Mohon tunggu...
Kris Fallo
Kris Fallo Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Buku Jalan Pulang, Penerbit Gerbang Media, 2020

Menulis itu pekerjaan keabadian. Pramoedya Ananta Toer berkata:  'Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.' Lewat tulisan kita meninggalkan kisah dan cerita yang tak akan sirna.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Hujan Tak Pernah Salah

7 Februari 2021   15:00 Diperbarui: 7 Februari 2021   15:21 607
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Karena hujan tak pernah salah menjatuhkan dirinya. Ia hanya jatuh begitu saja. Tak meminta mu menampung butiran airnya yang jatuh. Begitu juga cinta-Nya terus mengalir bagi kita."

Menjalani hidup, kita diperhadapkan pada kenyataan yang mungkin menyakitkan. Tantangan dan cobaan, menyakitkan dan menjatuhkan, menyedihkan dan mengecewakan. Ibarat mendayung bahtera di tengah lautan lepas, ada badai dan gelombang pasang surut yang setiap saat  bisa menghantam perahu hidup kita.

Haruskah kita mengalah dan memutar haluan untuk kembali? Tidak. Kita harus tetap berlangkah, hingga tiba pada tujuan kita yakni 'tanah tepi' yang diidamkan.

Percayalah, kita tidak akan menyenangkan semua orang karena cara pandang kita berbeda. Tetapi yakinlah bahwa tidak semua orang kecewa dengan kehadiran kita. Yang harus ada dalam sanubari adalah Tuhan tak pernah salah menghadirkanmu.

Jalani hidupmu dan jangan bergeming selagi masih ada jalan. Tak perlu ragu bila kamu disudutkan, karena di dunia ini tidak ada yang sempurna. Berusahalah untuk berbuat yang baik, meski kebaikanmu tak diperhitungkan. Emas akan tetap emas sekalipun ditempatkan di kandang babi.

Buatlah kebajikan selagi kamu masih diberi kesempatan, itulah hukum kehidupan. Bahkan ketika kamu tak dianggap sekalipun, tidak perlu kecewa karena cinta Tuhan tidak akan pernah berakhir untukmu. Biarlah orang menilaimu dari apa yang terlihat oleh mata, karena Tuhanlah yang melihat apa yang ada di lubuk hatimu.

Cobalah berpikir tentang hujan yang jatuh, yang menyembunyikan kebaikan di balik rintiknya. Biarlah dirimu terus mengalir seperti hujan.. karena hujan tak pernah salah menjatuhkan dirinya. Ia hanya jatuh begitu saja. Tak meminta untuk menampung butiran airnya, tetapi selalu menyegarkan mereka yang gersang.

Alirkanlah cinta-Nya seperti hujan, yang turun untuk semua tanpa membeda-bedakan. Biarkan orang menikmati menurut versinya, toh pada akhirnya kita semua akan bersatu pada satu wadah yakni samudera maha luas. Pada waktu itulah kita sadar bahwa kita hanyalah air untuk ikan-ikan dapat berenang. Sudahlah anggaplah ini diary usang tanpa makna.

Atambua, 07.02.2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun