Saya dilahirkan dalam keluarga yang besar yakni tujuh bersaudara, lima putra dan dua putri. Almarhum bapak berprofesi sebagai guru sedangkan mama, adalah ibu rumah tangga.
Upah seorang guru di pedalaman waktu itu, tak seberapa, bila dibandingkan dengan zaman sekarang. Kalau soal kebutuhan makan minum rasanya cukup, tapi kalau soal biaya sekolah tujuh orang anak itulah yang sering menjadi masalah dalam keluarga.
Hidup dalam keluarga dengan tujuh bersaudara rasanya menarik, tetapi juga ada suka--dukanya. Sering ada persaingan, perselisihan, kecemburuan, hanya untuk merebut perhatian orang tua. Menjadi masalah bila orang tua seolah memilah---milah dalam mengasihi anak---anaknya.
Berulang--ulang terjadi pertengkaran karena Sibling rivalry alias persaingan saudara kandung. Namun pertengkaran itu menjadi cerita dan kisah menarik setelah dewasa.
Waktu masih usia sekolah dasar, saya pernah bertengkar dengan kakak perempuan karena saya merasa bahwa bapak lebih memperhatikan dia, ketimbang kami yang lain. Permintaannya selalu dipenuhi bila dibandingkan dengan kami yang lain.
Setelah bapak meninggal dan saya tumbuh menjadi dewasa, saya bisa memahami mengapa bapak mengistimewakan kakak daripada kami yang lain. Dia adalah anak ketiga, pertama dan kedua laki--laki, rupanya bapak merindukan anak ketiga adalah perempuan dan kerinduan itu menjadi kenyataan, jadi bapak lebih perhatian padanya ketimbang kami.
Atas pengalaman ini maka berkesimpulan bahwa Sibling rivalry atau persaingan saudara kandung, sering juga di sebabkan oleh orang tua. Sikap dan perlakuan orang tua sering mengundang kecemburuan di antara saudara dan saudri kandung.
Jadi, sibling rivalry sering terjadi karena memperebutkan kasih sayang orang tua. Persaingan ini akan mengandung unsur kompetisi, kecemburuan, marah, hingga benci. Anak akan cemburu bila perhatian orang tua tidak seimbang.
Wendy Mogel, seorang psikolog klinis yang juga penulis The Blessing of a Skinned Knee dan Voice Lessons for Parents, mengatakan bahwa kesalahan yang sering orang tua lakukan yang akhirnya memperkuat sibling rivalry, yakni membuat salah satu anak salah. Mogel memberi contoh kasus, saat salah satu anak memukul saudaranya dengan mainan, Bunda tentu akan mengatakan yang memukul itu yang salah.
"Tapi ini bukan pengadilan. Anda tidak menimbang bukti, Anda harus memahami perasaan," kata Mogel, mengutip Washington Post.
Berdasarkan pengalaman saya, sibling rivalry umumnya terjadi pada masa anak--anak. Seiring berjalanannya waktu dan bertambahnya usia, tidak ada lagi perbedaan kasih sayang orang untuk anak--anaknya.