. Perlu adanya inovasi dan transformasi ke era digital.
Jadi literasi bukan sekedar membaca dan menulis tetapi lebih pada penguasaan teknologi, pengembangan kemampuan berbasis IT.
Gerakan literasi Sekolah, (GLS) dengan berbabis IT perlu digiatkan. Guru berperan membangun generasi berkompetensi, berkarakter, memiliki kemampuan literasi baru, dan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Pendidik menjadi kunci utama dalam pendidikan generasi penerus bangsa, agar berkompeten, tidak gagap tekhnologi, dan terus menerus meng update kempuan sesuai dengan tuntutan dan perkembangan zaman.
Kita menyadari bahwa "Masyarakat 5.0" atau "Society 5.0" diusulkan oleh Kabinet Jepang dalam Rencana Dasar Sains dan Teknologi ke-5, dengan visi untuk menciptakan "Masyarakat Super Cerdas, sangat tinggi untuk didaratkan pada masyarakat kita. Problemnya adalah tenaga pendidik masih didominasi oleh produk lama yang gagap tekhnologi.